Monday, July 30, 2007

Tanjakan lagi.... :(


Terjal

kau berikan
lereng terjal, seperti tuan rumah membuka pintu pagar.
Pernahkah kau lihat alam berkhianat,
dan memberi tanjakan hanya sebatas lihat?

maka kulewati tanjakan penuh ilalang berbisik
dan tawa renyah pasir kerikil.

lalu tangis hilang di balik bukit.
mungkin dendam sudah habis
kau tuntaskan
jejak telah kau hapus dari catatan
langit.

tinggal bayanganku
gamang
di pinggir jurang.

Foto diatas tidak dipinjam dari mana-mana, sebab koleksi pribadi. Lokasi penjepretan di TN Bromo Tengger Semeru.

Data teknis:
Kamera : Minolta SRT101 (1971)
Bukaan : 8
Kecepatan : 1/125
Lain-lain : Filter C-PL

Gara-gara nggak ikut kerja bakti

Minggu pagi, ada undangan kerja bakti di lingkungan RT. Kegiatannya untuk bersih-bersih. Memang siy, lingkungan RT udah cukup bersih. Makanya konsentrasi kerja bakti hanya di sekitar fasilitas umum yang dipakai bersama seperti lapangan voli dan taman. Untuk kebersihan rumah, jadi tanggung jawab penghuni maring-masing.

Ternyata, setelah kerja bakti dan menyantap cemilan seperti pisang goreng dan kacang rebus, ada acara tambahan, yaitu pemilihan pengurus RT yang baru. Wah, padahal dalam undangan tidak pernah disebutkan agenda tersebut. Tapi pihak pengurus RT beranggapan bahwa sangat pantas kalau pemilihan diadakan bersamaan dengan kerja bakti. Alasannya sederhana saja, karena kerja jadi pengurus RT itu butuh keikhlasan dan kepedulian terhadap lingkungan RT. Jadi, wajar saja kalau kandidat diambil dari peserta kerja bakti. Masuk akal juga. Bagaimana mau jadi ketua RT kalau kerja bakti aja nggak mau? Maka pengurus RT pun kemudian terpilih. Semua warga puas atas lancarnya acara pemilihan.

Semuanya? Ternyata tidak juga. Ada warga yang merasa pemilihan pengurus RT tidak sah karena tidak dihadiri seluruh warga (termasuk beliau ini). Dia menuntut pemilihan ulang. Tapi dengan alasan efisiensi, usul itu ditolak pengurus. Hasilnya, dia marah-marah dan menuduh ada konspirasi untuk menjegal warga lain yang berpotensi jadi pengurus RT. Waduh...konspirasi? Pengurus RT???

Untungnya pengurus RT lainnya tak menganggap tuduhan tadi secara serius. Anggap saja angin lalu. Lagipula, kalau orang itu memang mau ikut dalam pemilihan pengurus RT, mestinya dia menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan RT dong. Lha... kalau memang peduli, kenapa diundang kerja bakti dia nggak datang? Untungnya ini cuma pemilihan pengurus RT.

Friday, July 27, 2007

Di Tepi Telaga



Di tepi telaga
kita tak pergi terlalu jauh
dari mimpi.
Langkah kita perlahan
dan hanya penyangkalan diam-diam
seperti riak kecil mendekati tepian
lalu lenyap kembali di kedalaman.

"Hei, telaga ini
tak menampung duka,"
ujarmu sambil menyembunyikan sudut mata.
Bukankah telah kita buang kisah itu
ketika senja diam-diam turun kemarin

di hatimu.
Tidak, tentu hatiku tak mencatatnya
sebab kau telah membawanya
sejak berabad-abad lalu.

Tergagap membaca alif ba ta pada jejakmu
seperti mengenal aliran darahku.
Tapi kita masih saja enggan mengakui
di kebun mana akhir perjalanan ini.

Maka di tepi telaga
kita tak pergi terlalu jauh
seperti mimpi.
Segenap langkah kita
tak memilih arah yang sama lagi.
Segenap langkah kita
hanya menjejakkan kekal sepi ini.

Mangrove (3)

2.2 Manfaat Hutan Mangrove secara Ekonomi

a. Sumber Perikanan
Sering perairan di hutan mangrove disebut sebagai kamar bayi. Ini karena begitu amannya tempat ini bagi bayi-bayi dari berbagai jenis ikan dan udang. Hutan ini memang merupakan tempat asuh (nursery ground), tempat bertelur, tempat memijah, serta tempat mencari makan bagi nereka. Tidak kurang dari 80% jenis ikan laut membutuhkan hutan mangrove.

b. Penghasil Kayu
Kita dapat menggunakan kayu dari berbagai jenis tumbuhan mangrove untuk berbagai keperluan. Misalnya untuk bahan baku industri kertas, bisa dimanfaatkan dari jenis Rhizophora sp., Avicennia sp., dan Brugulera sp.. Ekstrak kulit kayu bakau (Rhizophora sp.) juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit.

c. Sumber Plasma Nuftah
Plasma nuftah, yang tentunya sangat potensial untuk diteliti mafaatnya, sangat melimpah di kawasan hutan ini. Sebab hutan mangrove ini masih sedikit sekali menjadi peminatan bagi para pakar dan ahli untuk diteliti. Dengan kemajuan teknologi yang ada sekarang, maka tak tertutup kemungkinan berbagai jenis flora dan fauna di hutan mangrove ini ternyata memiliki manfaat yang sangat banyak. Allahu'alam.

2.3. Manfaat Hutan Mangrove dari segi Sosial Budaya

a. Sumber Mata Pencaharian Masyarakat
Hutan mangrove secara tradisional telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh masyarakat yang tinggal di daerah sekitarnya. Selain untuk mencari ikan, udang, kepiting, dan berbagai macam kerang, masyarakat juga mengambil kayunya utnuk keperluan sehari-hari atau sebagai sumber mata pencaharian. Selain itu, kawasan hutan ini juga dipakai sebagai tempat bagi tambak untuk keperluan budi daya bandeng dan udang.

b. Sumber Pangan
Ini nggak perlu diperjelas lagi, sebab hutan mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan kerang. Selain itu, pada formasi hutan mangrove yang terdapat nipah sebagai vegetasi utamanya, maka nira hasil sadapan nipah bisa dimanfaatkan. Kadar gulanya hingga 17 %. Belum lagi daunnya yang bisa digunakan sebagai atap rumah, dinding, tikar, keranjang, dan lain-lain, meskipun masyarakat sekitar lebih sering memanfaatkannya sebagai pengganti kertas rokok.

c. Sumber Bahan Obat-obatan
Sudah bukan rahasia lagi kalau tumbuhan (dan juga hewan) banyak mengandung khasiat untuk pengobatan, tak terkecuali tumbuhan dari jenis mangrove. Kalau hingga kini belum dikutak-kutik, mungkin di masa mendatang bisa ada penelitian tentang manfaat tumbuhan mangrove sebagai tanaman obat. Iya nggak? Syaratnya satu: mangrove tidak keburu punah. Sekarangpun, daun dari tumbuhan mangrove jenis Brugulera sexangula telah diketahui sebagai penghambat tumor. Sedangkan Ceriops tagal dan Xylocrpus mollucensis sebagai obat gigi. Yah... daripada sakit hati, mendingan sakit gigi 'kan? Toh mangrove bisa dijadikan sebagai obat.

d. Tempat Kegiatan Wisata Alam
Walaupun mungkin tidak semewah dan seromantis Gondola di Venesia, tapi bersampan di hutan mangrove cukup mengasyikkan lho. Apalagi di sana bisa hunting foto, mengamati burung, maupun menjumpai aneka satwa yang nggak bakalan kita jumpai di tengah kota.Hutan mangrove ini bisa menjadi alternatif tujuan wisata sebagai lokasi wisata alam.

e. Sarana Penelitian dan Pendidikan
Karena keunikan formasi hutan mangrove, maka hutan ini menyediakan sarana penelitian yang sangat kaya bagi berbagai bidang ilmu.

Monday, July 23, 2007

Mangrove (2)

Dalam statistik blog ini, ternyata halaman ini paling sering dikunjungi. Padahal menurut saya isinya tidak terlalu istimewa. Atau ada hal lain selain isinya yang istimewa? Nggak tau, deh... :)

2. Penunjang Sistem Penyangga Kehidupan

(manfaat hutan mangrove)

Di bagian terdahulu saya udah janji untuk menuliskan lagi soal m4n9r0ve ini. Lagipula rasanya aneh juga kalau sudah mulai menulis tapi tidak diteruskan sampai finish. Rasanya seperti sedang makan pizza: baru gigitan pertama, eh...sisa pizzanya digondol kucing. Atau seperti kalau lagi kebelet pipis: pas udah buka-bukaan, eh... ada yang teriak "kebakaran...kebakaran..." lalu nggak jadi pipis. Duh, nggak enak banget kan tuh.

Makanya sekarang saya coba lanjutkan untuk membahas manfaat hutan mangrove bagi kita yang katanya khalifah di muka bumi ini, baik manfaat langsung maupun tidak langsung. Sebelumnya perlu kita ingat bahwa tak ada ciptaan yang sia-sia, termasuk mangrove ini [QS 3:191] , seperti juga kita sebagai manusia yang tidak diciptakan dengan main-main. [QS 23:115]. Bukan tanpa maksud kita manusia ini diciptakan.

Iya, kita diciptakan sebagai khalifah Allah di muka bumi (dalam bahasa aslinya, khalifah bisa berarti pengganti, maka kita harus bisa berperan merawat bumi ini sebaik-baiknya. Lha, urusan atau masalah pribadi gimana? Halah, kita ini kecil. Memang siy, kita pasti punya masalah, tapi 'kan dibandingkan masalah orang lain, masalah kita ternyata nggak ada apa-apanya. Apalagi kalau dibandingkan masalah yang dihadapi oleh masa depan umat manusia. Jangan egois dengan terus menerus larut dalam masalah pribadi. Ingat, kita khalifah Allah !!! Kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah ini). Jadi bermanfaat atau tidaknya mangrove ini sangat terkait dengan kreatifitas manusia yang mengolah atau memanfaatkannya.

Manfaat hutan mangrove ini bisa kita lihat dari beberapa aspek, yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya.

2.1. Secara Ekologi

a. Sebagai Penentu Sumber Produktifitas Perairan

Kenapa sebagai penentu? Sebab memang hutan mangrove menyediakan makanan bergizi bagi makhluk-makhluk yang ada di level pertama pada rantai makanan. Gini lho, mangrove kan tumbuhan yang berdaun. Nah, daun-daunnya itu pasti ada yang gugur saat sudah tua. Daun yang gugur inilah yang akan didekomposisi (diuraikan) oleh bakteri pembusuk hingga menjadi kaya gizi. Bayangin aja, hasil dekomposisi dedaunan busuk tadi akan menghasilkan kandungan protein sebesar 3,1 % yang akan menjadi 21 % dalam setahun! Tentu saja itu kaya gizi bagi makhluk semacam kepiting, molusca (kayak siput gitu), atau jenis-jenis cacing. Makhluk seperti itulah yang nantinya akan dimakan oleh makhluk di level berikutnya seperti burung atau ikan, dst, sebelum dimakan dan masuk ke perut kita. Makanya, hutan mangrove disebut sebagai penentu, sebab dialah yang menjadi pangkalnya, awalannya.
Gambar minjem dari Abu Fatah -Labi-labi Diaries
b. Penyedia Habitat Satwa
Buat beberapa jenis burung air semacam bangau kuntul putih (jangan salah eja ya!) atau yang bernama ilmiah Egretta iintermedia serta bangau Pecuk Ular ((Anhinga melanogaster), hutan mangrove itu seperti hotel persinggahan yang nyaman. Mereka akan datang pada musim-musim tertentu dan menikmati hidangan yang tersaji di sana, yaitu ikan-ikan yang tinggal dan beranak pinak di hutan mangrove.

Selain itu, hutan ini juga menjadi kediaman dari satwa jenis primata (kunyuk, kera, dkk) serta reptil. Bisa kita ambil sebagai contoh di sini, yaitu hutan mangrove yang ada di Angke Kapuk, Jakarta. Hutan itu umumnya didominasi oleh jenis-jenis burung merandai (apa ya, artinya...) dan hampir seluruhnya merupakan satwa yang dilindungi. Beberapa jenis diantaranya adalah Pecuk ular (Anhinga melanogaster), Kowak maling (NyctIcoraxnycticorax), Kuntul putih (Egretta sp.), Kuntul kerbau (Bubulcus ibis), Cangak abu (Ardea Cinerea), Blekok (Ardeola sp.), Belibis (Anos grobcaritrous), Cekakak (aleyou chloris). Selain itu terdapat pula beberapa jenis reptil. Fauna khas yang hanya dapat ditemukan di hutan mangrove antara adalah ikan Gelodok/Gelosoh (Glossogobius giuris) dan Udang bakau (Thalassina anomala).

Nah, kalau hutan mangrove hilang, nggak tau deh satwa-satwa itu mau nginep di mana. Nggak mungkinlah mereka mau mampir rumah kita yang berisik itu, apalagi kita memang nggak bakalan mampu menyediakan makanan buat mereka. Kecuali mereka udah pada doyan combro atau ketoprak.

Dengan tingginya tingkat kesuburan habitat mangrove, hutan mangrove menjadi ekosistem peralihan antara daratan dan perairan ini penentu tingkat produktifitas perairan laut disekitarnya.

c. Pengatur Fungsi Hidrologis
Kita sudah tahu bahwa air laut bisa merembes ke daratan hingga beberapa kilometer. Kalau ini terjadi, maka air yang digali di daratan akan tidak layak pakai lagi. Ini disebut intruisi air laut. Nah, hutan mangrove ternyata bisa berfungsi sebagai pencegahnya, sebab dia dapat mempertahankan keberadaan lapisan air tawar. Fungsi ini kita sebut saja sebagai fungsi hidrologis. (kenapa nggak pakai istilah Indonesia aja ya? hidro itu bahasa latin, artinya kurang lebih sama dengan air. kalau di jawa, air terkadang disebut tirto. jogotirto berarti perangkat petugas pengairan/irigasi. kalo tirtonadi? itu siy, nama terminal bus)

d. Penjaga Kualitas Air
Selain mencegah intruisi air laut, hutan mangrove juga berfungsi sebagai filter penjernih air yang masuk ke dalam laut lho. Sebab hutan mangrove memang memperlambat aliran ini. Kualitas air yang pulang ke laut akan meningkat dengan adanya hutan magrove ini.

e. Pencegah Bencana Alam
Masih ingat musibah besar saat tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu? Nah, ternyata keberadaan hutan bakau bisa menghambat derasnya arus laut yang menerjang daratan. Memang tak bisa menghilangkan sama sekali, namun cukup mampu meredam keganasannya. Pengaruh negatif arus dan angin laut bisa dikurangi dengan adanya hutan mangrove ini.

f. Penjaga Sistem dan Proses Alami
Hutan mangrove mampu menjadi tempat terbentuknya sedimentasi di pesisir pantai. Ini bisa membantu pembentukan lahan baru di pesisir. Karenanya, para pakar ekologi memberi predikat pada hutan mangrove sebagai "Penunjang Sistem Penyangga Kehidupan". Kalau hutan mangrove lenyap, kemungkinan abrasi semakin besar. Dan kalau abrasi ini terjadi di seluruh kawasan pada suatu pulau, pulau jawa misalnya, maka pulau itu makin lama makin sempit. Kita makin terdesak! Mau tinggal di mana kta???

2.2 Manfaat Hutan Mangrove secara Ekonomi

Setelah membahas manfaat mangrove secara ekologi, kita bahas lagi manfaat lainnya secara ekonomi. Tapi, bersambung aja ya...?

Taman Bacaan Aisyah

Belum pernah dengar kan? Nah, kemarin teman-teman di Serpong membuat taman bacaan khusus untuk anak-anak. Namanya Aisyah. Nama itu dipilih sebab Aisyah dalam sejarah Islam dikenal sebagai sosok yang mewakili Muslimah yang cerdas dan berwawasan luas. Diharapkan hal-hal positif dari Aisyah bisa menular pada anak-anak yang mengunjungi taman bacaan tersebut. Kenapa bukan tokoh cerdas yang lain atau kenapa harus sosok wanita dan bukannya pria? Sebab yang punya gagasan memang dari kelompok pengajian ibu-ibu dan remaja putri. Sengaja diambil nama dari masa lalu supaya tidak dianggap politis. (bayangin aja, kalau namanya diambil dari nama ibu tien suharto atau nama mpok nori, wah, pasti omongan yang muncul akan macam-macam).

Launching taman bacaan ini dilakukan hari Ahad, 22, Juli 2007. Itu bertepatan dengan perayaan hari anak nasional. Jangan membayangkan tempatnya seperti perpustakaan yang besar dan megah. Ini cuma taman kecil saja. Lokasinya dipilih di wilayah kelurahan Cilenggang, Serpong, Tangerang, tepatnya di halaman rumah milik keluarga teman saya (buat Yayan: Jazakallah khoir). Di kelurahan itu memang banyak terdapat anak-anak dari keluarga kurang mampu. Jangankan beli buku, beli baju saja setahun sekali. Padahal, setiap anak harusnya mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi pintar dan cerdas serta berwawasan luas. Makanya dipilihlah taman bacaan dan bukannya wahana permainan untuk didirikan di sana. (nggak jauh dari sana, ada sebuah tempat wisata air yang sangat megah, dikenal dengan Ocean Park, yang tiket masuknya bisa buat beli beberapa buah buku bacaan anak-anak dengan kualitas cukup baik)

Masalahnya cuma satu, koleksi bukunya masih sedikit sekali.... Saya sendiri (*mode TOA on*) sudah nyumbang beberapa buku. Sekarang juga masih menyortir, kira-kira buku mana saja yang bisa dikeluarkan dari rak buku saya untuk dipindahkan ke dalam koleksi taman bacaan. Soal antusias anak-anak, pastilah besar, sebab anak-anak memang punya dunia yang menakjubkan dan sulit ditebak oleh orang dewasa seperti saya (meskipun saya ini kekanak-kanakan... lho?!). Saya sendiri sudah mengusulkan pada pengurusnya (pengajian ibu-ibu) untuk membuat semacam permohonan kepada pihak-pihak yang memang sering mendistribusikan buku-buku ke taman bacaan (misalnya komunitas 1001 buku, atau penerbit-penerbit buku anak-anak). Tapi siapa tahu dari pembaca blog saya ini ada yang sedang bingung karena pingin ngilo-in koleksi buku tua di gudangnya tapi tukang loak nggak lewat-lewat juga di depan rumah. Nah, dari pada dikiloin, mending dioper aja ke sana. Prioritasnya siy, dari kawasan sekitar taman bacaan (BSD City), sebab malu juga kalau ada orang jauh bela-belain nyumbang buku, sementara warga di sekitarnya nggak berbuat apa-apa.

Kekhawatiran saya juga ada, yaitu program yang terhenti hanya sebatas membuat dan mendirikan, tapi tidak punya program yang berkesinambungan untuk tetap menggairahkan minat baca dan mewujudkan generasi yang berwawasan luas di masa mendatang. Untuk membuat taman bacaan, bukan hal yang sulit. Tapi membuatnya menjadi sentra berkumpul dan belajarnya anak-anak lewat buku secara permanen, adalah hal lain. Ini harus digarap serius. Saingannya jelas: televisi dan video game. Maka program-program lanjutan untuk memupuk minat baca anak-anak harus digarap secara serius. Contoh kasus cukup banyak, ketika taman bacaan tidak digarap secara serius semakin lama semakin sepi dari pengunjung. Ini sama seperti menanam mangrove di kawasan pantai yang rusak. Sangat mudah dan murah untuk menanamnya, tapi tidak mudah untuk mewujudkannya menjadi hutan mangrove, sebab diperlukan perawatan yang bersungguh-sungguh untuk menghidupi bibit-bibit mangrove tersebut. Mudah-mudahan niat baik pengurusnya mendapat RidloNya dan dimudahkan untuk mewujudkannya.

Allahu'alam

Saturday, July 21, 2007

kepergian kita mungkin tak tercatat, Sahabat

: n

sebagian orang bilang, kau berangkat
ke negeri kabut.
tapi aku tak percaya.
paling-paling kau sedang berkelana
diantara kerlip bintang yang berkaca di muka telaga.
kerap memang, kabut turun tiba-tiba
dan langit pucat menutupi riak mukanya.
tapi tentu saja kau tak pergi ke sana,
ke tempat kabut dan asap merajut sekat warna.

maka kubisikkan lagi baris namamu
dengan rintihan ranting terinjak
dan desir lembut di sela daun-daun
berserak. Lihat, garis jejakmu masih terlacak
pada langkah ringan dan sayup suara riang
kanak-kanak.
Betapa tahun-tahun kebersamaan kita
bagai terlipat di lembar terakhir sehelai surat:

"kemasi bekalmu sendiri
karena kelak kau akan pergi,
juga sendiri."

Ah, sudah rapikah penginapan kekalmu itu,
dengan pelangi jadi pelengkap di tiap warna sudut tirainya?
Biar kugenapkan catatan ini sebelum kita bertemu.
Tapi lain kali
kalau kau pergi,
pamitlah dulu pada kawanmu ini.

Friday, July 20, 2007

Terlahir Sebagai Ombak (5)

Katamu bukan ombak
kalau tak punya sisa buih di celah karang.
Tapi kau bukan karang.
Kau hanya pernah duduk di sana
tak berani memandangku.

Berapa lama senja berlalu
sebelum kau sadari
harusnya kau bergerak bersamaku?
Angin, gelombang pasang, buih, badai hujan,
atau sebut bentuk apapun yang kau mau.
:asalkan kita jadi menyatu.

Thursday, July 19, 2007

Terlahir Sebagai Ombak (4)

Karena ombaklah
dunia berputar sempurna.
Digulirkannya semua rindu
merata ke penjuru dunia.
Kadang ia menjelma hujan,
memukul kaca jendela kamarmu.
Tapi tak jarang ia hanya sebutir embun
yang tersesat,
sebelum dewa matahari mengusir dengan cepat
dari halaman rumahmu.

Padahal ia ingin bergayut di kelopakmu
sekali lagi, entah sebagai embun
ataukah isak terakhir dalam tangismu.

Kini kau hanya akan menjumpainya dalam rintik
hujan di akhir malam
: diam-diam membasahi semak di pekat hutan.

Tapi dia ombak, bukan?
ia akan kembali.

email

Setelah kemarin dapet email
dan semalaman nggak bisa tidur karenanya,
jadi bingung mau nulis apa....

...
Untuk apakah hidup ini
selain nulis sajak buatmu
...
(kutipan dari Eka Budianta)



Wednesday, July 18, 2007

Terlahir Sebagai Ombak (3)

Setelah melintas ribuan samudera
ia tergelincir pada mahkota sekuntum bunga.
: Mekar di pinggir hutan,
dengan sepasang daun jadi hiasan.

Inilah ombak,
yang menjelma sebutir embun.
Kecil,
tak berdaya
saat kau sapa dia
penuh mesra.

Tuesday, July 17, 2007

Terlahir Sebagai Ombak (2)


Sesungguhnya bukan angin,
atau sungai,
atau ketenangan air danau yang membuat kita tak ada
dalam foto di satu bingkai.

Barangkali hanya karena kita tak punya nyali
untuk memindahkan gunung apimu,
dan melihat ombak ini mendidih dalam gelora itu.

Dan cinta
jadi terlalu hambar untuk kugarami
dengan laut
di hatimu.

foto di atas koleksi pribadi.
penjepretan dilakukan di danau Taman Hidup, Gunung Argopuro, Jawa Timur

Monday, July 16, 2007

Merah Putih

Ini oleh-oleh dari Senayan, sewaktu saya (bertujuh) menjadi saksi patriot-patriot Indonesia yang berjuang dengan sangat heroik. Meski mereka "dikalahkan", saya tetap bangga pada mereka.
Ayo Indonesia !!!










PR: 6 Point Weird Thing about Me

Kemarin dapet PR dari Ira. Agak bingung juga, sebab menurut saya sih, nggak ada yang aneh pada diri saya (eh, ini keanehan juga ya?) Tapi setelah bekerja sama dengan isteri saya, ternyata banyak juga keanehan yang bisa dicatat. Bahkan bisa sepuluh lebih... Nah, karena disuruhnya cuma enam, maka saya tulis aja enam hal itu.

1. Duduk melihat langit di tengah malam.
Ngapain? Ya cuma liat bintang-bintang aja. Tentu saja kalau hari tidak hujan. Kadang mikirin juga, gimana caranya orang dulu bisa membedakan bintang dengan planet-planet (yang juga bersinar dan kadang berkelip-kelip mirip bintang), atau menentukan bahwa bumi yang mengelilingi matahari dan bukan kebalikannya, hanya dengan mengamati gerakan-gerakan benda langit. . ... Nah, aku dah nyoba, nggambar letak bintang-bintang, tapi tidak mudah mengenali benda langit mana saja yang gerakannya "tidak biasa". O iya, planet itu dalam bahasa aslinya berarti "pengembara." Mungkin karena gerakannya aneh dan tidak serempak mengikuti benda-benda langit lain seperti bintang pada umumnya. Nah, hari gini siapa yang keluar malem-malem terus duduk atau tiduran sambil ngeliatin langit?

2. Takut ke dokter gigi.
Ini, semata karena tahu bahwa saya pasti akan dimarahi oleh dokter gigi. Pasti akan diminta agar benar-benar serius merawat gigi: gosok gigi sebelum tidur, atau sesudah makan. Padahal, itu selalu saya lakukan. Memang dasarnya aja gigi saya ini agak rapuh, makanya banyak yang bolong-bolong. Itu juga yang menyebabkan saya nggak bisa masuk akabri saat lulus SMA dulu.

3. Makan dengan porsi sedikit.
Kalau saya perempuan, mungkin nggak aneh kalau makannya dikit. Tapi saya kan laki-laki, makanya banyakk yang bilang, "Kamu makannya kok dikit sih? Aneh, biasanya laki-laki kalau makan sebakul." Tapi saya cuek aja, lha wong makan dikit aja udah kenyang, masa mau dipaksaain makan banyak?

4. Menunda penggunaan barang yang baru dibeli.
Contohnya, saat beli sepatu atau tas baru, maka saya tidak akan menggunakannya sebelum lewat beberapa minggu. Sampai isteri saya ngomel, "Kemarin buru-buru pengen beli baru, pas udah beli, eh... malah nggak dipake." Nggak tau, ya. Kayaknya sayang aja kalau barang yang baru beli jadi kotor karena dipake. Hehehe.

5. Masih seneng baca komik.
Aneh ngga siy, kalau segede saya ini masih suka baca komik? Kata sepupu saya yang SMU sih, aneh banget. Mungkin karena dia nggak tau kalau dalam hal membaca, saya ini termasuk pelahap segala rupa. Bahkan koran bekas pembungkus cabe atau sayuran aja saya baca dulu sebelum dibuang. Oh iya, kalau soal nulis, bagi yang mau nulis skenario, maka mengadaptasi dari komik bisa jadi bahan latihan yang bagus (ini kata temen sma saya yang setelah lulus dari UGM malah milih profesi penulis skenario...dan ternyata dia sukses).

6. Senang melakukan sesuatu mendekati Batas Waktu
Makanya saya sering ketinggalan kereta. Udah tau kereta berangkat jam sekian, eh... datengnya mepet... Tak jarang setelah berlari-lari naik turun tangga stasiun, saya mendapati kenyataan bahwa kereta sudah berlalu meninggalkan debu-debu beterbangan di hadapan... Yah, itu masih berlaku sampai sekarang. Kalau mau berangkat kantor, saya tiba di setasiun saat petugas sudah mengumumkan kereta akan segera berangkat. Padahal, lebih enak kalau datang lebih awal ya? Tapi mungkin karena saya terlalu betah di rumah dan nggak mau buru-buru pisah dengan isteri saya...hihihi... Tapi mungkin juga saya senang melakukan hal-hal yang mendebarkan, seperti "nyaris ketinggalan kereta."

Oh iya, PR ini saya limpahkan lagi kepada enam orang di bawah ini:
1. Vie
2. Uthie
3. Hannie
4. Meiy
5. Anang
6. Ade Journey

Naaaa... bagi yang namanya saya tuliskan, harap kerjakan PRnya ya. Kalau udah pernah dapet PR kayak gini, ya kerjain aja lagi, siapa tahu ada keanehan yang baru terdeteksi.

Dan jangan lupa:
In the end, you need to choose 6 people to be tagged and list their names. Don't forget to leave a comment that says you are tagged in their comments and tell them to read your blog.

Friday, July 13, 2007

Musim Liburan Anak Sekolahan

Musim liburan anak sekolah. Artinya, tempat wisata seperti TIJA (Taman Impian Jaya Ancol), Dufan, ataupun TMII, pasti penuh sesak dengan pengunjung. Begitu juga dengan angkutan umum antar kota pasti akan penuh terisi penumpang. Coba saja naik kereta dari Jakarta ke Jogja, pasti gerbong-gerbongnya akan penuh penumpang, melebihi hari-hari biasa.


Walaupun bukan anak sekolahan lagi, tapi saya selalu senang menyambut musim liburan. Sebab, rumah pasti ramai. Iya, keponakan dan adik dari Bandung pada dateng. Suasana rumah riuh oleh suara-suara dan canda ria. Komputer di kamar juga dibajak: jadi mesin buat tembak-tembakan di game perang. Hehehe... Udah gitu, pasti pada beli film buat nonton rame-rame seperti Transformer (jangan salah dengan film transmorfer...! Ada lho, film dengan judul itu).

Yang lebih mengasyikkan, tentu saja acara bakar ikan. Pagi-pagi sekali ke pasar untuk membeli ikan segar. Favoritku siy, sebenarnya ikan kerapu atau baronang, tapi ikan batok juga ga papa. Lalu malamnya menyiapkan panggangan. Bakarnya di halaman saja, sebab kalau di dalam kamar, ntar apinya nyamber ke kasur...tidur di mana dunk? Soal bumbunya nggak usah bingung. Bahkan tanpa bumbupun nggak papa. Yang penting: sambalnya dibuat istimewa. Biasanya kalau bakar ikan, sambalnya ada tiga pilihan:
1. sambal tomat. Tomat dibakar, terus diahancurkan dan dicampur rajangan cabe rawit. ikannya dicemplungin aja ke dalam mangkuk sambal, dan dimakan seperti makan sup
2. sambal mangga. Mangga muda diparut, terus dicocol ikan bakar
3. sambal jahe. Jahe diparut dan dikecapin. ini favorit saya, uenak tenan. Kalau udah gitu, maka nggak makan nasi juga kenyang.

Sebenarnya, saya mau pingin banget ngajak mereka kemping. Nggak jauh-jauh, ke Cisarua aja. Bukan di Taman Safaria, tapi di hutan yang ada di belakangnya. Hutannya nggak jauh dari lokasi wisata tsb., jadi buat yang belom pernah masuk hutan, nggak akan terlalu takut sebab kalau ada kondisi darurat, evakuasi nggak akan sulit. Tapi jangan salah, meskipun mudah dicapai, tapi jarang orang-orang yang masuk ke hutan itu selain penduduk kampung. Makanya, senang sekali berada di hutan kaki gunung Pangrango itu. Dan (ssstt... ini rahasia: ) ada air terjun yang cantik. Indah. Menghanyutkan. Tidak sebesar Niagara, tapi cuup tinggi (sekitar 20 meter) dengan air deras yang membuat kabut air bisa menyegarkan pikiran yang sumpek. Jalan ke sana memang jalan setapak hutan, jadi jangan kaget kalau masih ada pacet. Tapi percayalah, air terjun ini layak untuk dinikmati. Sayangnya, mereka (keponakan saya) nggak lama liburannya, dan kayaknya mereka lebih senang nongkrongin komputer daripada jalan-jalan ke hutan.

Thursday, July 12, 2007

Terlahir sebagai ombak

sebagai ombak
ia tak mungkin diam dan menetap,
ia menanti isyarat angin
yang memicu hasratnya bergerak

sebagai ombak
ia enggan lupa pada sungai yang memberi jantungnya detak,
ia mengharap tetes terakhir
dari telaga yang kini jauh di puncak

sebagai ombak
ia tak mengerti kenapa laut sandarannya yang dulu luas,
kini menjelma menjadi danau kecil
: seolah lupa bahwa dunia lebih luas dari yang tampak

tapi sebagai ombak
ia akan surut
dan segera membuat jarak

Sabang - Jakarta, 2007

Mangrove

1. Kenalan Dengan Mangrove

Mangrove ini bukan temannya mang Udel atau mang Diman. Istilah ini mengacu pada suatu jenis tumbuhan yang hidup di daerah payau. Itu tuh, daerah di tepi pantai, yang mengandung campuran air laut yang asin dengan air tawar. (kalau tambah gula, kira-kira jadi oralit nggak ya?). Bakau...? Pasti banyak yang menyangka mangrove itu sama dengan bakau. Dulu saya juga polos begitu. Nggak salah juga siy, tapi sebenarnya bakau itu hanyalah salah satu jenis mangrove, yaitu dari jenis Rhizophora sp. Walau sanggup hidup di air laut, namun bukan berarti mangrove itu tumbuhan air. Pada dasarnya dia merupakan tumbuhan darat. (ada tumbuhan laut, ada tumbuhan darat, tapi kok nggak ada tumbuhan udara?) Cuma kebetulan aja dia mampu hidup di lingkungan ekstrem kayak gitu.

Karena di tepi pantai, mangrove jadi berada di wilayah pasang surut air laut. Makanya nggak heran kalau akarnya juga unik: mencuat di atas tanah. Ini merupakan upaya dia untuk beradaptasi dengan lingkungan pasang surut itu tadi. Ketika pasang, sebagian akar tadi jadi tergenang air laut. Ingat ya, air laut itu beda dengan air yang biasa kita ambil dari kulkas dan kita tenggak kalau lagi kehausan. Air laut itu... bayangain ndiri deh, apa saja kandungannya. Nah, hebat banget si mangrove ini 'kan? buktinya dia bisa hidup biarpun terendam air laut!
Selain akarnya yang unik, mangrove juga mampu beradaptasi dengan salinitas atau kadar garam. Ada jenis mangrove yang berdaun tebal dan ternyata mampu bertahan dalam kondisi kadar garam sangat tinggi. Hebat kan? Kita aja kalau makan bakso yang kebanyakan garam, pasti menganggap abang baksonya lagi pengen kawin, eh... pengen nikah maksudnya. Tapi mangrove tidak, ia sanggup hidup meskipun di tengah lingkungan berkadar garam tinggi.
Udah gitu, mangrove juga nggak sanggup tinggal sendirian. Dia pasti berkumpul, bergerombol dan membentuk zona-zona khusus bersama teman-temannya sesama mangrove. Persis kayak mahasiswa Indonesia di luar negri, Jerman, Jepang, atau India yang sering ngumpul bareng sesama orang indon. Jangan harap ada mangrove yang tumbuh di tengah kebun jagung atau di tengah sawah.
Walaupun mangrove tidak dipilih menjadi lambang bagi gerakan pramuka seperti tunas kelapa, namun mangrove juga memiliki manfaat yang tidak sedikit. Antara lain dan yang paling utama adalah sebagai pencegah abrasi pantai. Bukannya sok bahasa tinggi ya, tapi abrasi pantai itu artinya pengikisan oleh air laut yang terjadi di pantai. Nah, ternyata mangrove ini bisa mencegah abrasi. Bentuk akarnya yang unik juga mampu menangkap sedimen hingga membentuk endapan dan menjadi cikal bakal daratan baru (orang-orang nyebutnya akresi daratan, kebalikan dari abrasi daratan atau pantai). Makanya mangrove juga bermanfaat untuk merehabilitasi kawasan pantai yang rusak. Selain manfaat di atas, hutan mangrove punya manfaat lain yang akan dijelaskan di bagian mendatang. Namanya juga baru kenalan, 'kan nggak perlu tau sedetil-detilnya.
Ancaman bagi kelangsungan hidup hutan mangrove, tak lain tak bukan adalah keserakahan manusia sendiri. Pengalihfungsian pantai menjadi marina, tambak, atau resort wisata dan perumahan, jika tidak terkendali dan dilakukan tanpa pertimbangan yang matang, akan mengancam kelestarian hutan mangrove. Itu berarti juga mengancam ekosistem yang ada dalam habitat hutan mangrove. Lihatlah contoh di salah satu sudut pantai utara Jakarta, ketika burung-burung bangau yang dulu sering singgah ternyata tak sudi lagi mampir karena hutan mangrove menghilang diganti marina. Padahal, hutan itulah habitat bagi populasi ikan-ikan yang sangat digemari oleh burung-burung bangau itu.
Kalau manusia bisa mengancam kelangsungan hidup mangrove, apa hal yang sama bisa terjadi sebaliknya? Apa ada mangrove yang berbahaya bagi manusia? Memang ada jenis mangrove yang bisa berbahaya jika kita tidak hati-hati, seperti getah batang Excoecaria agallocha yang akan berbahaya jika terkena mata manusia. Namun di sisi lain, ternyata getah ini sangat membantu para nelayan untuk meracuni ikan sehingga mempercepat proses penangkapan ikan. Atau duri Acanthus ilicifolius yang sering melukai kaki manusia, ternyata daunnya mengandung senyawa yang bisa digunakan sebagai obat anti kanker. Jadi bahaya mangrove tidak lebih seperti bahaya pohon kelapa yang sewaktu-waktu buahnya bisa jatuh menimpa kepala siapa saja yang duduk-duduk di bawahnya. Bahaya atau tidak, mangrove bukan semacam makhluk hidup yang akan aktif menyerang manusia....
Nah, buat perkenalan, segini aja dulu. Nanti akan saya coba tuliskan lagi seluk beluk soal mangrove ini, mulai soal manfaatnya secara ekologi, ekonomi, dan dari segi sosial budaya, maupun hal-hal lainnya seperti budidaya ataupun kondisi hutan mangrove di Indonesia.

Wednesday, July 11, 2007

Katakan Dengan Kaki

Saya terinspirasi nulis tentang gajah ini dari meiy. Apa sih yang menarik tentang gajah, kok beliau kayaknya senang sekali mempromosikan rumah gajahnya? Ternyata tidak sedikit, salah satunya adalah fakta bahwa gajah bisa berkomunikasi dengan kakinya!

Iya, serius neh. Bukan berarti gajah tidak menggunakan telinganya yang selebar taplak meja itu untuk mendengar dan berkomunikasi, tapi dia juga menggunakan kakinya untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal yang bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan gajah lainnya.



Adalah seorang peneliti dari Stanford University California, USA, bernama pak Caitlin O'Connel Rodwell yang pada tahun 1992 mengajukan teori ini. Lalu ia mencoba mendalami masalah ini bersama rekan-rekannya dengan mengadakan penelitian dan mengamati gajah-gajah di Namibia, Afrika. Tepatnya di Taman Nasional Namibia's Etosha. Diungkapkan oleh mereka bahwa satwa-satwa dengan berat sekitar 5,4 ton seperti gajah bisa berkomunikasi dengan membuat getaran pada tanah dengan kakinya. Sinyal getaran (yang biasa disebut seismik) ini bisa menjangkau jarak hingga sejauh 32 km dan digunakan oleh para gajah itu untuk berkomunikasi. Informasinya bisa berupa peringatan adanya pemangsa, adanya gajah betina cantik di lokasi tertentu (tentu saja ini info buat gajah jantan), atau bahkan mengarahkan gajah lain ke tempat yang terdapat makanan dan air.

Selama observasinya itu, pak O'Collin-Rodwell dkk. mencatat bahwa gajah-gajah kelihatan banyak memberikan perlakuan terhadap tanah dengan kedua pasang kakinya. Seperti memindahkan berat badan cenderung ke depan, atau kadang-kadang menghentakan kakinya ke tanah. Tingkah laku ini, juga dilakukan oleh kelompok gajah yang berbeda. Lalu selama sepuluh tahun berikutnya mereka mengumpulkan data-data dan bukti ilmiah untuk mendukung hipotesisnya (= dugaan, gitu). Setelah merasa cukup, mereka kembali ke Namibia pada bulan Juni 2002 untuk melakukan observasi dan eksperimen yang lebih rinci tentang bagaimana perjalanan sinyal seismik dan bagaimana reaksi dari gajah-gajah terhadapnya.

Mereka kemudian merekam getaran seismik berfrekuensi rendah yang dikeluarkan gajah di Namibia dan Kenya saat sedang didekati kawanan Singa. Nah, ketika rekaman ini diperdengarkan lewat getaran di tanah pada kelompok gajah Namibia lainnya, ternyata gajah-gajah tersebut berreaksi sangat dramatis. Pada awalnya mereka berdiam kaku, tapi kemudian bergerak berkelompok membentuk lingkaran dengan gajah-gajah bayi ada di tengah-tengah kelompok.

Nggak puas dengan observasi perilaku saja, tim ini kemudian melakukan pembedahan pada kaki dan telinga gajah untuk mencari tahu mengapa gajah menjadi reaktif terhadap sinyal seismik tadi. Hasilnya, mereka menemukan semacam sensor di kaki gajah yang dinamakan Pascinian dan Meissner Corpuscle, yang juga ditemukan pada belalainya. Pasc...(susah banget nulisnya) ini akan bereaksi saat ada getaran yang akan merangsang urat syaraf untuk kemudian diteruskan ke bagian otak.

Sebenarnya manusia juga punya, tapi tidak terlalu sensitif. Mungkin karena manusia banyak omong kali ya...

Tentu saja banyak hal lain yang istimewa pada gajah selain komunikasi lewat kaki ini. Tapi lain kali aja kita bahas.

Sumber bacaan: Natonal Geographic News, 8 Juli 2002. AFP.

Pertemuan (4)

Suaramu tiba melalui celah bukit membiru.
Meruntuhkan batu-batu nisan
yang tumbuh liar bagai ilalang diantara namamu.
Bukankah sepi tak lagi kekal ketika bisikmu memicu debar hati,
dengan skala getaran yang tak akan pernah bisa kupahami.
Sementara masih saja tak mampu kubedakan suara ombak tatkala surut
menjauh, dengan embun yang bergayut dan terjatuh

dari kelopakmu. Langit hanya menyisakan catatan diskusi tentang Tom
and Jerry, atau tentang kepura-puraan kita memahami isi hati
Robert Herrick. Atau kau telah kehilangan hasrat bertualang bersamaku
menelusuri sajak-sajak panjang The Waste Land seraya tiba-tiba teringat
pada semak di pinggir sungai tanpa muara dan tanpa hulu itu?

Tapi kaukah itu, kekasih,
yang menyisipkan tawa ceria di tengah geliat bangkitnya kota.
Lihatlah betapa tunas-tunas hijau mulai tinggi,
dan angin dari laut seberang tak lagi menebar cerita
tentang pokok-pokok hitam tua yang tak juga tumbang.

Sendiri mengeja pagi
saat garis buram di batas pintu tak lagi mencetak sisa air
mata. Maka biarlah aku gulirkan terus kisah pencarian berabad-abad
pada sudut senyummu, agar dalam ayunan bunga cempaka dini hari
bisa kulihat lambaian tanganmu
mengusir keraguanku sendiri.

Meulaboh, April 2007.


puisi ini, mungkin belum selesai....

Tuesday, July 10, 2007

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

Pasti udah banyak yang tau tentang GPS, alat ajaib yang mampu memberi informasi yang berkaitan dengan posisi di atas bumi ini memang bukan "barang langka" lagi. Beberapa tahun lalu GPS memang masih digunakan di kalangan terbatas, tapi sekarang telpon genggam personalpun sudah ada yang dilengkapi dengan GPS. Meski demikian nggak banyak yang mau tau, teknologi apa sih yang membuat GPS menjadi sedemikian canggih itu. Nah, postingan berikut ini saya copy habis-habisan dari blognya Adek. Bukannya males mau menguliti sendiri teknologi GPS ini, tapi semata karena informasinya sudah cukup komplit Setidaknya untuk orang awam semacam saya ini. Pokoknya, copy abis...nggak dikurangi...nggak ditambahi. Kalau berminat, silakan lanjutkan bacanya. Buat adek, nuhun pisan :)


GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

dicopy dari http://lailiaidi.blogspot.com

Laili Aidi, A-062-Kabut Fajar
Anggota Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam STTTelkom


GPS adalah sistem radio navigasi berbasis satelit yang secara terus-menerus mentransmisikan informasi dalam bentuk kode, sehingga memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan lokasi / posisi, ketinggian, kecepatan dan waktu dengan mengukur jarak kita dengan satelit.

Satelit-satelit GPS mengelilingi bumi secara konstan, dalam waktu 12 jam, jadi dalam sehari satelit mengelilingi bumi sebanyak dua kali. Satelit-satelit mentransmisikan sinyal ke sebuah alat yang disebut receiver GPS yang dimiliki oleh seorang pengguna. Dengan receiver ini, ia kemudian dapat mengetahui posisinya di permukaan bumi.

Sistem ini dibangun oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dengan biaya yang sangat tinggi yang berasal dari anggaran militer AS. Walaupun begitu, sistem ini dapat digunakan secara cuma-cuma oleh setiap orang di seluruh dunia, selama mereka memiliki receiver GPS.

PRINSIP KERJA GPS

Oleh Dephan AS, GPS ini disebut NAVSTAR ( Navigation Satellite Timing And Ranging ), dan pada dasarnya terdiri dari tiga buah segmen yaitu :

1. Segmen luar angkasa (Satellite / Space Segmen)

Terdiri atas satelit-satelit GPS yang berjumlah 24 buah, menempati 6 bidang orbit, dimana tiap orbit ditempati 4 satelit. Orbit-orbit satelit beriklinasi 55 derajat terhadap bidang equator dengan ketinggian rata-rata dari permukaan bumi sekitar 20.200 km. Setiap satelit GPS bergerak dalam orbitnya dengan kecepatan kira-kira 4 km/detik dan mempunyai periode 11 jam dan 58 menit (sekitar 12 jam). Engan konstelasi ini, setidaknya terdapat 4 - 10 satelit akan selalu terlihat di tempat manapun di bumi. Sebuah satelit memiliki 3 bagian hardware :

* Komputer, yang mengontrol pernerbangan dan fungsi lain satelit
* Atomic Clock, yang mengatur agar penunjuk waktu pada satelit tetap akurat hingga pada akurasi nanoseconds (around three-billionths of a second).
* Radio transmitter, yang mengatur agar satelit secara konsisten mengirimkan ke bumi agar dapat diterima receiver GPS yang sedang aktif atau sedang digunakan. Sehingga pengguna dapat mengetahui posisinya di permukaan bumi

Generasi Satelit GPS

* pertama disebut Blok Satelit (Block I Satellites), di luncurkan mulai 22 Februari 1978 hingga 9 Oktober 9 1985 yang terdiri dari 11 satelit.
* kedua disebut Sateli Blok II/IIA (Block II/IIA Satellites. Blok IIA adalah pengembangan dari Blok II, dengan perbaikan kemampuan pada penyimpanan data pesan navigasi dari 14 hari menjadi 180 hari. Hal ini membuat satelit pada blok ini mampu bekerja secara kontiniu tanpa support dari ground dari rentang periode tersebut. Total satelit pada blok ini adalah 28 buah yang diluncurkan pada Februari 1989 hingga November 1997. Pada generasi inilah selective availability (SA) dan antispoofing ditambahkan untuk menjamin keamanan nasional amerika
* terakhir GPS disebut dengan Blok IIR terdiri dari 21 satelit yang memiliki waktu hidup hingga 10 tahun. Satelit pada blok ini memiliki akurasi tinggi dan beroperasi secara automatik. Pada Juli 2001 lalu, 6 Blok IIR telah di luncurkan.

2. pengendali ( stasiun kontrol dan Monitoring Segmen).

Bertugas memonitor dan mengkontrol kesehatan satelit-satelit GPS. Stasiun-stasiun yang bertugas memonitor dan mengkontrol tersebut tersebar di seluruh dunia meliputi pulau Ascension (Samudra Atlantik bagian Selatan), Diego Garcia (Samudra Hindia), Kwajalein (Samudra Pasifik bagian Utara), Hawaii dan Colorado Springs. dan Master control station (chreiver AFB, Colorado)

3. pengguna ( Receiver dan user )

Ide dibalik GPS sangatlah sederhana. Jika jarak dari titik di bumi (GPS receiver) pada setidaknya 3 satelit GPS diketahui maka lokasi titik tersebut dapat dihitung berdaasrkan pada konsep resektion. Namun bagaimana cara mengetahi jarak satelit dengan receiver di bumi ? Hal ini dapat diketahui karena setiap satelit GPS secara terus menerus mentransmisikan sinya radio microwave yang terdiri dari 2 carrier, 2 kode dan sebuah pesan navigasi.

Saat pengguna GPS mengaktifkan receiver-nya, maka secara otomatis GPS receiver akan men-tracking beberapa satelit yang berada di atasnya yang sinyalnya mampu diterima dengan baik kemudian dengan software pada perangkat receiver tersebut ddapat diketahui jarak satelit GPS tersebut dari receiver menggunakan kode digital (pseudoranges) dan koordinat satelit tersebut berdasarkan pesan navigasi.

Secara teori dibutuhkan minimal tiga buah satelit yang sinyalnya dapat diterima dengan baik untuk mendapatkan posisi pengguna secara tepat. Apabila yang digunakan hanya dua buah satelit, maka akan sulit untuk menentukan posisi pengguna dengan menggunakan perpotongan area pancaran. Sedangkan untuk tiga buah satelit dapat terlihat perpotongan area pancar semakin mendekati posisi user. Namun secara praktikal sebenarnya dibutuhkan minimal 4 satelit untuk receiver clock offset. Akurasi untuk pengguna umum berdasarkan aturan selective availability adalah 100m untuk komponen horizontal, 156m untuk komponen vertical, 340 ns untuk komponen waktu. Secara keseluruhan adalah maksimal 95% probability level.

KEGUNAAN GPS

Dengan pengintegrasian Sistem Informasi Geografis ( GIS ), maka GPS dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, diantaranya:

* navigasi pada sarana transportasi.Penggunaan GPS dalam hal ini banyak kita temukan. Misalnya untuk sistem navigasi pada transportasi udara seperti pesawat terbang, transportasi perairan dan darat.

* Pemetaan. Dengan GPS, kita dapat melakukan pemetaan suatu wilayah, baik darat, maupun laut. Kelebihan dari GPS ini adalah kesulitan – kesulitan yang kita hadapi saat pemetaan ( seperti gunung pada pemetaan darat ) akan dapat teratasi dengan penggunaan GPS ini. Pada pesawat GPS juga terdapat fasilitas untuk membuat peta lokasi-lokasi yang kita tinggali atau lewati. Peta ini akan digunakan sebagai guide dalam perjalanan

KEKURANGAN GPS

GPS juga memiliki keterbatasan-keterbatasan yang menyebabkan adanya ketidakakuratan penentuan posisi. Sumber dari kesalahan – kesalahan tersebut diantaranya :

* Ephemeris error, adalah kesalahan pengiriman data message yang digunakan dalam model ephemeris untuk menghitung posisi satelit saat trasmisi sinyal diterima. Padahal ephemeris satelit sudah berubah ketika message diterima oleh penerima
* Ionosphere condition, Kondisi ionosfir yang tidak kondusif menjebabkan terjadi delay dan atau kesalahan kalkulasi pada receiver. Sinyal yang melalui ionosfer mengalami pengurangan kecepatan dan pembengkokan. Kedua efek itu disebabkan oleh pembiasan (refraksi).
* Troposphere condition, perubahan temperature, tekanan, dan kelembapan molekul dapat menyebabkan perbedaan kecepatan gelombang radio sehingga dapat terjadi sedikit kesalahan akurasi
* Timing error, terjadi karena clock satelit memberikan deviasi sebesar 976 detik dari waktu sistem GPS
* Multipath error, Terjadi saat pengguna dengan receiver GPS-nya berada di daerah terbuka, akan tetapi dengan bangunan – bangunan tinggi seperti gedung pencakar langit di sekitarnya. Sinyal yang dikirimkan satelit ke receiver akan mengalami pantulan, sehingga waktu tempuh akan mengalami penambahan yang nantinya akan mempengaruhi perhitungan. Kesalahan ini terjadi karena kombinasi data lebih dari satu lintasan propagasi yang mengubah karakteristik sinyal pengukuran jarak.
* Poor satellite coverage, Terjadi derau dan resolusi berasal dari pemrosesan sinyal oleh hardware dan software penerima yang akan menambah kesalahan dalam penentuan jarak
* Selective Availibility(SA), merupakan kebijakan dari Dephan AS, yaitu pengurangan tingkat ketelitian dari sinyal yang dikirimkan oleh satelit (Tingkat ketelitian untuk pengguna sipil antara 100 – 15 m).

DAFTAR PUSTAKA

El-Rabbany, Ahmed. . . “Introduction To GPS, The Global Positioning Systems”. London : Artech House Boston

Tim Mobil Comm Laboratory. 2007. “Opend Mind 2007”. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (Tidak diterbitkan)

McNamara, Joel. . “GPS for Dummies”. Willey Publishing Inc


sumber: http://lailiaidi.blogspot.com

Monday, July 09, 2007

Sabtu-Minggunya Orang Gajian

Biasanya kalau libur sabtu - minggu (maklum, masih jadi budaknya orang kaya yang punya perusahaan sehingga liburnya terjadwal gitu), aku suka jalan-jalan ke taman kota, atau ke rumah ortu, atau nyambi jadi tukang parkir di sebuah gedung yang sering ngadain acara atau pertemuan besar (serius lho ini..., pake priwitan segala dan topi rimba biar gak kepanasan saat markirin mobil atau motor), atau kerja berat lainnya. Tapi rupanya badanku lagi nggak mau diajak melakukan aktifitas yang akan membuat peluhku membanjir di sekujur tubuh. Maka prei kali ini cuma aku manfaatkan buat istirahat di rumah aja. Ini istirahat beneran, soalnya aku lebih banyak tidur. Nggak ada kerja berat kayak angkat kursi atau tempat tidur, nggak ada kerja kasar kayak memakai parutan untuk memarut kelapa atau memakai amplas untuk ngamplas rak buku kayu hasil karya sendiri (dari kayu-kayu bekas yang kubeli di kios madura). Pokoke istirahat...

Tapi ternyata tidur melulu emang membosankan. Tadinya mau main game aja dengan kompi kesayangan. Masih penasaran dengan level veteran di Call of Duty 2. Tapi karena suka ada yang mendelik karena merasa dicuekin kalau aku lagi main game di kompi, makanya pada hari Minggunya aku coba kombinasi ini:

1. Setel WinAmp dan menyiapkan =>
Second Live - Genesis (konser, vocalisnya sudah Phil Collins, bukan Gabriel)
Scene From Memories - Dream Theater
Private Collection #1 - Ermy Kullit
Selling Endland By The Pound - Genesis
Lir ilir - Emha Ainun Najib dan Kyai Kanjeng.
Equalizer diatur ke preset Full Bass and Treble.

2. Empat comro yang masih panas (sisanya masih ada yang belum digoreng dan disimpan di kulkas biar lebih renyah saat digoreng nanti. rencananya sisa ini buat cemilan senin malam. Eh, dah pada tau kan, kalau comro itu oncom dijero?). Nggak ketinggalan teh tubruk (nggak bermaksud promosi, tapi teh kasar merk Tjatoet itu rasanya uueenak buaanged). Sempat juga kepikiran untuk nyeduh bandrek susu (dilabel kotaknya, bandrek ini terbikin dari pala, lada, dan tanpa jahe. sedangkan untuk susu, biasanya aku pake susu kental manis. Racikan ini, akan membuatku teringat pada kawasan Tjiwidej (baca: ciwidey) karena di daerah Ranca Suni ada warung Bandrek Abah yang menyuguhkan bandrek susu pake kelapa muda yang dikerok.

3. Menyiapakan buku-buku, mengatur bantal untuk sandaran punggung, lalu mulai membaca sambil denger musik. Berikut kronologis pembacaan bukunya:

3.a "How to Speak Dragonese" yang kocak abis dan mengungkit-ungkit keinginan nulis dan nggambar (= bikin komik). Sebenarnya buku terbitan litle k ini (anaknya penerbit qanita) lebih seru seri pertamanya: "How to Train Your Dragon" karena al. berisi asal-usul si Toothless, naga milik Hiccup yang kayaknya lebih mirip cicak ompong. Tapi aku juga pengen belajar bahasa naga... bukan napas naga loh. Makanya kupilih buku ini. Selama satu jam aku cekikikan sendirian sambil membayangkan Hiccup yang pewaris tunggal kepala sku bangsa Viking, dan Fishleg koleganya. Suara dari WinAmp lewat begitu aja tanpa sempat disimak dengan serius. Namanya aja istirahat, jadi nggak usah serius juga nggak papa

3.b "Nagasasra Sabukinten" terbitan Kedaulatan Rakyat karangan S.H. Mintardja (buku ini aku baca kali pertama saat masih SMP, saat ibuku meminjamnya dari Pak Sampan, tetanggaku yang udah ubanan. Beliau menjilid rapi koleksinya dan membuatku terinspirasi untuk menjilid koleksi Kisah Petualangan Asterix dan Obelix, bertahun-tahun kemudian). Tentu saja bukan buku beliau yang saat ini aku baca. Buku kedua ini terlalu panjang kalau dibaca semua. Maka hanya aku baca episode saat jagoannya bertekuk lutut di hadapan gadis pujaan hatinya, ketika si jagoan tergagap-gagap saat gadis itu nangis, dan makin gagap saat setiap kata-katanya malah bikin gadisnya tambah nangis. Padahal tatkala sedang berhadapan dengan musuh-musuhnya, pasti lutut musuhnya itu yang ditekuk-tekuk oleh si jagoan. Tapi laki-laki perkasa sekalipun memang sering keliru membaca tanda dari peta yang disodorkan perempuan pemujanya.

3.c Salah satu novel metropop-nya GPU yang bernomor seri GM 401 05.014 dan dengan ISBN : 979 - 22 - 1625 - 1). Dalam koleksi pop karya penulis lokalku, buku ini mampu menggeser dominasi novel Tia dari penerbit yang sama karangan Kembang Manggis, yang sekarang jualan penganan kecil di Bogor dan kayaknya udah pensiun nulis. Biasanya, buku Tia ini yang aku baca ulang kalau lagi pingin mbaca buku-buku lama.
Buku ketiga ini sudah pernah kubaca juga (ugh... entah berapa kali, aku enggan menghitung... ntar penulisnya ge-er. hehehe... becanda, sebenarnya aku emang lupa dah berapa kali). Makanya kali ini bacanya loncat-loncat (maksudku halamannya, bukan akunya yang loncat-loncat). Tapi aku berhenti lama saat membaca bab 28, soalnya - seperti yang tokoh di buku itu lakukan di bab 28 - aku pernah juga "lari" karena merasa galau dan dunia seolah akan runtuh menimpa kepala. Makanya di paragraf-paragraf awal bab ini, aku berhenti lama mengenang masa lalu. (ciee... memori daun pisang neh?). Lalu balik lagi ke halaman awal buku untuk membaca prolognya yang berupa puisi. Saat ini (kebetulan atau bukan?), WinAmp sedang menyajikan Afterglow milik Genesis. Kombinasi suara Phil Collins yang ngos-ngosan karena habis nyanyi medley sambil main drum, serta kalimat puisi tentang pencarian di awal buku ini ternyata bisa bikin aku merinding. "...'cause i miss... you more....," begitu ucap Phil Collins parau. Mata tiba-tiba terasa panas... akh, laki-laki nangis seh... Oh ya, aku lebih suka kalau buku ini dihabisi saja di Bab 46. Maka setelah Bab 46, aku nggak lanjutkan membacanya.

3.d "Rumahku Dunia" karya Eka Budianta. Aku sudah empat kali membeli buku ini, tiga diantaranya aku berikan sebagai kado ultah temanku. Lantas "Kartu Nama" karya Kurnia Effendi. Kedua kumpulan puisi ini berisi hal-hal menakjubkan yang hanya bisa dituang ke dalam puisi, atau direguk dari dalam puisi.
Baca beberapa judul selama setengah jam ketika WinAmp sedang dalam posisi menampilkan suara Emha yang nggak merdu namun sanggup untuk langsung nyelonong ke dalam kalbu. "...Kenapa bukan, '...Bapak Jendral...Bapak Jendral...,' melainkan '...Cah Angon...Cah Angon...pene'no blimbing kuwi....' Kenapa blimbing...itu terserah Anda mau menafsirkan blimbing bersudut lima ini sebagai apa...yang jelas harus ada yang memanjat untuk blimbing ini...meski jalannya licin".

Eh, diantara lembaran buku Rumahku Dunia, kutemukan selembar kertas yang terselip dan ternyata berisi coretan tulisan tanganku. Isinya aku ketik ulang di sini:

Lewat tengah hari kau kembali menyapa daun-daun kayu manis hingga mereka bergoyang riang karena air yang kau siram di area pembibitan. Ada memang nyamuk kebun datang dengan suara berdengung, tapi kau tak peduli. Irama yang disuguhkan percikan air diantara daun-daun dan polybag begitu serasi disela keceriaan suaramu, meski tanah becek dan cipratan air menjadi akrab di telapak kaki. Lama kuamati kebiasaanmu dari kejauhan saat sesekali mengusapkan handuk kecil di dahi yang berkeringat. Inilah saat ketika sore bagai berhenti di hadapanmu dan menjelma lukisan keemasan, seakan tubuh kecilmu sanggup menahan berlalunya senja yang entah mengapa tak terlihat lembayungnya dari balik matamu

"Ada yang minta bibit? berikan saja, kebun kita tak akan kehabisan upaya," serumu saat dana bagai pohon di hutan jati yang meranggas. Impian besar yang belum tercapai tak mengurangi kebaikan hati, bahkan ketika benda kesayangan direnggut dan membuat kayuhan ke tanah seberang tersendat. "Dalam sudut saku, mungkin terselip hak anak yatim tanpa sengaja," belamu. Ingin kuucapkan selamat pagi selalu, betapa waktu seolah terhenti saat kesibukan berlalu, dan diam-diam kuselipkan melati diantara barisan kata ini.


waduh, ini puisi yang belum jadi, kapan nulisnya ya...? Jelas puisi ini kutujukan buat seseorang. Cepat-cepat kusalin ke kompi. hehehe... Mungkin terbaca agak kacau, maklum aja, belon selesai.

Ternyata kombinasi hal-hal yang aku lakukan tadi bisa mengantarku pada, "Aduh, udah Minggu sore. Mesti nyiapin tetek bengek lagi buat kerjaan besok."
"Emang sebel ya, kalau ketemu Minggu sore?" yang nggak aku jawab.

Malamnya aku nonton siaran langsung efwan (Formula Satu). Tapi jagoanku masih kalah aja, mungkin masih trauma karena beberapa tahun yang lalu sempat kecelakaan sampai memaksanya istirahat selama beberapa seri balapan, sehingga sampai kini ia kehilangan nyali buat gila-gilaan di sirkuit. Ini cuma mungkin loh, saya bukan psikiater....

Selesai sudah akhir pekanku yang berharga dan kulewatkan tanpa hasil konkret (nggak ada uang hasil parkiran, nggak ada rak buku yang jadi lebih halus, nggak ada tata letak barang yang baru di kamarku, nggak ada anak SMP atau SMA yang fisiknya tambah bugar karena ikutan latihan fisikku, nggak ada ... yah, nggak ada hasil fisik yang keliatan jelas gitu).

Tapi biarpun nggak ada hasil fisik, pasti ada hasil non-fisiknya. Mudah-mudahan ini nggak cuma menghibur diri, karena mungkin aku bisa belajar dan memperkaya wawasan dari lagu dan buku-buku tadi. Setidaknya aku ingat lagi bahwa aku mesti hati-hati saat bicara atau bersikap terhadap makhluk hidup berlabel perempuan; atau menambah koleksi vocabulary bahasa naga; atau ... apa lagi ya? apa baca puisi bisa memperkaya batin... ? bisa mengajarkan sesuatu yang bermanfaat...?

Yang jelas, senin ini aku merasa fresh saat masuk kantor, segar kayak ketimun atau jamblang yang baru dipetik. Yah... begitulah sabtu minggunya orang gajian saat bermalas-malasan di rumah.

Friday, July 06, 2007

terbawa suasana

Pernah nggak ketika kita berada di suatu tempat, terus teman kita mengajukan pertanyaan semacam ini pada kita :

+ kok tiba-tiba jadi pendiam?
+ kenapa jadi sepi begini?
+ biasanya kamu antusias
+ lho, tumben bisa teriak
+ eh, kenapa senyam-senyum sendirian?
+ waduh, puitis banget sih...

lalu kita seperti tersadar akan adanya perubahan emosi pada diri kita. Biasanya sih, itu terjadi karena kita ada di suatu tempat yang menimbulkan kesan sangat kuat pada diri kita. Makanya terus temen-temen kita akan bilang bahwa kita terbawa suasana.

Apa iya suasana (lingkungan sekitar) bisa mempengaruhi perilaku atau emosi seseorang? Yang biasanya kasar, tiba-tiba jadi lembut. Yang biasanya teriak-teriak tiba-tiba jadi pendiam, dsb. Apa bisa gitu? Secara impulsif, mungkin saja. tapi tidak bisa berlaku selamanya. Kalau suasana sudah berganti, maka perilaku juga akan mengikuti perubahan. Tapi ada kalanya efeknya berlaku permanen. Bukan berarti terus-terusan terbawa suasana, tapi akibat dari terbawa suasana tadi akan membuat seseorang berada dalam suatu kondisi dalam jangka waktu yang panjang. Kalau begini, maka suasana tadi menjadi pemicu bagi kondisi lain.

Bingung...? saya aja binun...jadi abaikan aja kalimat tadi. Tapi yang jelas, suasana memang bisa menghanyutkan seseorang hingga ia berada dalam kondisi emosi tertentu. Bisa positif, bisa pula negatif.

Nah, kalau saat bangun tidur di tengah hutan di atas gunung, kemudian membuka mata Anda, lalu pemandangan yang terlihat untuk kali pertama adalah pemandangan seperti foto di bawah ini, maka kira-kira emosi apa yang bisa timbul?


Kalau saya, jawabnya jelas.....

Thursday, July 05, 2007

gemuruh

gemuruh itu datang lagi
bagaikan rangkaian kereta barang
melintas jembatan di atas kepala.

ia lewati jalur mati

hanya deretan masa lalu lewat di sana
dengan gerbong-gerbong usang berisi untaian bunga
kering. sekarang sajakpun kurang bukit buat didaki.

seperti ingin minum dari tetes tak terjangkau,
tanganku menggapaimu.
hanya percik nafsu, barangkali.
tapi ini bukanlah pakaian dengan warna
dan model impian.
ini adalah sungai yang mengaliri tubuh.
aku kenal liku-likunya,
paham deras arusnya.
mengejar geliat ombak di pantai-pantai tak terjamah
dan teluk tak tersentuh.

lalu sibuk menutup rekah
hati, setelah gemuruh berlalu.
mamasang lukisan berjatuhan
dan kembali sia-sia menghayati
sunyi.

Wednesday, July 04, 2007

Unfinished Work

Beberapa tahun yang lalu, seorang kawan berkesempatan mengikuti acara penanaman bibit mangrove di pantai utara jakarta. Daerah penanaman merupakan wilayah pantai yang sedang direhabilitasi karena rusak akibat abrasi. Acara tersebut diikuti berbagai kalangan, mulai pejabat setingkat menteri, gubernur hingga aparat pemerintahan di tingkat bawahnya, wartawan, serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Semua terlibat aktif menanam bibit mangrove. Sekian ribu bibit ditebar dan diharapkan kelak akan menjadi hutan mangrove yang mampu mengatasi abrasi pantai.

Setelah lewat sekian tahun, kawan tadi mengajak saya untuk "meninjau" kawasan tempat ia menanam dulu. Saya membayangkan bahwa pastilah hutan mangrove sudah ijo royo-royo di sana. Tapi betapa tekejutnya teman saya itu, sebab daerah itu ternyata tak berbeda jauh kondisinya seperti saat dia ke sana kali pertama. Memang ada satu dua mangrove yang tegak, tapi jumlahnya sangat sedikit. Kalau ini memang hutan mangrove, pastilah hutan yang rusak. Lho, mana hutan mangrove yang dulu diharapkan tumbuh dari bibit-bibit yang ditanam para pejabat dulu? Apa yang salah? Setelah tanya sana-sini, ternyata acara penanaman tadi tidak ditindaklanjuti dengan perawatan yang intensif. Setelah tanam, tinggalkan. Begitulah yang terjadi. Maka sia-sia saja seremoni yang menghabiskan biaya tak sedikit itu. Tidak ada keseriusan untuk "mengawal" bibit-bibit hingga hutanmangrove yang diimpikan masih bersemayam di alam mimpi. Hilang disapu gelombang pasang sebelum sempat tumbuh.

Memang upaya dari berbagai pihk untuk mengembalikan fungsi hutan mangrove sudah sering digalakkan, tapi jika hanya sebatas menanam bibit tanpa ada perawatan intensif, maka upaya tadi tak akan memberi hasil maksimal. Harapan bagi tumbuh kembangnya mangrove menjadi omong kosong saja. Berbagai pihak akan bersedia jika diajak ikut menanam bibit bagi terciptanya hutan mangrove, tapi sedikit sekali yang bersedia diajak merawatnya.

Menanam bibit untuk hutan mangrove memang upaya yang baik dan patut dihargai, tapi jauh lebih baik jika disertai dengan upaya nyata untuk merawatnya, hingga benar-benar niat tadi bisa terlaksana secara tuntas.

Barangkali kita memang terbiasa memulai suatu pekerjaan, tapi lupa untuk menyelesaikannya.