Tuesday, December 30, 2008

Negriku Juga

: P

sebuah negri
terhimpit bencana bertubi-tubi
pengusiran, perampasan,
membidani lahirnya generasi pejuang.
pembunuhan, pembantaian,
melahirkan generasi yang selalu siap perang.

kita tak pernah bisa memilih di negri mana
kita ingin dilahirkan
kita tak pernah meminta
di tanah subur hijau permai ini kita dilahirkan.
maka atas nama kemanusiaan, kita adalah saudara.
atas nama kemanusiaan, kita merasakan ketidakadilan.
bagaimana mungkin adil kalau batu dilawan lapis baja?
bagaimana mungkin adil kalau kemiskinan ditindas sumber uang
tak ada habisnya?

sebuah negri
bukan belas kasihan yang dinanti
tapi ketulusan berjuang menegakkan keadilan.
dari kejauhan aku cuma bisa mengirimkan doa
semoga surga adanya....

Jakarta, 30 Desember 2008

Thursday, December 18, 2008

Serpong Malam Hari

sepulang dari kantor, terkadang saya tidak langsung menuju rumah, tapi berhenti agak lama di stasiun pemberhentian terakhir. apalagi kalau sedang sumpek dengan kerjaan kantor, sementara weekend masih jauh. niatnya sih, biar masalah kantor nggak kebawa ke rumah.

di stasiun nggak ngapa-ngapain selain nonton sepur, mendengarkan suara mesin dan peluitnya, menyimak pengumuman PPKA, atau menebak-nebak jenis lokomotif dari suara mesinnya yang khas. kadang-kadang, kalau lagi bawa kamera, suka saya sempatkan untuk motret juga, seperti foto-foto di bawah ini.

Klik gambar untuk melihat ukuran besar

foto #1:
KA 370 (sudex = sudirman expres) yang saya tumpangi, duduk dengan manis di jalur 4. sesaat lagi dia akan menjelma menjadi KA 467 A (ciujung malam).

foto #2:
pandangan ke arah timur, menunggu masuknya KA 378. hmm..... sepi.

foto #3:
wussh.... , KA 378 tiba

foto #4:
kiri: KA 378 masuk di jalur 3. kanan: KA 467 A

foto #5:
ex KA 378 sedang langsir karena jalur 3 akan digunakan KA 974 (?) itu tuh...kereta langsam tujuan RK.

foto #6:
hmm..... dinikmati aja deh. i love train

foto #7:
KA 378 selesai langsir.
eh, wajah KA 467 A sudah berwarna hijau. penyebabnya pasti ....

foto #8.
KA 467 A, ciujung malam
jalur empat.
aspek sinyal hijau, aman
silakan berangkat.

foto #9:
ketika kereta berlalu, lampu sinyal berganti warna merah. jadinya hasil foto kayak gini, deh....

foto #10:
kembali sunyi....

foto #11:
KA 974 di jalur 3. nggak sempet motret pas dia masuk stasiun.

dari rumah..., KDT telpon, "Honey, udah sampe mana?"
waduh..., jawab apa, ya... bilang ini aja deh: "Iya, sebentar lagi sampe rumah. Serpong beszet nih."

foto #12:
keluar lewat PJL sebelah barat stasiun. males kalau naik-turun tangga. motret lagi sebelum naik angkot.

oh iya, mohon maaf kalau fotonya nggak bagus dan beberapa tampak blur karena goyang. maklum, motretnya pulang kantor, dan saya nggak pernah nenteng-nenteng tripod ke kantor. sebagai gantinya, saya pake telponpod ini nih:
cukup stabil untuk pengganti tripod, cuma kalau ada kereta lewat di sebelahnya, pasti goyang juga karena kesiur angin atau getaran yang timbul saat kereta lewat.

oh iya, semua gambar ini diambil di stasiun serpong. foto pertama dijepret pada pukul 19.36 dan foto terakhir pada 19.58. Hanya 22 menit di stasiun, dan hati kembali bergairah.

Thursday, December 11, 2008

Setelah Empat Tahun

Setelah empat tahun
masih saja ada yang tidak tepat.
Kadang emosi bagai ombak mengalun
kadang mengalir terlalu cepat.

Setelah empat tahun terlewati,
aku pun sadar
bahwa menjadi suami
adalah proses untuk belajar

Thursday, December 04, 2008

Blog Temen Lama

Biasanya saya seneng kalau menemukan blog seorang kawan yang udah lama nggak kontak komunikasi. Maklum, temen 1000 kurang sedangkan musuh 1 sudah kebanyakan. Pasti saya senang dan langsung mencoba menghubunginya, dengan meninggalkan komentar, berlanjut ke japri dan tukeran nomer telpon.
Tapi kali ini beda. Saya menemukan seorang kawan lama yang nge-blog. Saya nggak langsung mencoba kontak dengan dia. Soalnya saya sebal karena saat saya klik gallery fotonya, kawan saya itu telah melemparkan saya pada kenyataan bahwa ada mimpi-mimpi saya yang belum terwujud. Khusus kawan yang satu ini, dia mengingatkan saya bahwa mimpi saya untuk punya sepeda gunung, masih sebatas angan-angan.
Nanti, kalau kesal dan jengkel saya sudah hilang, saya akan hubungi lagi dia.

Wednesday, December 03, 2008

Pemilu dan Kesibukan Kita

Tahun depan adalah Pemilu untuk memilih parlemen dan pemimpin nasional. Sejak beberapa bulan lalu, gairahnya sudah tampak. Di jalan-jalan, bendera-bendera partai sudah dipancangkan di tiang-tiang atau di pepohonan. Juga gambar-gambar caleg, terutama caleg tingkat daerah kabupaten/kota. Wajah-wajah asing bagi saya, terpampang dalam baliho yang terkadang ukurannya tidak masuk akal. Ini, memang bisa menjadi indikasi hidupnya demokrasi. Tapi, dari sisi lain, kita bisa melihatnya sebagai pemborosan, sekaligus upaya pembodohan yang berkelanjutan.

Pemborosan, itu sudah jelas. Berapa rupiah harus dikeluarkan untuk bendera-bendera, poster, stiker, ataupun baliho kayak layar tancep gitu? Apa tidak ada sasaran lain dalam daftar prioritas untuk menghabiskan uang? Bagi saya, pengeluaran uang untuk hal semacam itu merupakan pemborosan, sebab hsilnya sama sekali tidak ada jaminan. Belum ada penelitian yang menyimpulkan populer dan dipilihnya partai atau tokoh partai karena iklan yang disebarkan. Jadi, segala pengumuman yang menggunakan uang banyak itu sama sekali belum terbukti efektif.

Pembodohan, sebab memang iklan lewat bendera, poster, ataupun bentuk-bentuk sejenis, akan membuat seseorang atau beberapa orang yang tertarik untuk terbawa iklan tersebut, menjadi orang-orang yang tidak rasional. Bagaimana mungkin seseorang memilih seorang tokoh hanya karena alasan iklan? Memang akan ada yang melakukan hal tersebut, dan jumlahnya belum pernah dihitung siapapun. Tapi, itu kan tidak rasional? Orang yang terjebak iklan tersebut sudah terjebak dalam pembodohan. Apa iya partai atau tokoh partai yang dipilihnya itu benar-benar dikenalnya? Paling-paling hanya karena "biasa ngeliat wajahnya di poster," atau "benderanya udah akrab, udah sering liat." Lha... ini kan pembodohan. Dan ini sudah berlangsung lama, serta tampaknya akan terus berlangsung lama. Jadi program berkelanjutan.

Kalau memang ingin memilih, ya harusnya dipilih dengan pertimbangan masak-masak, bukan karena sogokan iklan, dong.

Tapi, sebagian besar dari kita tampaknya memang tak peduli dengan berbagai atribut tadi. Hidup tetap berjalan sebagaimana biasa. Nggak ada yang peduli kecuali pengurus partai atau tim sukses caleg daerah yang dapet jatah kerja untuk sosialisasi, kan?

Saya hanya kecewa, sebab kebanyakan bendera, atau stiker, atau poster, atau baliho tadi, jadi mengesankan pemandangan yang berantakan. Masa di tengah-tengah hijau dan rimbunnya daun, ada bendera warna-warni? Tembok mana di pinggir jalan yang tidak ditempeli poster atau stiker gambar caleg daerah? Dengan kata lain: Merusak Pemandangan. Itu ajah.

Tuesday, December 02, 2008

Belajar Ikhlas

Kecewa bisa datang pada siapa saja. Kita semua pernah merasakannya. Kita kecewa karena ada hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan kita, atau keinginan kita, atau target-target yang telah kita susun ternyata meleset. Hal-hal seperti ini ternyata bisa membuat kita kecewa.

Tapi sebenarnya kekecewaan ini bisa dihindari. Ini hanya soal mengatur niat saja. Niat saat hendak melakukan sesuatu. Sebagai contoh, ketika saya memberikan sesuatu kepada seseorang. Jika niat tersebut bertujuan agar saya bisa mendapatkan ucapan terima kasih, maka saya pasti akan kecewa kalau orang tersebut menganggap pemberian saya biasa-biasa saja, dan tidak merasa perlu untuk mengucapkan terimakasih.

Contoh lain, kalau saya melakukan pekerjaan semata diniatkan hanya untuk memperoleh gaji saja, maka saya akan kecewa kalau ternyata dalam melakukan pekerjaan (meskipun tetap mendapat gaji utuh), saya berkali-kali disalahkan atasan. Kenapa? karena niat tadi tidak saya atur dengan baik.

Agar tidak datang kekecewaan, maka niatkanlah segala sesuatu untuk mendapatkan Keridloan Allah SWT. Tidak boleh ada niat lain, selain ibadah tersebut. Ini bukan saja akan menjaga kita dari kekecewaan, tetapi akan tetap menjaga kita agar terus berada di jalan yang benar. (Bagaimana mungkin kita mencuri dengan niat mendapatkan Ridlo-Nya?) Ini bukan hanya dalam pekerjaan ritual ibadah saja, tetapi mencakup semua hal yang dilakukan (termasuk nge-blog). Nah, konon, itu salah satu bentuk keikhlasan, hanya mencari keridloan Allah SWT.

Saya sih, masih belajar untuk ikhlas... masih jauh dari orang dengan status ikhlas.

Friday, June 27, 2008

Pesta Buku Jakarta

Biasanya, bulan Juni di Jakarta, selalu identik dengan Jakarta Fair. Acara tahunan yang menurut saya cocok buat yang senang hiburan tersebut, selalu dipadati pengunjung, (termasuk copet-copet, hehe). Namun, selain Jakarta Fair, ada juga acara lain yang menurut saya lebih menarik, yaitu Jakarta Book Fair, atau biasa dikenal sebagai Pesta Buku Jakarta.

Sebenarnya info tentang acara ini sudah tersebar luas di mana-mana, tapi karena ada kenalan saya yang selalu mengingatkannya (meskipun dengan cara menanyakannya kepada saya), maka saya tulis saja di sini.


Pesta Buku Jakarta kali ini diselenggarakan tanggal 28 Juni 2008 sampai dengan tanggal 6 Juli 2008. Penyelenggaranya adalah Ikatan Penerbit Indonesia cabang Jakarta Raya (Ikapi Jaya). Tempatnya, seperti biasa, di gedung Istora Senayan Jakarta. Itu tuh, tempat yang kemarenan jadi tempat perebutan Piala Thomas dan Piala Uber. Meskipun menurut saya, tempatnya masih kurang luas, tapi cukup nyaman juga kalau ke sana pas ketika tidak sedang ramai-ramainya. Karena diadakan di bulan Juni, maka penyelenggaraannya juga dikaitkan dengan perayaan ulang tahun kota Jakarta yang tahun ini berusia 481 tahun. Tidak heran kalau yang membuka pesta ini adalah (rencananya) Gubernur yang berkumis itu.

Yang menarik, tema yang dipilih penyelenggara kali ini. Bayangkan saja, masa temanya adalah "Jakarta Banjir". Nah lho... aneh 'kan? Maksudnya, banjir itu... yeah, kita lihat saja sendiri, apa maksud banjir di situ. Yang jelas, sangat mudah menemukan buku-buku di sana. Iya dong, namanya aja pesta buku. Tentu saja akan ada potongan harga, mulai 10 % hingga 70 %. Saya sering membeli buku-buku murah di acara ini pada penyelenggaraan yang lalu-lalu. Biaasanya, buku-buku yang masuk kategori cuci gudang" atau cacat produk dijual dengan harga sanagt murah. Tapi jangan keliru, maksudnya cacat di sini, mungkin sampulnya ada yang cetakannya terbalik, atau sudutnya bolong, dsb., sehingga tidak layak untuk dijual di toko pada umumnya. Selain itu, berkumpulnya berbagai penerbit di satu tempat akan memudahkan kita untuk mencari buku-buku dengan leluasa.

Oh, iya.... ada satu hal lagi, acara ini gratis. Datang saja, nggak dipungut bayaran, kok.

Tuesday, June 24, 2008

Nggak Boleh Tepat Waktu

Hari ini di kantor beredar bocoran memo tentang jam kerja di kantorku. Dari desas desus, akan diatur agar karyawan tidak boleh datang dan pulang kantor tepat waktu. Lho!? Kok tepat waktu malah nggak boleh?

Ternyata maksudnya adalah tidak boleh mepet waktu. Jadi, karyawan harus datang 10 menit sebelum jam masuk kantor, kemudian keluar kantor jauh setelah jam kantor usai.

Wah, kalau begitu, buat apa ditetapkan aturan bahwa "JAM KANTOR ADALAH JAM 08.00 - 17.00" Bayangkan saja, datang dan pulang tepat waktu tidak boleh!!!

Belum tahu, apa sanksi bagi pelanggaran aturan baru ini. Yang jelas, untuk pulang, tidak boleh sebelum 17.30. Sebenarnya nggak masalah kalau kelebihan waktunya itu dihitung lembur dan over time bisa dikonversi menjadi uang. Masalahnya, di kantorku (perusahaan kecil milik perseorangan) tidak mengenal istilah over time bag staf atua karyawan biasa. Kecuali office boy dan cleaning service. Mereka malah dapet lembur kalau kerja over time.

Sementara kalau ada karyawan yang pulang cepat, meskipun sudah melewati jam kerja, pasti akan ditegur dan disindir-sindir. Akan dikatakan bahwa sebaiknya pulang setelah 17.30. Coba kita hitung-hitung, kalau masuk jam 07.50 dan pulang jam 17.30, maka jam kerja dalam satu hari setelah dipotong istirahat 1 jam, adalah:
17.30 - 07.50 - 1= 1.050 menit - 470 menit - 60 menit = 520 menit
atau 8 jam 40 menit.
dalam satu minggu (5 hari kerja) menjadi: 2.600 menit = 43 jam 20 menit

Artinya, ini sudah di luar standar Depnaker. Sisa 3 jam 20 menit dalam seminggu, harus dikonversikan dalam bentuk kompensasi lembur dong!!! Ini kalau mengacu pada keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor KEP. 102/MEN/VI/2004
Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.

Tapi susah juga sih. Soalnya kantornya bukan perusahaan pemerintah, juga bukan swasta besar. CUma perusahaan milik perorangan. Apa kata pemilik, ya itulah aturan dunia.

Thursday, June 12, 2008

16Jam Perjalanan Darat

Sekali lagi aku terpaksa melakukan perjalanan darat dari Medan menuju Meulaboh. Sebenarnya kalau harus menempuh perjalanan darat, aku lebih suka melalui jalur Banda Aceh - Calang - Meulaboh. Menyusuri pesisir melalui sebagian jalan baru yang belum selesai (karena jalan lama rusak digilas tsunami 2004). Soal pemandangan sih, sama-sama indah. Tapi waktu tempuhnya bisa jauh berbeda. Perjalanan darat Medan - Meulaboh paling tidak harus ditempuh selama 12 jam, sedangkan dari Banda, bisa separuhnya. Lho, kenapa ke Medan, kalau begitu? Sebab tadinya aku berniat naik Susi Air dari Medan, tapi tiketnya sudah habis. Terpaksa menggunakan jalur darat. Tahu begini, mending ke Banda, sekaligus bertemu dengan teman yang sedang di sana.

Aku menggunakan jasa travel yang menggunakan kendaraan Kijang Kapsul. Sengaja meminta duduk di samping supir, suapaya lebih lega. Jadwal berangkatnya setelah maghrib. Itu artinya sekitar jam tujuh malam.

Ternyata mobil baru berangkat dari loket travel jam 19.30. Masih ada beberapa jam sebelum berangkat. Ada niat juga ingin jalan-jalan di Medan ini, siapa tahu bisa ketemu teman maya yang berdomisili di sini. Tapi urung, sebab waktunya nggak cukup banyak. Nanti saja mampirnya, sepulang dari Meulaboh, sekaligus cari oleh-oleh.

Ada 5 penumpang termasuk aku. Dua diantaranya adalah seorang ibu dan anaknya yang masih kecil. Supirnya membawa mobil dengan kecepatan sedang-sedang saja, setidaknya menurut ukuran perjalanan jarak jauh antar kota. Dengan kecepatan seperti itu, aku perkirakan jam 10 keesokan harinya baru akan tiba di Meulaboh. Itu berarti 15 jam perjalanan. Waduh...

Perkiraanku tidak meleset terlalu jauh. Setelah 16 jam di dalam mobil dengan jok panas dan AC yang tidak dihidupkan karena supir dan sebagian penumpangnya merokok, tibalah aku di Meulaboh. Entah karena supirnya tidak berani terlalu ngebut, atau karena terlalu sering singgah (5 kali pemberhentiaan dengan waktu antara 15 menit hingga 30 menit. Bahkan di Alue Bilie pun masih berhenti untuk sarapan, padahal Meulaboh sudah dekat!).

Sampai di rumah, malah tidak bisa istirahat (tidur). Badan terasa panas dalam. Mata lelah, tapi tidak bisa tidur (mana bisa mengubah jam biologis dengan cepat). Jadi langsung ke kantor saja dan melakukan aktifitas kerja.

Sampai di kantor, apa bisa kerja? Hmm.....

Monday, April 07, 2008

Asal Usul Teh

(versi Goscinny & Uderzo)

Pernah ada satu cerita tentang awal mula bangsa Inggris senang minum teh. Satu ketika, seorang dukun dari Inggris datang ke kampung Ghalia. Dalam versi aslinya, ditulis Gaule. Ia bermaksud meminta ramuan ajaib kepada dukun dari bangsa Ghalia. Ramuan yang diyakini sangat ampuh untuk menambah kekuatan bagi siapa saja yang meminumnya. Ia membutuhkannya karena bangsanya, bangsa Inggris, sering terdesak dalam perang menghadapi bangsa Romawi.

Maka dibuatkanlah ramuan itu, oleh dukun Panoramix di kampung Ghalia. Setelah selesai, Panoramix mengantarkan rekan sejawatnya tadi pulang ke Inggris. Bersamanya, turut pula Asterix, Obelix, dan tak ketinggalan Idefix.

Sayangnya, perjalanan itu tak mulus. Mata-mata Romawi berhasil mengetahui bahwa rombongan kecil itu sedang mengemban misi penting: membawa senjata rahasia bagi bangsa Inggris untuk menghadapi tentara Romawi. maka rombongan kecil itu terus menerus mendapatkan gangguan. Berbagai upaya dilakukan untuk merebut ramuan yang dibawa dalam gentong kayu tersebut. Setidaknya, mencegahnya agar gentong ramuan ajaib tadi tidak sampai ke bangsa Inggris.

gambar diambil dari sini

Tentara Romawi memang gagal mendapatkan gentong itu, tapi mereka berhasil menghancurkannya. Maka pupuslah harapan dukun Inggris untuk dapat menolong bangsanya dengan bantuan ramuan ajaib bangsa Ghalia.

Untunglah dukun Panoramix cerdik. Ketika mereka telah tiba di Inggris, dukun dengan bersabit emas itu mengatakan bahwa ia bisa membuat ramuan itu. Padahal mereka berada jauh dari kampung Ghalia, dan beberapa rempah-rempah harus diambil dari hutan di dekat kampung Ghalia itu. Tapi Panoramix meyakinkan yang lain bahwa ia bisa, sambil menunjukkan daun-daun yang ada di saku jubah putihnya. Kebetulan di perjalanan Panoramix memang memetik daun yang tumbuh di pegunungan.

Lalu dibuatlah ramuan dengan menggunakan daun tadi sebagai bahannya. Tentu saja Asterix tahu, bahwa ramuan yang dihasilkan bukanlah ramuan ajaib. Namun bangsa Inggris tidak mengetahuinya, bukan?

Setelah meminum ramuan itu, bangsa Inggris sangat yakin bahwa kekuatan mereka sudah bertambah. Bukankah mereka sudah minum ramuan ajaib? Hasilnya sungguh menakjubkan. Di dalam pertempuran, mereka bisa mengalahkan tentara Romawi. Misi berhasil, dan Asterix beserta kawan-kawannya pulang kembali ke Ghalia.

Dalam perjalanan pulang, Asterix sempat bertanya daun apakah sebenarnya yang digunakan Panoramix untuk membuat ramuan itu. Panoramix, menjawab singkat:
"Daun teh."

Kalau hanya daun teh, kenapa ramuan itu bisa begitu berkhasiat bagi bangsa Inggris pada saat itu hingga mampu mengalahkan tentara Romawi? Ataukah Panoramix berdusta dan memasukkan ramuan lain ke dalam panci tehnya? Rasanya tidak seperti itu.

Friday, April 04, 2008

Konstruksi

Pernah kerja di kantor konstruksi? Saya belum pernah, tapi kantor tempat saya kerja saat ini memiliki divisi konstruksi. Sedikit banyak, saya tahu jumlah uang yang beredar dan uang yang tidak beredar (walaupun sudah dianggarkan). Artinya, ada uang yang harusnya digunakan untuk keperluan tertentu, ternyata masih ngendon saja di rekening proyek. Begitu proyek selesai, uang tadi dihitung sebagai sisa anggaran dan sah disebut sebagai keuntungan.

Kalau diibaratkan perdagngan, ini pasti selisih antara modal dengan jumlah penjualan. Keuntungan. Perdagangan tidak dilarang dan merupakan cara halal mencari uang. Tapi jadi lain masalahnya kalau sisa anggaran tadi jumlahnya nggak masuk akal dan prosentase terhadap nilai proyeknya begitu besar.

Lho, apa anggarannya digelembungkan, sehingga bisa banyak sisanya? (kalau sebulan ada sisa sampai 2 milyar, itu banyak apa nggak, ya?) Sebenarnya tanpa menggelembungkan anggaranpun, realisasinya tak akan melebihi jatah yang diberikan. Sisa itu tadi, selain karena efisiensi, juga hasil dari "efisiensi" dalam bentuk lain. Jadi, misalkan anda disuruh mengaspal jalan setebal 7 cm, bikinlah 5 cm saja, maka akan ada sisa yang cukup.

Kemarin saya berdebat dengan teman kantor, tentang siapa saja yang "ikut menanggung" dosa? Saya cuma orang IT. Keterlibatan saya cuma menyediakan software untuk bagian keuangan serta menjamin beroperasinya semua perangkat IT. Apa ikut kebagian dosa? Yang jelas, saat bagi-bagi bonus dari keuntungan proyek, saya nggak kebagian.

Thursday, April 03, 2008

Alergi Obat

Obat semestinya menyembuhkan penyakit dan menghilangkan rasa sakit. Bukan sebaliknya: menambah penyakit dan rasa sakit. Tetapi hal ini tidak berlaku pada semua orang. Beberapa orang tertentu memiliki alergi terhadap obat. Ketika meminum obat tertentu, tubuhnya akan bereaksi. Bukan reaksi yang baik, tetapi malah berakibat buruk seperti badan yang gatal-gatal, bintik-bintik merah, diare, hingga sesak napas dan bahkan mengakibatkan kematian. Kenapa obat justru menambah penyakit?

Alergi obat terjadi karena tubuh menganggap obat yang dikonsumsi (biasanya dari jenis antibiotika penisilin, sulfonamid, obat analgetik (pain killer), serta obat antipiretik (penurun panas)) sebagai bahan berbahaya yang harus dilawan. Efek gatal, kemerahan pada kulit, dan sebagainya itu, adalah wujud dari pertempuran antara sistem kekebalan tubuh dengan kandungan obat. Resiko alergi terhadap obat ini lebih tinggi pada mereka yang sering mengkonsunsi obat-obatan. Pada awalnya, mungkin obat tertentu tidak akan menimbulkan alergi. Tapi semakin sering obat terebut dikonsumsi, tubuh akan semakin sensitif. Maka bisa saja terjadi kelainan pada tubuh kita karena alergi terhadap obat yang sudah biasa kita minum.

Apa ada obat untuk menghilangkan alergi? Kalau sekedar menghilangkan gejala, tentu saja ada. Namun sifatnya sementara. Sifat ketahanan tubuh yang alergi terhadap obat tadi, tidak akan bisa hilang. Reaksi tersebut akan datang lagi jika pemicu alergi kembali dikonsumsi.

Lha, terus bagaimana caranya supaya kita nggak makin tersiksa gara-gara obat yang kita tenggak ternyat amalah menimbulkan alergi? Gampang. Ingat-ingat saja obat apa yang membuat kita alergi. Kalau suatu saat kita sakit, maka katakanlah kepada dokter bahwa kita memiliki alergi terhadap obat. Maka dokter akan memberikan obat yang "aman."

Tapi kalau terlanjur terkena dampak akibat alergi terhadap obat, maka langkah pertama adalah hentikan semua obat yang dikonsumsi. Lalu pergilah ke dokter yang memberi resep atau dokter terdekat lainnya. Mintalah supaya obat-obatan tersebut diganti, beserta tambahan obat anti alergi. Kecuali untuk kasus-kasus alergi tertentu seperti Stevens-Johnson syndrome maka pengobatan dari dokter Puskesmas sudah cukup, kok.

Wednesday, March 26, 2008

Dunianya Orang Pengecut

Udah liat ini ? Hihihi... lucu banget deh, tu orang...

Masa dia bilang, "Internet itu dunianya orang pengecut." Lah....

Tapi ada untungnya juga dunia ini ada orang kayak gitu. Soalnya kita jadi punya bahan buat tertawa, dan tertawa itu sehat. Yang tidak sehat itu kalau arogan, menganggap rendah orang lain, menghina orang lain, membodoh-bodohi orang lain, memperlakukan pasangan seperti memperlakukan penjahat kambuhan seraya mengaku sebagai orang relijius dan dekat dengan ulama-ulama.

Iya, gak?

Wednesday, March 19, 2008

Sarapan, euy...

Sejak masih kecil, saya selalu dibiasakan sarapan oleh orang tua saya. Makanya kebiasaan itu terus terbawa sampai saya duduk di bangku SMA. Lho... kok cuma SMA?

Iya, soalnya sewaktu kuliah, saya tinggal di dalam rumah kontrakan, bertujuh dengan kawan-kawan saya. Nah, urusan sarapan jadi urusan yang menyita waktu yang tidak sedikit. Mesti pergi ke warung atau memasak dulu. Memang sih, ad ajug atukang bubur kacang ijo atau bubur ayam yang lewat di depan rumah, tpai waktunya nggak pasti. Kadang pagi-pagi sekali, kadang jam 8 juga belum nongol, Maka kebiasaan sarapan tidak lagi jadi kebiasaan sewaktu saya kuliah. Saya sih, nggak tau secara persis, apa pentingnya sarapan bagi tubuh manusia. Cuma karena kebiasaan saja, maka kalau nggak sarapan, perut saya suka keroncongan. Hehehe... Tapi karena kondisi di rumah kontrakan itu, saya jadi nggak rutin lagi sarapan.

Setelah selesai kuliah dan kemudian menikah, sarapan di rumah hanya saya akukan di luar hari kerja saja. Sebab, kalau hari kerja, saya harus keluar rumah pagi-pagi sekali. Mau sarapan, kayaknya nggak sempat, gitu. Jadi saya berangkat pagi, kemudian sarapan di warung dekat kantor. Itu pun nggak selalu dilakukan. Kadang saya hanya mampir ke warung kopi dan menyeruput secangkir kopi sambil baca-baca koran pagi. Judulnya, ya tetap sarapan.

Sejauh ini sih, saya menjalaninya dengan perasaan biasa saja. Ya, tentu saja saya menikmatinya. (gimana nggak nikmat, lha wong masih banyak saudara-saudara kita yang jangankan sarapan, makan sehari sekali saja jarang!). Makanya, saya menjalaninya dengan nikmat.

Tapi paling nggak enak kalau setelah sarapan sebelum masuk kantor, lalu kita dipaksa "sarapan" lagi. Bukan berupa asupan makanan atau minuman bergizi, melainkan tumpukan tugas serta perintah sana sini yang kadang disertai dengan kata-kata yang nggak enak didengar telinga.

Bukannya nggak ikhlas bekerja atau menuruti perintah atasan, tapi 'kan perut saya sudha kenyang, jadi kalau ditambah "sarapan" yang nggak enak, yaaa.... perasaannya jadi nggak nikmat lagi, 'kan? Yang lebih mengherankan lagi bagi saya, kalau ada orang yang sarapan paginya bukan asupan makanan ataupun tugas yang menumpuk, melainkan sarapan berupa marah-marah dan protes sana-sini.

Ada lho... orang yang kayak gitu. Pagi-pagi udah marah-marah, sambil tunjuk hidung sana-sini. Yeah, apa enaknya sarapan begituan? Yang denger aja udah mual, apalagi kalau yang melakukan, ya? Heran saya....

Monday, March 17, 2008

Telpon Kantor

Sejak berganti mesin PBX (PABX), di kantorku, ada aturan baru dari bagian HRD & Umum. Sekarang, setiap akan menggunakan telepon, harus memasukkan kode tertentu terlebih dahulu. Kode (6 digit) ini berbeda untuk setiap pesawat telpon. Tujuannya jelas, yaitu untuk mengontrol penggunaan telpon agar hanya bisa digunakan oleh orang yang berhak saja. Jadi, saya hanya bisa menggunakan telepon di meja saya saja, tidak bisa menggunakan telpon yang ada di meja direktur, misalnya. (songong banget, mau pake telponnya direktur).

Dengan demikian, setiap orang bertanggung jawab terhadap telepon yang digunakan. Kalau tagihannya membengkak sampai melewati batas kewajaran (bisa diketahui dari program billing untuk mengetahui nomor tujuan yang telah di-dial dari ekstensi telepon tertentu), maka orang yang bersangkutan tidak bisa mengelak dan berkilah bahwa telponnya digunakan oleh orang lain. Sebab hanya dia yang tahu kode untuk menggunakan telpon tersebut. Akibatnya, nggak bisa lagi sembarangan telpon sana telpon sini sesuka hati. Kalau tagihannya melambung tinggi, bisa-bisa gaji dipotong. Hehehe...

Sayangnya metoda ini punya kekurangan. Terutama pada saat awal penerapannya. Banyak teman-teman yang lupa nomer kode untuk telponnya. Akibatnya, pinjam telpon tetangga jadi pilihan. Kalau sudah begitu, maka laporan billing menjadi tidak akurat lagi, sebab sebuah ekstensi telpon ternyata tidak digunakan oleh satu orang. Lucunya lagi, ada kawan saya yang lupa terus nomer kodenya. Maklum, bagi sebagian orang, tidak mudah menghafal deretan enam angka. Lalu ia sengaja sharing kode nomer telponnya itu ke orang lain agar ketika ia lupa, ia bisa menanyakan kepada orang lain.

Lha, saya juga termasuk yang tahu nomer kodenya. Maka, kalau suatu saat saya berniat jahat, bisa saja saya gunakan telponnya sepuasnya, kemudian beban tanggung jawab penggunaannya dibebankan kepada kawan saya itu.

Friday, January 04, 2008

Keliru

Katakan aku keliru
saat merapikan berkas di meja kerjaku
kemarin sore.
Benarkah itu bukan mimpimu,
yang terbawa dalam saku jaketku?
Sebab setiap kita bertemu
tiba-tiba dunia senyap
dan waktu seolah patung batu
dengan kaki lumpuh yang diikat rantai.
Seperti ada lembar foto terselip di halaman buku harian
dan ada seseorang yang tak sengaja menemukan.

Maka aku memangkas dongeng
yang tumbuh subur diantara ilalang
dan bisikan lembutmu.
Hei, kemanakah sembunyi si tukang kebun, yang pandai
menyulap padang gersang ini, jadi taman rindang

dalam ingatanku. Sekarang rumput liarpun tumbuh di sana
bukan salah siapa-siapa
karena terkadang aku merasa menemukanmu
merasuk dalam batang-batang hijau lainnya.

Thursday, January 03, 2008

Fisika Atom dan Sedekah

Saya tidak bermaksud sok tahu menuliskan tentang fisika di blog ini. Saya bukan pakar fisika, dan hanya pernah belajar fisika di sekolah menengah dan tahun-tahun awal kuliah. Tapi saya mencoba membicarakan masalah fisika ini setelah mendengar percakapan pagi tadi.

Bermula ketika pagi tadi saya menumpang KRL menuju kantor. Biasanya saya berusaha untuk tidur. Namun pagi tadi saya tergelitik untuk menguping pembicaraan dua remaja yang sedang melakukan tanya jawab soal fisika. Mungkin mereka anak SMU yang sedang mengulang pelajaran sekolah. Tapi mereka tidak menggunakan seragam SMU, sebab saat ini memang masih libur.

Salah satu hal yang mereka bicarakan dalam tanya jawab itu adalah soal model atom. Saya sendiri sudah lupa ada berapa banyak teori tentang model atom yang pernah dipaparkan ahli fisika. Tapi saya ingat bahwa salah satu model atom moder yang diterima luas di kalangan ilmuwan adalah Model Atom Bohr.

Sesuai namanya, Model Atom Bohr diperkenalkan oleh Niels Bohr yang asli orang Denmark pada tahun 1913. Dalam hipotesisnya, pak Bohr mengajukan teori bahwa suatu atom terdiri dari satu inti atom bermuatan positif yang dikelilingi elektron-elektron bermuatan negatif. Elektron-elektron ini mengelilingi inti atom dalam lintasan orbit tertentu. Yah, mirip-mirip model tata surya kitalah.

Nah, tiap elektron ini punya energi yang tetap, selama masih ada dalam lintasan orbit stasionernya. Namun demikian, energi ataom tersebut bisa berubah bergantung pada perubahan lintasan. Pak Bohr bilang, bahwa elektron dapat berpindah lintasan. Jika ingin berpindah ke lintasan yang makin jauh dari initi atom, dia akan menyerap energi. Sebaliknya, jika elektron berpindah semakin mendekati inti atom, maka elektron akan melepas energi. Lihat gambarnya:


Sampai di sini, saya berhenti mengingat-ingat soal teori model atom Niels Bohr. Saya tiba-tiba tergelitik untuk menganalogikan model atom ini dengan kehidupan kita sebagai manusia. Khususnya perilaku elektron yang berpindah tadi.

Jika kita andaikan manusia adalah elektron, maka inti atomnya haruslah sesuatu yang menjadi pusat kehidupan manusia. Itu berarti Tuhan, penguasa alam semesta. Nah, jika kita sebagai manusia sering menyerap energi, mengambil segala hal tanpa merasa perlu untuk mengeluarkannya bagi lingkungan sekitar maupun bagi orang lain, maka kita akan seperti elektron yang menyerap energi dan akan berpindah ke lintasan yang letaknya makin jauh dari inti atom.

Sebaliknya, kalau ingin semakin mendekati Tuhan Yang Maha Kuasa, maka kita harus berperilaku seperti elektron yang berpindah lintasan ke orbit yang makin dekat dengan inti atom, yaitu melepas energi. Maka kita harus sering berbagi, bersedekah dan memposisikan diri untuk bermanfaat bagi sesama dengan memberikan yang terbaik bagi lingkungan kita selama hidup kita.

Ternyata, fisika atom juga mengajarkan kita untuk rajin shodaqoh.

Allahu'alam.
Sekali lagi, saya bisa aja salah, lho... :)