Tuesday, December 30, 2008

Negriku Juga

: P

sebuah negri
terhimpit bencana bertubi-tubi
pengusiran, perampasan,
membidani lahirnya generasi pejuang.
pembunuhan, pembantaian,
melahirkan generasi yang selalu siap perang.

kita tak pernah bisa memilih di negri mana
kita ingin dilahirkan
kita tak pernah meminta
di tanah subur hijau permai ini kita dilahirkan.
maka atas nama kemanusiaan, kita adalah saudara.
atas nama kemanusiaan, kita merasakan ketidakadilan.
bagaimana mungkin adil kalau batu dilawan lapis baja?
bagaimana mungkin adil kalau kemiskinan ditindas sumber uang
tak ada habisnya?

sebuah negri
bukan belas kasihan yang dinanti
tapi ketulusan berjuang menegakkan keadilan.
dari kejauhan aku cuma bisa mengirimkan doa
semoga surga adanya....

Jakarta, 30 Desember 2008

Thursday, December 18, 2008

Serpong Malam Hari

sepulang dari kantor, terkadang saya tidak langsung menuju rumah, tapi berhenti agak lama di stasiun pemberhentian terakhir. apalagi kalau sedang sumpek dengan kerjaan kantor, sementara weekend masih jauh. niatnya sih, biar masalah kantor nggak kebawa ke rumah.

di stasiun nggak ngapa-ngapain selain nonton sepur, mendengarkan suara mesin dan peluitnya, menyimak pengumuman PPKA, atau menebak-nebak jenis lokomotif dari suara mesinnya yang khas. kadang-kadang, kalau lagi bawa kamera, suka saya sempatkan untuk motret juga, seperti foto-foto di bawah ini.

Klik gambar untuk melihat ukuran besar

foto #1:
KA 370 (sudex = sudirman expres) yang saya tumpangi, duduk dengan manis di jalur 4. sesaat lagi dia akan menjelma menjadi KA 467 A (ciujung malam).

foto #2:
pandangan ke arah timur, menunggu masuknya KA 378. hmm..... sepi.

foto #3:
wussh.... , KA 378 tiba

foto #4:
kiri: KA 378 masuk di jalur 3. kanan: KA 467 A

foto #5:
ex KA 378 sedang langsir karena jalur 3 akan digunakan KA 974 (?) itu tuh...kereta langsam tujuan RK.

foto #6:
hmm..... dinikmati aja deh. i love train

foto #7:
KA 378 selesai langsir.
eh, wajah KA 467 A sudah berwarna hijau. penyebabnya pasti ....

foto #8.
KA 467 A, ciujung malam
jalur empat.
aspek sinyal hijau, aman
silakan berangkat.

foto #9:
ketika kereta berlalu, lampu sinyal berganti warna merah. jadinya hasil foto kayak gini, deh....

foto #10:
kembali sunyi....

foto #11:
KA 974 di jalur 3. nggak sempet motret pas dia masuk stasiun.

dari rumah..., KDT telpon, "Honey, udah sampe mana?"
waduh..., jawab apa, ya... bilang ini aja deh: "Iya, sebentar lagi sampe rumah. Serpong beszet nih."

foto #12:
keluar lewat PJL sebelah barat stasiun. males kalau naik-turun tangga. motret lagi sebelum naik angkot.

oh iya, mohon maaf kalau fotonya nggak bagus dan beberapa tampak blur karena goyang. maklum, motretnya pulang kantor, dan saya nggak pernah nenteng-nenteng tripod ke kantor. sebagai gantinya, saya pake telponpod ini nih:
cukup stabil untuk pengganti tripod, cuma kalau ada kereta lewat di sebelahnya, pasti goyang juga karena kesiur angin atau getaran yang timbul saat kereta lewat.

oh iya, semua gambar ini diambil di stasiun serpong. foto pertama dijepret pada pukul 19.36 dan foto terakhir pada 19.58. Hanya 22 menit di stasiun, dan hati kembali bergairah.

Thursday, December 11, 2008

Setelah Empat Tahun

Setelah empat tahun
masih saja ada yang tidak tepat.
Kadang emosi bagai ombak mengalun
kadang mengalir terlalu cepat.

Setelah empat tahun terlewati,
aku pun sadar
bahwa menjadi suami
adalah proses untuk belajar

Thursday, December 04, 2008

Blog Temen Lama

Biasanya saya seneng kalau menemukan blog seorang kawan yang udah lama nggak kontak komunikasi. Maklum, temen 1000 kurang sedangkan musuh 1 sudah kebanyakan. Pasti saya senang dan langsung mencoba menghubunginya, dengan meninggalkan komentar, berlanjut ke japri dan tukeran nomer telpon.
Tapi kali ini beda. Saya menemukan seorang kawan lama yang nge-blog. Saya nggak langsung mencoba kontak dengan dia. Soalnya saya sebal karena saat saya klik gallery fotonya, kawan saya itu telah melemparkan saya pada kenyataan bahwa ada mimpi-mimpi saya yang belum terwujud. Khusus kawan yang satu ini, dia mengingatkan saya bahwa mimpi saya untuk punya sepeda gunung, masih sebatas angan-angan.
Nanti, kalau kesal dan jengkel saya sudah hilang, saya akan hubungi lagi dia.

Wednesday, December 03, 2008

Pemilu dan Kesibukan Kita

Tahun depan adalah Pemilu untuk memilih parlemen dan pemimpin nasional. Sejak beberapa bulan lalu, gairahnya sudah tampak. Di jalan-jalan, bendera-bendera partai sudah dipancangkan di tiang-tiang atau di pepohonan. Juga gambar-gambar caleg, terutama caleg tingkat daerah kabupaten/kota. Wajah-wajah asing bagi saya, terpampang dalam baliho yang terkadang ukurannya tidak masuk akal. Ini, memang bisa menjadi indikasi hidupnya demokrasi. Tapi, dari sisi lain, kita bisa melihatnya sebagai pemborosan, sekaligus upaya pembodohan yang berkelanjutan.

Pemborosan, itu sudah jelas. Berapa rupiah harus dikeluarkan untuk bendera-bendera, poster, stiker, ataupun baliho kayak layar tancep gitu? Apa tidak ada sasaran lain dalam daftar prioritas untuk menghabiskan uang? Bagi saya, pengeluaran uang untuk hal semacam itu merupakan pemborosan, sebab hsilnya sama sekali tidak ada jaminan. Belum ada penelitian yang menyimpulkan populer dan dipilihnya partai atau tokoh partai karena iklan yang disebarkan. Jadi, segala pengumuman yang menggunakan uang banyak itu sama sekali belum terbukti efektif.

Pembodohan, sebab memang iklan lewat bendera, poster, ataupun bentuk-bentuk sejenis, akan membuat seseorang atau beberapa orang yang tertarik untuk terbawa iklan tersebut, menjadi orang-orang yang tidak rasional. Bagaimana mungkin seseorang memilih seorang tokoh hanya karena alasan iklan? Memang akan ada yang melakukan hal tersebut, dan jumlahnya belum pernah dihitung siapapun. Tapi, itu kan tidak rasional? Orang yang terjebak iklan tersebut sudah terjebak dalam pembodohan. Apa iya partai atau tokoh partai yang dipilihnya itu benar-benar dikenalnya? Paling-paling hanya karena "biasa ngeliat wajahnya di poster," atau "benderanya udah akrab, udah sering liat." Lha... ini kan pembodohan. Dan ini sudah berlangsung lama, serta tampaknya akan terus berlangsung lama. Jadi program berkelanjutan.

Kalau memang ingin memilih, ya harusnya dipilih dengan pertimbangan masak-masak, bukan karena sogokan iklan, dong.

Tapi, sebagian besar dari kita tampaknya memang tak peduli dengan berbagai atribut tadi. Hidup tetap berjalan sebagaimana biasa. Nggak ada yang peduli kecuali pengurus partai atau tim sukses caleg daerah yang dapet jatah kerja untuk sosialisasi, kan?

Saya hanya kecewa, sebab kebanyakan bendera, atau stiker, atau poster, atau baliho tadi, jadi mengesankan pemandangan yang berantakan. Masa di tengah-tengah hijau dan rimbunnya daun, ada bendera warna-warni? Tembok mana di pinggir jalan yang tidak ditempeli poster atau stiker gambar caleg daerah? Dengan kata lain: Merusak Pemandangan. Itu ajah.

Tuesday, December 02, 2008

Belajar Ikhlas

Kecewa bisa datang pada siapa saja. Kita semua pernah merasakannya. Kita kecewa karena ada hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan kita, atau keinginan kita, atau target-target yang telah kita susun ternyata meleset. Hal-hal seperti ini ternyata bisa membuat kita kecewa.

Tapi sebenarnya kekecewaan ini bisa dihindari. Ini hanya soal mengatur niat saja. Niat saat hendak melakukan sesuatu. Sebagai contoh, ketika saya memberikan sesuatu kepada seseorang. Jika niat tersebut bertujuan agar saya bisa mendapatkan ucapan terima kasih, maka saya pasti akan kecewa kalau orang tersebut menganggap pemberian saya biasa-biasa saja, dan tidak merasa perlu untuk mengucapkan terimakasih.

Contoh lain, kalau saya melakukan pekerjaan semata diniatkan hanya untuk memperoleh gaji saja, maka saya akan kecewa kalau ternyata dalam melakukan pekerjaan (meskipun tetap mendapat gaji utuh), saya berkali-kali disalahkan atasan. Kenapa? karena niat tadi tidak saya atur dengan baik.

Agar tidak datang kekecewaan, maka niatkanlah segala sesuatu untuk mendapatkan Keridloan Allah SWT. Tidak boleh ada niat lain, selain ibadah tersebut. Ini bukan saja akan menjaga kita dari kekecewaan, tetapi akan tetap menjaga kita agar terus berada di jalan yang benar. (Bagaimana mungkin kita mencuri dengan niat mendapatkan Ridlo-Nya?) Ini bukan hanya dalam pekerjaan ritual ibadah saja, tetapi mencakup semua hal yang dilakukan (termasuk nge-blog). Nah, konon, itu salah satu bentuk keikhlasan, hanya mencari keridloan Allah SWT.

Saya sih, masih belajar untuk ikhlas... masih jauh dari orang dengan status ikhlas.