Monday, January 29, 2007

Ranu Kumbolo *

ketika awan pergi, langitpun berkaca
pada wajahnya.
biru, seperti setiap hati ini
membisikkan namamu.

inilah telaga, yang telah membuat langit tinggi
jatuh hati
dan menumpahkan segenap warna di riak mukanya.

bersama angin menggulirkan musim
dan kepak belibis memercikkan hari-hari,
aku larung semua kecemasan di kedalaman
hatimu. langkah-langkah menyusuri lekuk landai di tepian,
diam-diam menyisir kenangan
diantara gerai lembut daun jarum cemara
dan lambaian di tiap helai rambutmu.

lewat desah ilalang mengurungnya,
atau gumam lirih dari hutan di bukit yang jauh,
terbaca lagi jejak persinggahan.
menyemai benih,
hingga tumbuh menggapai rindu.

*) Ranu Kumbolo adalah nama salah satu danau di pegunungan Semeru
ada juga yang menyebutnya Ranu Gumbolo

15 comments:

Kristin said...

aduh puisinya....
mbikinnya penuh penghimatan yg dalam neh kayaknya hihihi

artja said...

hihihi... jadi kepingin malu

Anonymous said...

baca puisi ini jadi rindu kekasihku 'orangutan' n hutan...

Unknown said...

mas, ranu kumbolo apaaan ??
tapi puisi nya bagus juga...

artja said...

eh, Ranu Kumbolo itu, nama danau di gunung semeru.

Anisa said...

Mas/mbak temanten baru...SB nya lagi ngadat nih...jadi masuk ke comment aja ya..makasih dah mampir diwebku.
Sepeertinya ini temanten baru ya...selamat ya..hehehehe..mudah2an gak salah.Mudah2an juga bisa membentuk keluarga samawar

@taufand said...

Danaunya biru bangeet.....

Anonymous said...

heheh.. avatarnya lagi manten ya?

Anonymous said...

Bro...Tgl 6 mpe 11 juli besok wa mao naek semeru nih..
Mohon petunjuknya ya

Anonymous said...

Sori lari ke sini.
Nyari "tanggal aman".

So, apa maksudmu???
Capek menduga-duga, Artja.

BTW istrimu cantik. :)

Anonymous said...

tiap kali ada pertanyaan soal puisi, gue selalu sedih. sebab menurut gue, penulis sudah mati saat tulisannya "disebar". siapapun boleh memilih tafsirnya sendiri atas tulisan2 itu.

tapi kamu beda, nanti aku jelasin via email aja ya...

Anonymous said...

Mas, SMS failed mulu... :(

artja said...

@rindjani :
istriku cantik? alhamdulillah.

tapi saya tidak mencintai seseorang karena tampilan fisiknya...

Anonymous said...

Mas Artja,
puisimu bagus dan puitik
Salute !

Unknown said...

" ketika angin berbisik pada pucuk-pucuk cemara...tentang kabut yang mulai sirna..terhampar bias sinar si matahari..memandu matahati kita tuk menjadi saksi bagi jiwa-jiwa yang kini lepas yang dulu pernah terpidana.." *}