Tuesday, December 11, 2007

Hujan Meteor 13 - 14 Desember

Desember ini, kita akan disuguhi pemandangan indah di langit. Bukan karena ada penari joget di sana sambil diam-diam memelorotkan busana, atau pemandangan semacam itu. yang terjadi adalah hujan meteor.

Waktu kecil, saya sering menyebutnya sebagai bintang jatuh. Memang seperti bintang bergerak atau berpindah, seolah jatuh dari langit. Tapi yang akan terjadi Desember ini adalahHujan Meteor Geminidis (GEM-IMO37).

Hujan meteor ini terjadi antara tanggal 7 - 17 Desember. Puncaknya terjadi sekitar tanggal 13 - 14 Desember. Kalau langit bersih dan tidak hujan, kita bisa menyaksikan meteor ini berjatuhan dengan warna-warni yang indah. Saat puncak, bisa mencapai 120 kilasan meteor.

Kalau berminat, keluar saja dan lihat ke langit sebelah Timur Laut sekitar jam delapan malam. Ini bisa berlangsung sampai pagi dengan hujan meteor bergerak ke arah barat. Dinamai Hujan Meteor Geminids, karena posisinya memang searah dengan rasi gemini.

Tentu, kalau mengamati dengan teropong atau binocular, akan lebih jelas. Syaratnya, ya itu tadi: tidak hujan atau mendung. Sebab di sebagian besar wilayah Indonesia, saat ini memang sudha masuk musim penghujan.

Monday, December 03, 2007

Membayar Hutang

Pagi tadi seorang teman menelpon. Ah, rupanya teman semasa SMA. Seperti layaknya percakapan diantara teman lama, kami saling menanyakan kabar masing-masing. Rupanya dia tinggal di benua Amerika. Bekerja di sana, di salah satu perusahaan Nasional milik slah satu negara maju. Dengan gaji yang besar tentu saja.

Percakapan kemudian bergeser soal kapan dia akan pulang. Betapa terkejutnya saya, ketika dia mengatakan bahwa dia tidak tahu, sebab dia sudah memiliki kewarganegaraan di sana.

Saya tidak menanyakan motif ia pindah kewarganegaraan. Mungkin ia lebih kerasan di sana. dia lebih jauh. Saya hanya heran, bahwa ternyata ia sudah tak mau lagi menjadi warga negara Indonesia. Padahal, ia belajar di Indonesia dari SD hinnga SMA, lalu melanjutkan hingga perguruan tinggi di luar negri dengan mendapatkan bea siswa. Ia sempat bekerja di Indonesia, dan menurutnya, sudah cukup ia bekerja di sebuah BUMN Indonesia untuk memenuhi kewajiban Ikatan Dinas.

Saya amat menyayangkan keputusannya. Sebab, walaupun masa Ikatan Dinas sudah selesai, ia sama sekali tak akan bisa mengembalikan semua yang sudah diberikan Ibu Pertiwi kepadanya. Apa ia bisa mengembalikan semua ilmu dan pengetahuan yang ia dapat ketika bersekolah dari SD hingga SMA? Ilmu itu tak akan hilang. Ia juga tak akan bisa mengembalikan semua pengetahuan dan pengalaman yang ia dapat saat berada di Indonesia. Belum lagi kalau membicarakan soal dukungan hidup dari Tanah dan Air Ibu Pertiwi.

Maka, sangat tidak pantas kalau ia tak mau lagi menjadi warga negara Indonesia seraya berucap semua yang ia dapatkan dari tanah air sudah dikembalikan. Ia masih punya hutang yang tak akan pernah sanggup untuk dilunasi.

Friday, November 30, 2007

PR Lageeeee

Kemarin saya dapat limpahan PR dari geLLy. Sebenarnya mau langung dikerjain dan diposting sore harinya. Tapi ternyata server di kantor, ngadat sore tadi. Maka baru bisa saya posting setelah malam gini.

Ini nih, hasilnya:

1. What is your definition of healthy eating?
Healty Eating:
- Hanya mengkonsumsi makanan yang halal, baik secara substantif maupun asal-usulnya.
- Empat sehat, Lima sempurna, Enam dibayarin.
- Makan ketika lapar, dan berhenti sebelum kenyang.
- Hanya memakan makanan yang tidak menimbulkan masalah atau membuat masalah kesehatan yang sudah ada pada tubuh menjadi tambah parah. Contohya, penderita penyakit gula, jangan menggerogoti pabrik gula, atau ladang tebu. Bisa-bisa tambah parah, kan?

2. Do you exercise on a regular basis? What is your favorite form of exercise? Least favorite?
Oh, iya dong. Gini-gini, saya juga atlet kok. (setidaknya di depan papan catur). Olah raga favorit saya, tentu saja joging. Selain murah meriah, bisa melatih kesiapan tubuh saya untuk mengejar metromini atau KRL (kereta rel listrik) saat berangkat dan pulang kerja.

3. Do you take vitamin supplements?
Enggak tuh. Kan udah ada di dalam buah-buahan dan sayuran. Selain itu, saya hobi banget dan senantiasa berusaha untuk setiap hari meminum salah satu diantara jus jambu, jus stroberi campur tomat, jus jeruk, atau sekoteng (eh..., sekoteng ada vitaminnya, ga?).

4. Can you tell that your body is getting older? If so, how?
Iya. Soalnya, saya baru aja liat foto saya pas masih di TK. ternyata jauh banget dengan kondisi saat ini. Berarti, saya tambah tua, kan. Liat aja foto di bawah ini:



5. Would you call yourself healthy?
Tadinya iya. Saya merasa sangat sehat. Tapi setelah menjawab empat pertanyaan di atas, saya jadi ragu sendiri... hihihi.

Pisss...
Nah, sekarang saya mau oper pe-er ini kepada ira yang baik hati dan tidak sombong. Mudah-mudahan beliau mau mengerjakannya.

Monday, November 26, 2007

Tiga Ratus Tahun Ditambah Sembilan Tahun

Setiap berkunjung ke blog Al - Kahfi, saya selalu teringat dengan judul salah satu surat dalam Al Quran. Dan setiap ingat surat itu, saya selalu teringat lagi dengan keindahan matematika yang ditulis di dalam ayat 25 surah itu. Saya tulis artinya di sini:

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
(QS 18:25) Terjemahan Al Quran Departemen Agama RI

Ayat itu merupakan rangkaian ayat-ayat yang mengisahkan soal Ashabul Kahfi. Itu, tuh... beberapa pemuda beriman yang menyelamatkan iman mereka dari penguasa jahat saat itu dengan sembunyi dalam gua. Mereka kemudian ditidurkan di dalam gua selama ratusan tahun.

Banyak yang berdebat tentang berapa lama mereka tinggal di sana. Padahal Allah sudah menjelaskan bahwa:

Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal...
(QS 18:26) Terjemahan Al Quran Departemen Agama RI

Tapi kenapa dalam QS 18:25 itu, terkesan jumlahnya tidak pasti? Terkesan Plin-Plan? Ternyata penjelasannya sangat indah. Begini:

Menurut perhitungan Syamsiyyah, 1 tahun = 365,2425 hari
Menurut perhitungan Qomariyyah, 1 tahun = 29,5 x 12 = 354 hari

Untuk perhitungan Syamsiyyah, 300 tahun = 365,2425 x 300 = 109572,75 hari.
Jumlah ini jika dikonversikan ke tahun Qomariyyah, akan menjadi:
109572,75 : 354 = 309,5275 tahun atau bila dibulatkan menjadi 309 tahun!!!

Luar biasa, Al Quran sama sekali tidak plin plan. Al Quran malah menjelaskan bahwa Ashabul Kahfi tinggal dalam gua selama 300 tahun menurut tahun Syamsiyyah, atau ditambah 9 tahun lagi menurut tahun Qomariyyah.

Eh, saya bisa aja salah, lho.
Allahu'alam bi shawwab.

Thursday, November 22, 2007

Hari Toilet Sedunia

Berapa lama kita menghabiskan waktu di tolilet atau WC setiap harinya? Lima menit? Atau sepuluh menit? Misalkan saja jawabannya sepuluh menit dan kita hidup sampai umur 60, maka di akhir hayat, kita akan menghabiskan waktu di toilet selama 5 Bulan 2 hari 2 menit.

Itu sebabnya, urusan toilet ini bisa menjadi penting. Sebegitu pentingnya, sampai muncul sebuah badan bernama World Toilet Organization yang berdiri tanggal 21 Nopember 2001 dalam World Toilet Summit di Singapura. Indonesia diwakili oleh Ibu Naning Adiwoso dari Inias Resource Center. Badan dunia ini juga menetapkan tanggal 19 Nopember sebagai hari toilet sedunia.

Sepulang dari Singapura, ibu Naning memprakarsai pendirian Asosiasi Toilet Indonesia. Tahun ini, asosiasi tersebut bersama dengan Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata melakukan penilaian dan pemberian peringkat terhadap 13 bandara yang ada di Indonesia. Penghargaan Toilet Award diberikan bagi bandara yang memenuhi kriteria sesuia dengan Standard Sistim yang telah dikeluarkan oleh Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata bersama Asosiasi Toilet Indonesia, serta mengacu kepada Standard Internasional dari World Toilet Organization.

Terpilih sebagai penerima Toilet Award tahun 2007 ini adalah Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Peringkat lainnya bisa dilihat di situs mereka. Selain Toilet Award, asosiasi ini juga berupaya melakukan sosialisasi lewat berbagai media untuk memberikan pemahaman akan pentingnya toilet yang bersih dan sehat bagi kesehatan. Visi dan Misi mereka bisa di lihat di situs mereka.

Nah, terkait dengan adanya hari toilet sedunia, ada baiknya kita meninjau lagi kebersihan toilet di rumah kita atau di kantor dan tempat aktifitas kita lainnya. Sudahkah toilet tersebut bersih dan sehat? Beberapa foto saya pajang di sini supaya kita bisa termotifasi untuk menciptakan toilet yang bersih dan sehat. Memang siy, hari toilet sudah lewat. Tapi bukan berarti toilet kita tidak boleh bersih di hari-hari lainnya.


Foto-fota diambil dari sini, sini, sini, dan sini.

Friday, November 16, 2007

Kecil Jadi Teman, Besar Jadi Lawan

Kemarin, seorang teman saya meninggal. Ia belum lama saya kenal. Belum genap satu tahun. Tentu, kejadian kematian adalah hal yang wajar bagi semua makhluk hidup. Tak terkecuali teman saya ini. Hanya saja ada satu hal yang saya sayangkan. Teman ini, sebelumnya saya kenal sebagai orang baik. Ia sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Kehidupannya sangat biasa dan normal.

Sampai pada suatu malam. Ketika itu sedang mati lampu. Teman saya ini menyalakan lilin untuk sekedar menerangi rumahnya. Ketika itu ada seorang tetangga menggunakan GenSet (generator listrik). Rumahnya terang benderang dan tetangganya ramai berkumpul di rumah yang terang itu. Mereka sedang menunggu untuk menyaksikan sebuah acara siaran langsung di tivi. Termasuk teman saya.

Ia pergi berkumpul di rumah tetangganya itu. Sampai kemudian ada orang berteriak di luar, "Kebakaran! Kebakaran!" Semua orang berhamburan keluar. Betapa terkejutnya teman saya itu ketika dilihatnya bahwa yang sedang dilahap api itu adalah rumahnya sendiri.

Dengan tergesa ia berlari. Ia masuk begitu saja ke dalam rumah yang berkobar dengan ganasnya. Semua orang terlambat untuk mencegahnya. Ketika ditemukan kemudian, tubuhnya sudah tinggal rangka yang hangus.

Sungguh tragis nasibnya. Entah kenapa malam itu ia merasa perlu untuk ke rumah tetangganya yang terang benderang karena generator listrik. Padahal ia sudah menyalakan lilin di rumahnya sendiri. Hanya sekadar untuk menyaksikan keramaian di tivi. Kalau saja ia lebih memilih lilin di rumahnya daripada rumah tetangganya yang terang benderang, mungkin nasibnya akan lain. Tapi, Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un.

Friday, November 09, 2007

Siapa Ini ?

Tuesday, November 06, 2007

Wamil ?


Masih ingat dengan film Platoon? Film besutan Oliver Stone yang meraih Best Director dari Academy Award tahun 1986 ini menceritakan sisi lain dari perang Vietnam yang melibatkan tentara Amerika yang komponen terbesarnya adalah tentara cadangan hasil program wajib militer.

Dalam satu kesempatan, Private Chris Taylor yang diperankan oleh Charlie Sheen, dianggap gila oleh teman-teman satu peletonnya. Gara-garanya, karena ternyata dia ikut terjun ke Vietnam dengan cara sengaja mendaftarkan diri sebagai sukarelawan. Padahal, teman-temannya sepeletonnya, yang rata-rata berasal dari kota-kota kecil di Amerika dan hanya mengenyam penddikan rendah, terpaksa ikut perang karena terkena program wajib militer. Orang gila saja yang sengaja mendaftarkan diri dengan sukarela untuk diterjunkan dalam neraka peperangan, demikian pikir mereka yang terkena wajib militer itu dan menghabiskan waktu dengan menghitung hari hingga tiba saat kepulangannya ke tanah air sambil berharap tidak mati di tangan gerilyawan Vietcong.

Namanya saja wajib, maka semua orang yang tercakup dalam aturan harus mengikutinya. Kalau menolak, bisa-bisa dikerangkeng di penjara seperti nasib petinju Muhammad Ali yang menolak program itu.

Nah, baru-baru ini Departemen Pertahanan RI berencana menghidupkan lagi program ini di Indonesia. Rancangan Undang-Undang tentang Komponen Cadangan Pertahanan Negara sedang digodok di Cilangkap. Jika nantinya DPR setuju, maka setiap penduduk dalam batasan umur 18 - 45 tahun wajib mengikuti latihan militer dan disiapkan sebagai pasukan cadangan yang sewaktu-waktu bisa dipanggil untuk menjalankan tugas militer. Semua instansi pemerintah maupun kantor swasta tempat mereka bekerja, harus memberikan ijin dan cuti bagi karyawan yang menerima panggilan wajib militer tersebut.

Tentu saja wacana ini juga menjadi perdebatan publik.

Hmm... kalau ada program wajib militer, apa program wajib sipil juga ada? :-?? binun

Friday, November 02, 2007

Buku Kok Dibakar?

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 31 Oktober 2007, aparat kejaksaan negeri di salah kota di Jawa Timur membakar 44 buku-buku karya IS yang ditulisnya semasa ia di penjara. Juga terdapat buku-buku dengan judul lainnya yang ikut dibakar.

Apakah isi buku itu sedemikian berbahaya, jauh melebihi buku-buku stensilan berisi cerita saru yang bisa dibeli di kaki lima oleh anak-anak SD/SMP dan bisa merangsang tindakan yang tak masuk akal pada diri mereka?

Kalau tidak, mungkinkah isi buku itu dianggap sedemikian vulgar, jauh melebihi keberanian dan panasnya pose-pose manusia tigaperempat t3lanjan9 dalam tabloid-tabloid dan majalah-majalah kegemaran orang-orang maniak tak bermoral penganut faham sesat? Dianggap lebih berbahaya daripada tabloid dan majalah murahan itu yang biasa didapatkan di dalam metromini, bis kota, KRL, terminal, stasiun, dan pojok pasar dengan mudahnya, dan bisa memicu perilaku hewani dalam diri manusia yang sedang khilaf dan lalai?

Bukannya saya meminta supaya ada pemerataan pembakaran buku atau karya-karya tulis dan gambar lainnya. Tapi kalau harus ada pembakaran itu, apakah sudah dipelajari sungguh-sungguh sebelum memutuskan buku itu memang berada di urutan pertama daftar karya yang berbahaya?

Mudah-mudahan mereka membakar bukan karena buku itu dianggap berbahaya, tapi memang karena alasan-alasan lain. Mungkin orang-orang keji itu, sedang merasa kedinginan di awal musim hujan ini, sehingga merasa perlu main api untuk menghangatkan tubuh. Mudah-mudahan saja begitu. Atau mereka memang sedang melampiaskan jiwa buas mereka yang selama ini tak tersalurkan karena kekangan seragam dan jabatan selama ini hanya membuat mereka iri ketika melihat demonstran membakar ban di jalan-jalan.

Wednesday, October 31, 2007

Kok dikit banget?

Di kantor ada OB baru. Lulusan SLTA. Tugasnya jelas, bersih-bersih dan bagian pantry. Maka dia tiap pagi membuatkan minuman seluruh karyawan (termasuk kopi buatku).

Dia, sebut saja OB tiga, tinggal di wilayah Jakarta Selatan. Setiap hari dia harus berangkat ke kantor dengan menempuh perjalanan cukup jauh. Ongkos dari rumah ke kantor (pergi-pulang) sekitar Rp. 10.000.

Coba kita hitung sedikit. Misalkan dia tidak merokok, sarapan pagi di rumah, serta idak doyan ngemil. Untuk makan siang di warteg dengan menu telur, tempe dan tahu, ia setiap hari menghabiskan Rp. 5.000. Maka total uang yang harus dikeluarkan setiap harinya adalah Rp. 15.000. Padahal, setelah dapet bocoran dari anak HRD, katanya gajinya Rp. 950.000. Kalau dalam sebulan dhitung ada 25 hari kerja, berarti setelah di-breakdown per hari, gainya menjadi Rp. 38.000 per hari.

Hitung punya hitung, sisa uangnya setiap hari menjadi Rp 38.000 - Rp 15.000 = Rp. 23.000.

Ya Ampun.... Kok dikit banget?

Apa jadinya kalau dia punya keluarga yang harus ditanggung? Katakanlah ia punya seorang isteri dan dua anak yang masih kecil dan butuh konsumsi gizi tinggi selama masa pertumbuhannya, maka uang Rp. 23.00 per hari tadi pasti terasa sangat kurang. Anda bisa nggak, menghidupi keluarga dengan angota berjumlah empat orang, dengan uang Rp. 23.000 setiap harinya?

OB tiga ini, untungnya punya motor (nggak tau itu motor sudah milik sendiri atau masih cicilan). Maka konsumsi ongkos Rp 10.000 per hari masih bisa ditekan. Tapi tetap saja sisa uangnya masih belum bisa mengantarnya menuju hidup yang agak sedikit layak.

Padahal di Jakarta ini, banyak lho, yang dari hasil bunga depositonya di bank saja, memperoleh uang lebih dari seratus juta setiap bulannya. Lha... kalau dibandingkan dengan OB tiga ini, kan jauh banget. Salah si OB tiga, atau salah si orang kaya? Nggak tahu deh. Tapi jelas, saya harus bersyukur karena tidak berada di kedua posisi itu.

Tuesday, October 30, 2007

Teman masa kecil

Sewaktu masih di TK,saya punya teman yang juga tetangga saya. Namanya sebut saja Yayuk. Iya, perempuan. Tiap berangkat sekolah, kami selalu bareng. Begitu juga saat pulang sekolah. Bekal makanan yang kami bawa juga hampir serupa. Biasanya berupa kue yang dibeli dari penjual keliling yang seringlewat di depan rumah setiap paginya.

Waktu itu, letak sekolah kami cukup jauh. Sehingga keluarga kami berdua memutuskan untuk "langganan" becak yang bertugas sebagai kendaraan antar-jemput. (saat itu Jakarta belum bebas becak, dan trend mobil antar-jemput anak sekolah belum ada). Maka setiap hari, aku dan yayuk selalu naik becak berdua saja, pergi dan pulang. Bukan itu saja, yayuk ini memang teman mainku sejak kecil. Selisih hari kelahiran kami juga tidak jauh. Makanya, sejak bayi sudah sering becanda. (tapi saya lupa, apa saja obrolan kami saat masih bayi). Ke mana-mana, pasti berdua. Mencari melinjo di bawah pohon dekat rumah, pergi mengaji di malam hari di rumah kang Uban, atau mandi hujan kalau sore-sore turun hujan. Pokoknya berdua terus.

Tapi kebersamaan kami itu tidak lama, karena keluarga kami kemudian pindah. Pemda DKI memutuskan menggusur tempat tinggal kami saat itu. Keluargaku pindah ke Pondok Gede, keluarga Yayuk pindah ke Tangerang. Waktu itu masih sekolah di TK. Maka aku melanjutkan sekolah di TK Angkasa VIII, dan yayuk... aku nggak tahu dia sekolah di mana.

Setelah itu, lama kami nggak bertemu. Sempat bertemu di tahun 1991, saat kami sudah kuliah. Dia dan keluarganya datang saat kakak pertamaku menikah. Wah, ternyata dia cantik juga (huehhe...) . Walaupun lama nggak ketemu, (12 tahun lebih), tapi sepertinya kami baru berpisah satu hari. Obrolan kami begitu cair dan akrab. Saling goda dan becanda seperti setiap hari bertemu saja. Tentu saja ini mengherankan, sebab kami sudah nggak ketemu selama 12 tahun, loh.

Setelah itu, lama nggak ketemu juga. Sampai beberapa hari yang lalu, aku bertemu dengannya lagi. Wah, masih cantik juga. Kami ngobrol lama. Sampai dia curhat tentang beberapa kisah asmaranyayang gagal... wah, kasian juga. Aku cuma bisa kasih support dan berusaha meyakinkan dia bahwa Allah pasti memberi yang terbaik buat hambaNya yang ikhlas dalam ibadah kepadaNya. Soal jodoh, mungkin aja Allah sudah menyiapkan, hanya saja belum saatnya untuk bertemu.

Tiba-tiba jadi inget lagunya letto: ingatkah kau kepada... embun pagi bersahaja. yang menemanimu... sebelum cahaya.... (wah, kok tiba-tiba saya jadi Ge-eR gini... emang saya embunnya yayuk? Huehehe... Emang siy, dulu waktu kecil dan belum jadi orang, kita selalu berdua, dan aku sering menemani dia)
Buat yayuk, selamat berjuang, jangan putus asa. Gw doain deh, supaya sukses.

Monday, October 22, 2007

1 Syawal 1428 H

hari ini, Kekasih
aku ingin berjalan denganmu
berdua saja. Kau
beserta seluruh kepasrahanku.
tangan bergandengan, jalan bersisian.
menyusuri rindu walaupun tubuh kusam debu

aku memang tak pernah tahu,
adakah pintu di ujung jalan ini telah terbuka.
ataukah aku sedang bermimpi
menghabiskan kelam ini sendiri.
tapi ada satu hal yang nyata
: aku bahagia

hari ini, Kekasih
dan semoga hari-hari selanjutnya.

Wednesday, October 10, 2007

Idul Fitri



Monday, October 08, 2007

Prison Break

Pernah liat Prison Break? Di Indonesia, akhirnya serial ini diputar juga. Coba saja lihat ANTV tiap Jumat jam sembilan malam. Ceritanya seru (saya ingin tahu proses penggarapan skenarionya, ada yang tahu?), dan di negara asalnya, serial ini sudah ditayangkan beberapa musim.

Nah, yang sedang diputar di ANTV ini merupakan musim tayang pertama. Ini, tentu saja, sangat memanjakan penonton Indonesia yang sudah lama tidak disuguhi film serial bermutu. Tahun 2004 (atau 2003?) yang lalu, memang SCTV sempat memutar serial 24. Namun hanya musim pertamanya saja. Setelah itu, televisi siaran nasional di Indonesia lebih memilh memutar film-film non-serial, atau malah sinetron!

Thursday, October 04, 2007

Buka Bareng Di Kantor

Hari ini big boss ngajak buka puasa bersama. Sebenarnya itu keinginan isteri beliau: mengajak beberapa karyawan makan-makan sebagai wujud kepedulian terhadap bawahan.

Saya sih, senang-senang aja. Masalahnya cuma satu: acaranya di rumah big bos (bukan di resto atau kafe mana, gitu) dan akan dihadiri kelompok pengajian ibu-ibu milik isteri big bos. Acaranya juga akan berlanjut hingga taraweh dan ceramah Ramadhan. Saya juga diminta mengajak isteri saya. Begitu juga karyawan lainnya, diminta untuk mengajak isteri/suami mereka.

Sebenarnya mau aja ikutan acara kayak gini. Tapi, rumah boss itu jauh dari rumah saya di Serpong. Setiap hari aja, saya ke kantor pake KRL praktis dan nggak capek). Nah, jadwal KRL sejak beberapa lalu mengalami perubahan. Dahulu, ke Serpong dari stasiun Manggarai, jam delapan malem juga masih ada. Tapi saat ini, jadwal terakhir KRL ke Serpong dari Manggarai itu pukul 18.17.

Artinya, kalau ikut acara buka bareng sampe taraweh yang saya perkirakaan hingga setengah sembilan malam, maka saya nggak akan bisa pulang naik KRL dari Manggarai. Alternatifnya, harus ke Tn. Abang (bukan Tuan Abang, tapi Tanah Abang). Padahal, jadwal KRL terakhir dari Tn. Abang menuju Serpong adalah pukul 20.15. Nah lho...

Saya udah pernah coba, dari kantor ke stasiun Tanah Abang menggunakan ojek, paling cepat membutuhkan waktu 30 menit!!! Maka, paling telat, saya harus sudah ada di atas jok ojek pukul 19.45. Nggak bisa ditawar-tawar lagi. Itu pun sudah campur lari sehat di tangga stasiun Tn. Abang.

Wah, kok ribet, ya. Saya mau coba aja untuk tidak ikut acara buka bareng ini.
Soal makanan enak, di rumah juga enak, kok. Apalagi makannya berdua sama isteri tercinta... Huehehe...

Wednesday, October 03, 2007

Serabi Solo

Pas puasa hari keberapa gitu, saya sempat kepengen banget buka puasa pake serabi solo. Ada memang, kios serabi solo yang dijual di pasar dekat rumah. Serabi ini punya merek dengan nama yang "jawa banget" dan -katanya- lumayan terkenal di Jakarta. Entah setan mana yang nggak sopan dan menggoda saya dengan melambai-lambaikan serabi di angan-angan saya.

Karena lokasi jualannya yang nggak jauh, maka saya merencanakan pergi ke sana menjelang maghrib. Itung-itung ngabuburit bareng isteri sambil jalan-jalan santai di lngkngan perumahan. Lagipula, siang itu isteri saya belum pulang.

Ketika isteri saya sudah pulang, saya mengajaknya. Ternyata dia setuju (nggak ada pilihan lain, ya?) Tapi dia minta waktu untuk mandi. Oke. Ternyata kamar mandi sedang dipakai bapak saya. Udah gitu pakenya cukup lama juga. Maka, ketika isteri saya mendapat giliran, jam digital di televisi sudah menunjukkan 20 menit menjelang maghrib. Walah..... Tapi karena sudah penasaran dengan serabi solo, kami berdua tetap berangkat. Nggak ada JJS atau ngabuburit. Target utama: serabi. Diusahakan secepatnya mencapai target dengan mengabaikan berbagai godaan yang mungkin timbul di tengah jalan.

Sampai di kios serabi: ternyata sudah habis-habisan. Hanya tersisa TIGA serabi rasa klasik! Okelah, daripada kepikiran nggak bisa tidur, yang tiga itu saya ambil juga. Tepat setelah saay keluar kios, adzan maghrib terdengar. Waduh, batal pake apa, ini?

Setelah bingung milih dari sekian banyak warung tenda yang ada (sepi, nggak banyak yang buka puasa di sini), kami putuskan buka di nasi goreng kambing. Pesan dua porsi, buat saya dan bapak saya, karena isteri nggak bisa buka dengan langsung makan makanan besar gitu. Sambil menunggu, kami pesan teh hangat. Ternyata yang datang teh panas. Isteri saya segera memesan air dalam kemasan botol dingin. Maka ada tiga porsi minuman. Tiga serabi segera berpindah ke dalam perut kami. Tak ada sisa.

Sampai di rumah, ternyata nasi goreng kambingnya nggak enak. Nasinya masih keras, hampir nggak ada beda dengan beras. Waduh, nggak berani makan dong. Paling nyomotin daging kambingnya aja.

Secara di rumah nggak ada orang, maka nggak ada makanan buat buka puasa sesi kedua. Belum ada hidangan makan malam. Padahal, tadi cuma buka dengan tiga serabi berdua dan beberapa seruput teh panas. Rupanya, puasa memang mengajarkan kita agar tak mudah larut dalam godaan, biarpun itu serabi solo sekalipun.

Thursday, September 20, 2007

Bloglines-ku

Dari sekian banyak RSS Reader, maka bloglines adalah favorit saya.

Dari bloglines inilah saya biasa baca-baca postingan orang.



Saturday, September 01, 2007

Istirahat





Friday, August 31, 2007

Terlahir Sebagai Ombak (9)

sebagai ombak, akhirnya ia sadar
siapa memandu angin
dan memicu debur pada hasratnya,
: Waktu.

sebagai ombak, akhirnya ia mengerti
siapa mengeja waktu
dan membaca gelombang pada riaknya,
: Rindu.

sebagai ombak, akhirnya ia paham
siapa menyahut rindu
dan merajut jejak pada buihnya,
: Tuhanku.

Terlahir Sebagai Ombak (8)

Berapa kali kau sebut dia
ombak, setelah melemparnya menjadi hujan badai,
atau lembut menyapanya
sebagai ricik sungai?

Hidupnya selalu melayang di permukaan
kenangan, sebelum kembali larut
dan tenggelam,
seperti garam diaduk gelombang.

Bagaimana harus kuabadikan kesia-siaan ini:
ia menjadi ombak
yang mengejar pasir di pantai;
ia menjadi ombak
yang mengantar buih ke pantai.
Sementara tetes embun telah bersemayam
di puncak bukit berpagar hutan.
Bibit hujan dan kesuburan mulai disemai
di rahim awan,
sebelum menjelma telaga di tengah belantara
kenangan.

Maka ia kembali surut.
Menyelami pekatnya rindu, pada kedalaman laut
hatimu.

Thursday, August 30, 2007

Gerhana Itu

Sore itu aku mencari purnama.
Menyusuri jalan kota
yang kemarin sibuk dengan jejakmu.

Tapi tak ada mata yang terbuka,
atau wajah bertudung biru
menyambutku.

Maka saat berlalu gerhana
sekeping rindu masih bergayut di jendelaku.

Tuesday, August 28, 2007

Ngadem


Data Teknis:
Tukang Foto: Gepeng - Astacala, STT Telkom
Lokasi: Bantaran Caringin - Sungai Citarum
Kamera: Canon AE-1 "The Legend"
Film: Kodak Pro Image ISO 100
Diafragma: 8, Speed: 1/125, Filter: UV


Kalau kepala lagi panas dan tak mungkin menjawab Hawa nafsu kayak orang nggak waras, maka paling enak ngadem sambil main air dan perahu kayak di atas.

Pertahanan Terbaik

Akhir Pekan lalu, di Stadion Benteng, Tangerang, berlangsung pertandingan lanjutan putaran kedua Liga Indonesia antara tuan rumah Persikota Tangerang melawan Sriwijaya FC Palembang.

Pertahanan Terbaik adalah Menyerang

Dalam Pertandingan ini, Persikota menerapkan strategi yang berpegang pada prinsip Pertahanan Terbaik adalah Menyerang. Sebelum diserang, lancarkan serangan terlebih dulu. Strategi yang terhitung kuno dan sederhana serta biasa dipakai oleh Tim Samba ini, diusung secara sempurna oleh Persikota. Kesebelasan yang sering dijuluki Bayi Ajaib ini menggunakan strategi agresif walaupun sedang menghadapi tim yang sama sekali tak bisa dianggap enteng, Sriwijaya FC.

Di atas kertas, Persikota memang kalah. Tapi kenyataan di lapangan berbicara, mereka mampu mengungguli Sriwijaya FC dengan skor akhir 2 - 1. Hasil ini sangat membanggakan Solichin, arsitek Persikota yang sudah tiga pertandingan terakhir ini menggantikan Mundari Karya yang dipecat. Ini menyusul hasil positif yang juga diraih saat Persikota bertandang ke Kediri. Saat itu Persikota mampu memberi perlawanan yang gigih dan mencuri satu poin dari Persik Kediri sang Juara Bertahan Liga Indonesia.

Hasil ini tak terlepas dari dukungan para supoter serta penerapan strategi yang tepat. Dilihat dari sisi penonton, strategi menyerang ini memang begitu memuaskan karena sangat menghibur. Tentu saja resikonya tetap ada. Kalau terlalu asyik menyerang tanpa memperhatikan keadaan diri sendiri, maka suatu saat pasti akan menderita kekalahan yang pahit dan menyakitkan.

Yang jelas, kita menyaksikan sekali lagi, bukti akan ampuhnya strategi menyerang. Dalam keadaan awal yang serupa, seranglah sebelum diserang. Karena "Pertahanan Terbaik adalah Menyerang." Buktinya ada, koq.

Monday, August 27, 2007

...

Terlahir Sebagai Ombak (7)

Setelah melintasi semak belantara
sungai itu pun tiba di muara. Tidak lagi jernih
seperti embun di sudut subuh jendelamu,
melainkan keruh karena limbah.
Bukankah sungai di kota besar
selalu berperan sebagai petugas pengantar
dan tempat menyatukan serapah?

Maka tak ada yang mencatat kedatangan sungai
selain pantulan sore yang memerah di riak permukaan luka.

Tapi ombak tahu itu.
Ia bergerak ke pantai
penuh gelora.
Tubuhnya juga penuh luka menganga,
karena rindu telah sempurna
mengoyak segala yang bersemayam dalam dada.
Ia tak peduli sungainya kini penuh limbah
karena sebagai ombak
ia datang dari laut yang menampung segalanya,
termasuk sisa minyak tumpah
dan penggalan kata-kata sumpah.

Hanya bulan memucat di atas muara
senyap. Betapa pertemuan begitu indah dalam aliran luka
bersama, dalam kesadaran
sempurna. Namun gelap harus berakhir
matahari tak mau tahu: Ombak harus surut
dan sungai dalam pelukan laut harus menguap
menjadi awan dan hujan
atau embun di puncak-puncak gunung,
dan barangkali menjadi sunga-sungai
yang kembali melarutkan
rindu.

Monday, August 20, 2007

Gerhana Bulan 28 Agustus 2007

Dari situsnya NASA, dapat berita tentang gerhana bulan tanggal 28 Agustus nanti. Gerhana bulan selalu terjadi saat purnama. Penyebabnya? Yah, seperti juga gerhana matahari, kita semua sudah tahu penyebabnya. Yaitu karena Batara Kala, raksasa yang katanya menguasai waktu, sedang iseng dan pingin ngemil. Karena mulutnya besar, maka ia mencaplok matahari atau bulan. Makanya untuk sesaat, matahari atau bulan akan lenyap atau berubah warna saat gerhana terjadi. Untungnya, karena dia cuma iseng aja, sehingga matahari dan bulan itu dilepeh lagi dan tampil normal seperti biasa.

gambar diambil dari http:whyfiles.org

Nah, gerhana bulan tanggal 28 nanti, terjadinya di wilayah pasifik. Indonesia kebagian cuma sebentar. Tapi meski cuma kebagian sisa gerhana, kita di bagian Barat Indonesia ini masih bisa kok mengamati sisa-sisanya. Memang hanya beberapa saat saja, yaitu ketika matahari terbenam dan purnama terbit. Saat itu kita akan melihat warna bulan purnama yang nggak keperakan seperti biasanya. Mungkin akan kemerah-merahan. Pasti karena spektrum warna itulah yang lolos dari pembiasan yang dilakukan atmosfer bumi dan jatuh di permukaan bulan. Makanya bulan akan berwana kemerahan. *sok tau neh*

Di tahun ini, sebenarnya sudah dua kali terjadi gerhana bulan di Indonesia. Salah satunya pada bulan Maret yang lalu (saat itu Jakarta mendung, saya nggak bisa liat bulan purnama). Berbeda dengan gerhana matahari, gerhana bulan memang lebih sering terjadi. Tapi, gerhana bulan memang tak disambut seheboh sambtan terhadap gerhana matahari. Sebab memang kejadiannya kadang nggak terlalu mencolok. Bahkan kadang bulan tetap kelihatan, hanya warnanya saja yang berubah abu-abu. Jarang yang benar-benar hilang. Kalaupun hilang, garis bayangan bumi yang jatuh di permukaan bulan bukanlah garis yang tegas, melainkan garis samar-samar saja. Makanya ga terlalu mencolok.

Nah, kalau mau lihat, ya tanggal 28 Agustus nanti. Saat matahari terbenam, lihat deh ke langit Timur, dan amati warna bulan. Pasti warnanya tidak putih perak seperti biasa. Kejadiannya hanya sebentar. Sekitar setengah delapan malam, bulan sudah akan terlihat normal kembali. Batara Kala sudah nggak iseng lagi. Situs JAC memberi ancer-ancer waktu sbb:

Tahapan Gerhana Bulan Total (GBT)
28 Agustus 2007
.
Penumbra Mulai (P1) = 14:54 WIB (tidak tampak)
Umbra Mulai (U1) = 15:51 WIB (tidak tampak)
Total Mulai (T1) = 16:52 WIB (tidak tampak)
Bulan Terbit (Moonrise) = 17:36 WIB
Puncak Gerhana = 17:37 WIB
Total Berakhir (T2) = 18:22 WIB
Umbra Berakhir (U2) = 19:24 WIB
Penumbra Berakhir (P2) = 20:21 WIB
( Sumber : Software Starrynight )

Ini perhitungan manusia, 'kan? Bisa aja salah dan gerhana matahari/bulan selama-lamanya. *halah* Tapi kalau memang begitu, maka mudah-mudahan Batara Kala penguasa waktu itu segera menyadari kekeliruannya dan membiarkan matahari bersinar cerah agar hari-hari ceria kembali. Horeee....

Tapi ada juga yang saya kasih tahu, malah ngeledek, "Kulihat bulan di wajahmu." Sialan, emangnya wajah saya jerawatan?

Sesudah 17-an

Tiga hari setelah tanggal 17, di berbagai perempatan jalan atau sudut taman, masih banyak sisa-sisa pesta yang belum dibersihkan. Bahkan tali-tali tempat menggantung krupuk dan tiang batang pinang bekas lomba kemarin masih menghias ruang pandang. Belum lagi garis lintasan yang digambar di jalan atau di lapangan, seperti mengisyaratkan lomba yang tak mau diselesaikan

Agustus di sebagian besar wilayah Indonesia memang selalu meriah, seperti tahun-tahun sebeblumnya. Berbagai acara dan lomba selalu diselenggarakan untuk menyemarakkan peringatan ulang tahun negeri ini.

Hampir semua lomba dan acara dipakai untuk tetap memaknai peringatan ini, bukan sekadar mengelar keramaian belaka. Tentunya dibutuhkan perenungan dan penghayatan akan makna-makna itu lewat berbagai acara yang teragenda. Mulai dari makan krupuk, balap karung, panjat pinang, sampai acara lucu-lucuan. Bisa saja semua itu dimaknai sekadar sebagai pesta biasa. Tapi, akan lebih baik jika kita bisa menghayati semangat perjuangan para pahlawan yang berjasa membuat negri ini merdeka.

Mungkin terlalu muluk kalau mengaitkan semangat kemerdekaan dengan lomba-lomba yang diadakan selama Agustus ini. Tepatnya terlalu menggampangkan dan menganggap remeh. Sebab saat makan krupuk, kita tidak merasakan desingan peluru yang mengincar kepala kita. Saat balap karung kita tak merasakan kendaraan lapis baja mengejar kita. Setiap lomba 17-an yang kita ikuti, kita lakukan dalam suasana senang dan gembira, jadi mana bisa menghayati perjuangan pahlawan-pahlawan kemerdekaan di tahun '45?

Tapi rasanya tidak berlebihan kalau kita mencoba membangkitkan semangat mereka walau dengan cara mengkonversikan semangan memenangkan perlombaan menjadi semangat berjuang dalam diri kita. Mencoba memperteguh kembali ikatan dengan tanah air dalam kebersamaan hidup berbangsa serta memangun kesadaran bahwa kita juga bisa membuat bangsa ini maju dengan bekerja sebaik-baiknya sesuai porsi dan posisi kita masing-masing. Memang, negri ini masih memiliki banyak kekurangan, dan tidak setiap pemimpinnya punya sikap dan mental yang baik dan bisa kita banggakan. Tapi mestinya hal itu tak bisa jadi alasan bagi kita untuk berjuang sungguh-sungguh untuk kemajuan negeri ini. Barangkali peran kita hanya kecil saja, seperti membersihkan sampah sisa lomba, namun kalau kita ikut-ikutan apatis dan bersikap masa bodoh seperti pemimpin-pemimpin yang mungin sering bikin kita kecewa, tentunya kita malah akan menambah jumlah kekecewaan. Padahal, sekecil apapun kontribusi kita, pasti akan ada nilainya, walaupun sekadar berjuang untuk hidup sebagai orang baik dan bermanfaat bagi keluarga sendiri.

Gitu, kan? Allahu'alam.

Thursday, August 16, 2007

Sketsa

Wednesday, August 15, 2007

Nyanyi ah...

Buat Nes & Yoga yang lagi blajar maen gitar, ini nih, permintaannya.
Gampang 'kan? Btw, kalau mau gitar, minta aja ama om pdgd. Gitarku dah dijual $-)



Patung Kayu

Cerita berikut ini dikutip dari cerita rakyat negeri seberang. Versi terjemahan Bahasa Indonesianya pernah dimuat di majalah anak-anak Bobo, bertahun-tahun silam.

Ada tiga sahabat dengan keahlian berbeda sedang menuju kota untuk mengadu nasib. Kota itu jauh dari tempat tinggal mereka di pedalaman dan ketiganya yakin keahlian mereka akan bermanfaat untuk menjalani hidup setelah hijrah dari desa tempat tinggalnya.

Karena jarak perjalanan yang jauh, maka menjelang malam mereka berhenti di tempat terbuka di pinggir sungai untuk istirahat. Semua sepakat untuk membuat giliran jaga dengan jatah waktu yang terbagi secara merata.

Giliran pertama jatuh pada si ahli pembuat patung, sementara yang lainnya tidur memulihkan tenaga. Pematung ini sebenarnya sudah mengantuk dan menjadi merasa jenuh karena harus berjaga sendirian. Maka untuk mengusir kejenuhan dan tetap membuatnya terjaga, dia mendekati sebatang pohon yang batangnya seukuran tubuh orang dewasa. Dikeluarkannya perkakas lalu mulai memahat kayu pohon tersebut. Dengan keahliannya, secara cepat ia mampu membuat sebuah patung manusia berbentuk wanita cantik dengan ukuran tubuh sempurna. Setelah merasa tugasnya sudah ditunaikan dan pekerjaan mematungnya selesai, ia membangunkan kawannya yang mendapat giliran jaga berikutnya serta beranjak tidur.

Orang kedua ini, adalah seorang yang punya keahlian untuk merias. Dia juga pandai menjahit pakaian dan membawa serta hasil kreasinya yang akan dijual di kota.

Seperti juga orang pertama, ia merasa mengantuk dan jenuh. Maka ia mulai mencari-cari kesibukan. Ketika dilihatnya sebuah patung wanita, ia mendapatkan ide cemerlang. Akan ia rias patung kayu itu hingga menjadi lebih cantik dan terlihat hidup. Dikeluarkannya koleksi busana, kosmetik, dan perhiasan. Ia sesuaikan ukuran koleksi busananya dengan ukuran patung kayu. Kalau ada bagian terlalu besar, maka ia kecilkan. Begitu juga sebaliknya. Ia pasangkan juga beberapa perhiasan semacam kalung, cincin, serta gelang. Tak lupa ia dandani patung itu dengan kosmetika hingga patung tadi benar-benar menyerupai seorang wanita cantik.

Setelah puas melakukan riasan, ia sadar bahwa waktunya untuk tugas berjaga sudah habis. Segera dibangunkannya orang ketiga untuk melanjutkan tugas jaga.

Orang ketiga ini pun merasa jenuh. Maka ia mulai melihat sekeliling untuk mencari kesibukan. Betapa terkejutnya ia melihat sosok wanita cantik dekat tempat mereka berkemah. Sempat ia menyapa sebelum menyadari bahwa itu hanya patung kayu.

Segera ia dekati dengan penuh rasa kagum. Dia adalah seorang ahli ibadah yang luas pengetahuannya. Ia hafal semua doa dan mantra serta tata cara memanjatkan doa yang benar.

Melihat patung indah itu, timbul keinginan untuk memanjatkan doa kepada Yang Maha Pemberi Hidup agar patung itu bisa diberi nyawa. Mungkin ia akan melalaikan tugas menjaga karena harus memusatkan segenap indera untuk bersemedi, tapi ia yakin bahwa kondisi lingkungan tempat mereka bermalam ternyata aman-aman saja. Terbukti sepanjang dua pertiga malam tak terjadi apa-apa. Maka mulailah ia mengheningkan cipta. Berdoa dengan segala tata cara dan kata-kata mantra yang ia ketahui. Ia terus berdoa hingga tak sadar hari sudah pagi.

Saat itu, kedua kawannya mulai terjaga. Mereka mendekati si ahli ibadah dan menyadarkannya dari semedi. Namun beberapa detik kemudian, ketiganya terkejut, sebab ada seorang wanita yang mendekat ke arah mereka. Ya, patung tadi hidup menjadi wanita cantik dengan pakaian indah dan perhiasan gemerlapan.

"Itu wanita ciptaanku," ujar si pemahat sambil berjalan mendekati wanita yang keindahannya memesona mereka.

"Tidak, itu milikku, sebab akulah yang membuatnya cantik. Kau hanya membuat patung kayu, sedang aku yang meriasnya, menghiasnya, dan membuatnya lebih cantik," sanggah orang kedua

"Kalau saja aku tak menggunakan mantra dan doa yang aku ketahui dengan metoda khusus yang selama ini telah aku kuasai, dia tetaplah patung kayu, secantik apapun dia. Maka akulah yang berhak menentukan nasibnya. Untuk aku telah aku putuskan, bahwa akulah yang akan memiliknya. Membawa ke kota dan menikahinya." Itu kata orang ketiga, si ahli ibadah.

Mereka berdebat sementara wanita tadi menyaksikan dengan heran. Tak ada yang mau mengalah. Ketiganya belum memiliki istri dan sama-sama terpesona dengan kecantikan wanita itu hingga ingin memilikinya dan menjadikannya istri. Ketiganya juga sama-sama merasa paling berhak atas wanita itu.

Akhirnya...
(akhirnya biarlah dikembalikan pada pembaca. Versi aslinya memang ada akhirnya, dan tidak ngambang kayak gini. Tapi 'kan, ini bukan versi asli, hanya kutipan bebas. Huehehe...)

Sebenarnya, adakah hak kita pada orang lain, sebesar apapun jasa kita, atau sebesar apapun kesalahan orang tersebut?

Thursday, August 09, 2007

Panjat Pinang

Walaupun tanggal 17 Agustus masih cukup lama, tapi persiapan yang dilakukan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI sudah mulai dilakukan di mana-mana. Termasuk di tempat tinggal saya. Salah satu diantaranya: persiapan Lomba Panjat Pinang.

Asyiiiik... Pasti nanti seru: persaingan tenaga, akal pikiran, dan kerja sama tim untuk mencapai posisi tertinggi di batang pinang. Dalam persaingan ini, nggak boleh ada keluhan, nggak perlu orang lemah, nggak butuh orang pesakitan, dan terutama: nggak terima orang cengeng.

Horeeee.... Merdeka !!!

Puisi Cengeng


Pencipta Alam Yang Maha Perkasa
mengajarkan kita untuk membaca
alif ba ta dengan cara sempurna:
dari kecil hingga besar,
dari bawah hingga atas,
sama sekali tanpa air mata
apalagi sampai menggali kuburan lama.
Maju, jangan lihat masa lalu.

(sehabis baca ini, ada temen yang bilang: cengeng amat, lu? saya: kaget)

Arya Penangsang

Gara-gara orangtuanya dibunuh, Arya Penangsang yang saleh itu gelap mata. Darah mudanya menggelegak. Maka saat penghinaan sekali lagi datang, ia menghunus Setan Kober atas nama dendam. Sayang, Allah lebih memilihnya untuk mati syahid sebelum membalaskan sakit hatinya. Musuhnya, dengan cara sangat teramat licik, membuat kuda tunggangannya menjadi liar dan tak terkendali.

Lalu sejarah ditulis dengan keliru, semata-mata demi melanggengkan kekuasaan. Arya Penangsang, murid terkasih Sunan Kudus itu syahid, tapi namanya dicerca sepanjang masa dengan cap Pemberontak Negara.

Terlahir Sebagai Ombak (6)

Tentu, ada yang memilih jadi angin.
Bebas berkelana
menebar kabar samar-samar,
bahkan menyusup hingga ke dalam kamar.

Tapi semoga angin itu diam membeku
sesamapai di puncak gunung salju.
Gunung itu terlalu angkuh untuk datang sendiri,
berkali-kali hanya kirim kabar lewat sungai
yang menghanyutkan daun jatuh berguguran.

Semoga angin itu,
yang selalu menumbuhkan gelora dengan hembusannya,
tak memercikkan riak ombak ke mana-mana,
tak menerbitkan kabar dukaku ke mana-mana.
Terutama kepada gunung api itu
yang masih saja tampak biru
di kejauhan,
yang masih saja membuatku rindu
di kejauhan.

Monday, August 06, 2007

Tempat-tempat Masa Kecil

Dulu dekat rumah saya ada sebuah rumah tua. Peninggalan jaman Belanda. Kosong, tidak ada manusia menghuninya. Pintu-pintu dan jendelanya sudah tidak ada. Siapa saja bisa keluar masuk seenaknya. Tapi tidak ada yang tinggal di sana. Padahal rumah itu besar sekali. Hanya ada kelelawar yang setiap maghrib akan terlihat keluar dari balik atap dan terbang melalui jendela-jendela besar yang ada di sana. Warna catnya semestinya putih. Tapi warna itu sudah lama berubah kusam.

Konon, gedung itu dibangun tahun 1775 oleh orang Belanda bernama Hooyman. Tercatat kemudian, gedung itu berpindah tangan menjadi milik Lendeert Miero, seorang Yahudi-Polandia bernama asli Juda Leo Ezekiel. Lendeert semula orang melarat saat pertama datang di Betawi, tapi belakangan dia menjadi orang kaya baru yang punya banyak tanah di Betawi dan sekitarnya, termasuk di tempat rumah kuno itu berada.

Dulu saya sering lewat di depannya. Kebetulan kawan saya saat di sekolah dasar (SD) tinggal tak jauh dari dekat gedung itu. Setiap mampir ke rumahnya, maka jalan terdekat dari sekolah adalah jalan setapak yang melewati depan rumah itu. Ada jalan lain, tapi itu melewati jalan besar yang ramai dengan lalu lintas. Maka saya lebih sering memotong jalan melalui depan rumah kuno besar itu. Jalannya sendiri sangat rimbun karena banyak tumbuh pohon sengon raksasa yang bahkan ketinggiannya bisa melampaui atap rumah.

Sepertinya sih, saat saya kecil itu, tanah di sekitar situ dimiliki oleh negara. Soalnya, tak jauh dari situ juga ada kompleks perumahan milik salah satu angkatan perang negara ini. Tanahnya luas dengan bentuk nyaris segitiga dan berbatasan langsung dengan pasar.

Sekarang, rumah kuno besar itu tak ada lagi. Sejak 1992 sudah dirobohkan dan diganti dengan Mal yang ramai dan terang benderang, baik siang ataupun malam. Kawan SD saya juga nggak tinggal di sana lagi. Nggak tau deh, digusur ke mana dia, mungkin mengungsi ke bulan purnama. Menyesal juga karena dulu nggak sempat motret gedung besar itu.

Oh ya, tempat saya menghabiskan masa kecil itu, sejak dulu hingga sekarang, sering disebut dan dikenal orang dengan nama Pondok Gede.

Mangrove (4)

Tentang nama mangrove.

Kenapa disebut mangrove? Begini, ada dua kata pembentuk mangrove:
1. Mangue, dari bahasa portugis, dan
2. Grove, dari bahasa Inggris.

Dalam kamus bahasa Inggris, M4n9rove berarti komunitas tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut air laut beserta segala spesies tumbuhan yang menyusunnya.

Dalam bahasa Portugis sendiri, mengrove menyatakan individu spesies tumbuhan. Sedangkan komunitas tumbuhan tersebut biasa disebut mangal. (kalu salah, koreksi, dunk)

Beberapa pakar memiliki definisi yang tidak seragam untuk kata mangrove ini, namun perbedaannya tidak dalam ranah yang prinsip dan tidak jauh berbeda dengan yang selama ini telah kita pahami.

Ada beberapa istilah lain yang mengacu pada mangrove seperti Tidal Forest, Coastal Woodland, Hutan Payau, serta Hutan Bakau, walaupun definisi terakhir ini agak salah kaprah karena bakau hanyalah saal satu jenis mangrove.

Tentu saja, definisi hanya kita gunakan sebagai alat mengenal dan membedakan. Yang paling penting, tentu saja kemampuan kita memperlakukan mangrove ini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup kita sebagai manusia dan sesama ciptaanNya.

Semoga nggak ada yang bosen mbaca mangrove. Apalagi sampe muntah gara-gara kebanyakan postingan mengenai mangrove.
piss... :)>-

Friday, August 03, 2007

KRL Ciujung, Divisi Jabotabek, PT KAI

Sejak diresmikan, KRL Ciujung yang melayani rute Serpong - Tanah Abang belum memiliki jadwal yang tetap. Setelah satu bulan berjalan, jadwal tersebut telah berubah dua kali. Perbedaan antara kedua jadwal tersebut tidak terlalu jauh. PT KAI juga melakukan sosialisasi jadwal baru dengan cukup baik.

Tapi masih ada persoalan yang cukup memprihatinkan. Ada beberapa stasiun yang belum menerapkan sistem pintu masuk yang terpadu. Sehingga, masih ada jalan masuk dan keluar yang bisa dilewati tanpa melalui pemeriksaan petugas. Akibatnya, banyak pengguna Ciujung yang bingung saat ingin mengembalikan tiket elektroniknya. Tak heran, selama satu bulan saja, sudah lebih dari seribu lembar tiket yang dinyatakan hilang. Agaknya PT KAI harus berupaya lagi untuk menyiapkan infrastruktur pendukungnya sendiri, sebelum menuntut kedisiplinan pelanggan.

Tentu saja, semua memang butuh proses. Kekurangan yang terjadi merupakan proses pembelajaran bagi semua. Bagaimanapun juga, upaya PT KAI untuk membenahi sarana transportasi umum patut diacungi jempol. Diharapkan sarana ini makin berkembang dan modern, hingga tak kalah dengan apa yang ada di negara maju. Mudah-mudahan.

Wednesday, August 01, 2007

Pada Suatu Pagi


beritahu aku
di mana tumbuh semak hutan membiru.
setiap pagi jendela terbuka
lumut hijau memagar
rindu.

*) kalau lihat foto di atas, siapa yang nggak kepengen ke sana, coba? Biarpun udah berkali-kali, tapi tetep aja kangen, pengen ke sana lagi. Apalagi kalau jaraknya dekat dengan tempat tinggal kita. :P

Pendekar Kali Pesanggrahan

Sejarah Jakarta mengenal berbagai sosok pendekar sebagai pejuang penegak keadilan yang berupaya membebaskan tanah air dari cengkeraman kuku penjajahan. Sifat satria mereka merupakan inspirasi bagi masyarakat kala itu. Kini, meski bangsa kita tak lagi dijajah Bangsa asing, ternyata masih ada sosok pendekar yang patut dijadikan teladan. Tentu tindakannya tidak lagi sama seperti di jaman dulu. Namun garis perjuangannya yang menegakkan keadilan dan mengupayakan kesejahteraan rakyat masih sama. Salah satunya adalah Bang Idin, pendekar dari Kali Pesanggrahan.

Berawal dari Kenangan Masa Silam

Semuanya berawal dari kenangan masa kecil H. Chaerudin. Tokoh yang dalam kesehariannya selalu mengenakan pakaian khas betawi, lengkap dengan peci dan goloknya ini, ingat betapa mudahnya dulu memancing ikan di Kali Pesanggrahan. Kicauan burung begitu merdu menghiasi suasana di pinggir kali. Aneka satwa lain juga dapat dengan mudah ditemui. Tapi kondisi di akhir 1980-an sangatlah jauh berbeda. Sampah bertebaran sepanjang bantaran yang tandus atau di kali yang airnya kehitaman.

Kenangan itulah yang mendorongnya pergi bertualang, menyusuri kali dengan batang-batang pisang sebagai rakitnya. Di tahun 1989 ia mencoba mencari tahu apa saja yang masih tersisa di sepanjang aliran kai. Pohon apa saja yang tak lagi tegak, satwa apa saja yang lenyap, ikan-ikan apa saja yang minggat, dan mata air mana saja yang alirannya seolah tersumbat. Hasilnya adalah sebuah keprihatinan yang membuat darah kependekarannya menggelegak serta lahirnya sebuah tekad yang sederhana namun sekeras goloknya: mengembalikan Kali Pesanggrahan menjadi seperti dulu lagi.

Tekadnya memang sederhana, namun menyimpan hal-hal besar dan tak mudah untuk dilakukan. Untuk mengembalikan "kesehatan" sungai, lelaki yang beristrikan Partinah ini harus menghidupkan lagi mata air yang ada. Itu berarti pohon-pohon harus tumbuh di sepajang bantarannya. Padahal, untuk menanam pohon, ia harus membersihkan bantaran, baik dari sampah maupun bangunan. Maka dimulailah usahanya dengan membersihkan sampah.

Langkah ini ternyata tidak mudah. Berkali-kali ia bersitegang dengan orang-orang yang sering membuang sampah sembarangan. Terutama pemilik rumah yang membangun tembok tinggi di bantaran. Tapi darah kependekaran memang mengalir deras dalam nadinya. Ia tak lantas menggunakan kekerasan untuk menyadarkan "orang Gedongan" yang bertabiat kampungan itu. Mereka tetap dihimbau dengan cara persuasif. Tentu saja orang-orang itu tak sudi dinasihati. Mereka beranggapan bahwa mereka telah membeli tanah hingga ke tepi sungai. "Apa hak Anda melarang saya membuang sampah di wilayah saya sendiri. Mana dasar hukumnya, SK-nya?" begitu tantang mereka.

Sedangkan lelaki kelahiran 13 April 1956 ini beranggapan bahwa tak seorangpun boleh memiliki bantaran. "Itu milik kita semua," ujarnya. Dan, "Di pinggir kali nggak ada bahasa hukum. SK saya dari langit," sambungnya lagi dengan keyakinan tinggi.

Ketika mereka tetap membandel, Bang Idin tidak juga menggebrak dengan golok terhunus, tapi malah mengumpulkan sampah-sampah ke dalam kantong plastik lalu digantungkan di pagar depan rumah orang-orang itu. "Supaya mereka paham bagaimana rasanya kalau di depan hidung mereka ada sampah. Mereka begitu kan karena belum paham." Tak jarang Bang Idin harus berurusan denganaparat kelurahan, kecamatan, BPN, bahkan polisi.

Bang Idin lalu mengajak tetangganya untuk turut serta. Diyakinkannya bahwa secara turun temurun, Pesanggrahan adalah tanah pendekar, sehingga mereka pun keturunan pendekar. Jadi, "Jangan sampai wilayah pendekar diacak-acak orang." 17 orang petani kemudian membentuk kelompok Bambu Kuning dan ikut serta dalam barisan Bang Idin untuk berjuang.

Lambat laun, kesadaran juragan-juragan tanah yang membangun pagar beton tinggi hingga ke bantaran kali mulai tumbuh. Mereka menyadari juga perlunya penghijauan di bantaran. Maka sejak tahun 1998, secara bertahap mereka merelakan pagar-pagar mereka dibongkar.

Kesulitan berikutnya muncul, sebab mereka tak tahu harus menanam apa. Bibit belum tersedia. Akhirnya disepakati, dalam setiap pertemuan yang diadakan dua kali setiap bulannya, setiap anggota diwajibkan membawa bibit pohon dan mereka menanamnya bersama-sama. Terserah bibit apa saja.

Saat ini, kelompok tani itu telah menjelma menjadi Kelompok Tani Lingkungan Hidup Sangga Buana (KTLH Sangga Buana). Wilayah kerjanya bertambah luas. Ribuan pohon telah berhasil ditanam. Pengadaan bibit bukan lagi hal yang sulit. Banyak instansi maupun perseorangan yang membantu pengadaan bibit ini.

Merekapun tidak sembarangan menanam. Aspek geografis juga menjadi pertimbangan. Tidak semua pohon bisa ditanam di pinggir kali atau di tanah yang miring. Mereka mengandalkan ilmu yang didapatkan secara turun temurun. Maka pepohonan yang tinggi, seperti kayu secang, salam, tanjung, kedondong laut, nangka, senggugu, belimbing wuluh, mandalika, ditanam dekat dengan bibir kali. Pohon-pohon jenis tersebut memiliki akar yang sanggup mencegah erosi, selain ketinggiannya akan menjadi koridor bagi jalur lalu lintas burung-burung. Di sela-sela pepohonan tersebut ditanami tanaman obat perdu, seperti empon-emponan, brotowali, nilam, jeroak, sambiloto, dan lainnya. Agak jauh dari bibir sungai, barulah ditanami pisang atau bambu serta tanaman sayur-sayuran.

Kini hasilnya sungguh luar biasa. Area seluas 40 hektar, membentang sepanjang tepian Kali Pesanggrahan, menjadi ijo royo-royo. Burung-burung berkicau setiap hari. Bahkan burung cakakak yang bersarang di tanah dan sudah jarang ditemui di wilayah lain di jakarta, kini juga bisa ditemukan. Pohon-pohon yang mulai langka di Jakarta semacam buni, jamblang, kirai, salam, tanjung, kecapi, kepel, rengas, mandalka, drowakan, gandaria, bisbul, dapat dijumpai di sini. Belum lagi tanaman obat yang jumlahnya mencapai 142 jenis.

Disamping menghijaukan bantaran, Bang Idin dan kelompoknya juga berhasil menghidupkan kembali tujuh mata air yang dulunya mati. Air sungai tak lagi kehitaman, sehingga cukup sehat bagi berkembangbiaknya ikan-ikan. Secara berkala, KTLH Sangga Buana melepaskan bibit-bibit ikan yang dibudidayakan di tambak-tambak ke dalam kali Pesanggrahan.

Bahkan, upaya yang dilakukan telah berhasil mengangkat kesejahteraan petani-petani di sekitar kali pesanggrahan. Mereka bisa memasarkan hasil kebun sayuran maupun pohon-pohon produktif lainnya semacam melinjo yang diperkirakan berjumlah 8000 batang pohon, maupun pisang dan buah-buahan lainnya.

Kini, bantaran kali Pesanggrahan ramai oleh pengunjung dari seluruh Jakarta, menjadi hutan wisata gratis yang boleh dikunjungi siapa saja. Uniknya, setiap pengunjung akan diajak menanam pohon atau menebar benih ikan di kali. Mereka juga tidak dilarang memancing atau mengambil hasil hutan seperti memetik melinjo dan memotong rebung. Gratis, asalkan Anda tidak merusaknya. Tapi jangan coba-coba mencari ikan dengan racun atau cara-cara "keji" lainnya, karena Bang Idin dan koleganya akan segera menegur Anda. Tentu saja Anda juga bisa membeli sayuran dari para petani di sana. Maka tak heran jika pengunjung makin ramai. Berbagai kelompok dari sekolah maupun perguruan tinggi juga menyumbangkan ilmu dan tenaga mereka di sini. Beberapa rombongan expatriate dari Jerman, Inggris, Perancis, Australia, Belanda hingga Jepang pun ikut mencoba merasakan keasrian daerah ini. Untuk mendampingi para wisatawan mancanegara tersebut Sangga Buana mendapatkan bantauan tenaga sebagai pemandu wisata dari Universitas Trisakati yang sebelumnya diberikan pengetahuan tentang alam dan sejarah disana. Tercatat sekitar 4000 orang datang berkunjung tiap tahunnya

Berbagai penghargaan telah diperoleh Bang Idin dan kelompoknya. Tapi, "Yaaah itu mah buat apa. Banyak. Ada Kalpataru, atau apa lah, saya ndak urus. Tahun 2002 kalau ndak salah pernah dapat penghargaan penyelamatan air sedunia. Dan banyaklah piagam-piagam, dari Abu Dhabi, pemerintah Jerman, Belanda. Tapi saya tidak mengharap apa-apa. Apa sih artinya semua penghargaan itu kalau suatu perjuangan tidak bisa bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Tapi paling penting apabila karya saya ini tidak nyusahin orang. Saya sangat sedih. Orang yang bisa paham dengan lingkungan itu memberi penghargaan paling tinggi buat saya. Padahal itu hanya bagian dasar dan pemikiran saya, bahwa kami mengerjakan itu semua. Satu: menyelamatkan alam." Begitu ujar Bang Idin saat ditanya berapa banyak penghargaan yang telah diperolehnya.

Saat ini, Bang Idin sedang menularkan ilmunya di bantaran kali Ciliwung. Dukungan dari masyarakat sekitar, terutama dari pemuda-pemuda sudah didapatkan. Diharapkan pola yang sama bisa digunakan untuk "memerdekakan" bantaran-bantaran sungai yang lain di ibukota dari "penjajahan" sampah maupun kerusakan lingkungan akibat kebodohan manusia-manusia serakah.

Sungguh, bagi kita sosok Bang Idin merupakan seorang pendekar. Ayah dari dua anak, Widuri Indrawati (dosen Ekowisata Kelautan IPB) dan Ario Saloko (murid SMU Darul Maarif) ini benar-benar sosok yang bisa dijadikan teladan. Kepeloporannya dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup sanggup membuat siapa saja merasa kecil saat berhadapan dengannya. Meski hanya mengenyam pendidikan hingga kelas dua SMP, namun aktifitasnya akan sanggup membuat malu orang-orang berpendidikan tinggi, bahkan aktifis anggota perhimpunan mahasiswa pecinta alam sekalipun.

dirangkum dari berbagai sumber

Monday, July 30, 2007

Tanjakan lagi.... :(


Terjal

kau berikan
lereng terjal, seperti tuan rumah membuka pintu pagar.
Pernahkah kau lihat alam berkhianat,
dan memberi tanjakan hanya sebatas lihat?

maka kulewati tanjakan penuh ilalang berbisik
dan tawa renyah pasir kerikil.

lalu tangis hilang di balik bukit.
mungkin dendam sudah habis
kau tuntaskan
jejak telah kau hapus dari catatan
langit.

tinggal bayanganku
gamang
di pinggir jurang.

Foto diatas tidak dipinjam dari mana-mana, sebab koleksi pribadi. Lokasi penjepretan di TN Bromo Tengger Semeru.

Data teknis:
Kamera : Minolta SRT101 (1971)
Bukaan : 8
Kecepatan : 1/125
Lain-lain : Filter C-PL

Gara-gara nggak ikut kerja bakti

Minggu pagi, ada undangan kerja bakti di lingkungan RT. Kegiatannya untuk bersih-bersih. Memang siy, lingkungan RT udah cukup bersih. Makanya konsentrasi kerja bakti hanya di sekitar fasilitas umum yang dipakai bersama seperti lapangan voli dan taman. Untuk kebersihan rumah, jadi tanggung jawab penghuni maring-masing.

Ternyata, setelah kerja bakti dan menyantap cemilan seperti pisang goreng dan kacang rebus, ada acara tambahan, yaitu pemilihan pengurus RT yang baru. Wah, padahal dalam undangan tidak pernah disebutkan agenda tersebut. Tapi pihak pengurus RT beranggapan bahwa sangat pantas kalau pemilihan diadakan bersamaan dengan kerja bakti. Alasannya sederhana saja, karena kerja jadi pengurus RT itu butuh keikhlasan dan kepedulian terhadap lingkungan RT. Jadi, wajar saja kalau kandidat diambil dari peserta kerja bakti. Masuk akal juga. Bagaimana mau jadi ketua RT kalau kerja bakti aja nggak mau? Maka pengurus RT pun kemudian terpilih. Semua warga puas atas lancarnya acara pemilihan.

Semuanya? Ternyata tidak juga. Ada warga yang merasa pemilihan pengurus RT tidak sah karena tidak dihadiri seluruh warga (termasuk beliau ini). Dia menuntut pemilihan ulang. Tapi dengan alasan efisiensi, usul itu ditolak pengurus. Hasilnya, dia marah-marah dan menuduh ada konspirasi untuk menjegal warga lain yang berpotensi jadi pengurus RT. Waduh...konspirasi? Pengurus RT???

Untungnya pengurus RT lainnya tak menganggap tuduhan tadi secara serius. Anggap saja angin lalu. Lagipula, kalau orang itu memang mau ikut dalam pemilihan pengurus RT, mestinya dia menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan RT dong. Lha... kalau memang peduli, kenapa diundang kerja bakti dia nggak datang? Untungnya ini cuma pemilihan pengurus RT.

Friday, July 27, 2007

Di Tepi Telaga



Di tepi telaga
kita tak pergi terlalu jauh
dari mimpi.
Langkah kita perlahan
dan hanya penyangkalan diam-diam
seperti riak kecil mendekati tepian
lalu lenyap kembali di kedalaman.

"Hei, telaga ini
tak menampung duka,"
ujarmu sambil menyembunyikan sudut mata.
Bukankah telah kita buang kisah itu
ketika senja diam-diam turun kemarin

di hatimu.
Tidak, tentu hatiku tak mencatatnya
sebab kau telah membawanya
sejak berabad-abad lalu.

Tergagap membaca alif ba ta pada jejakmu
seperti mengenal aliran darahku.
Tapi kita masih saja enggan mengakui
di kebun mana akhir perjalanan ini.

Maka di tepi telaga
kita tak pergi terlalu jauh
seperti mimpi.
Segenap langkah kita
tak memilih arah yang sama lagi.
Segenap langkah kita
hanya menjejakkan kekal sepi ini.

Mangrove (3)

2.2 Manfaat Hutan Mangrove secara Ekonomi

a. Sumber Perikanan
Sering perairan di hutan mangrove disebut sebagai kamar bayi. Ini karena begitu amannya tempat ini bagi bayi-bayi dari berbagai jenis ikan dan udang. Hutan ini memang merupakan tempat asuh (nursery ground), tempat bertelur, tempat memijah, serta tempat mencari makan bagi nereka. Tidak kurang dari 80% jenis ikan laut membutuhkan hutan mangrove.

b. Penghasil Kayu
Kita dapat menggunakan kayu dari berbagai jenis tumbuhan mangrove untuk berbagai keperluan. Misalnya untuk bahan baku industri kertas, bisa dimanfaatkan dari jenis Rhizophora sp., Avicennia sp., dan Brugulera sp.. Ekstrak kulit kayu bakau (Rhizophora sp.) juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit.

c. Sumber Plasma Nuftah
Plasma nuftah, yang tentunya sangat potensial untuk diteliti mafaatnya, sangat melimpah di kawasan hutan ini. Sebab hutan mangrove ini masih sedikit sekali menjadi peminatan bagi para pakar dan ahli untuk diteliti. Dengan kemajuan teknologi yang ada sekarang, maka tak tertutup kemungkinan berbagai jenis flora dan fauna di hutan mangrove ini ternyata memiliki manfaat yang sangat banyak. Allahu'alam.

2.3. Manfaat Hutan Mangrove dari segi Sosial Budaya

a. Sumber Mata Pencaharian Masyarakat
Hutan mangrove secara tradisional telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh masyarakat yang tinggal di daerah sekitarnya. Selain untuk mencari ikan, udang, kepiting, dan berbagai macam kerang, masyarakat juga mengambil kayunya utnuk keperluan sehari-hari atau sebagai sumber mata pencaharian. Selain itu, kawasan hutan ini juga dipakai sebagai tempat bagi tambak untuk keperluan budi daya bandeng dan udang.

b. Sumber Pangan
Ini nggak perlu diperjelas lagi, sebab hutan mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan kerang. Selain itu, pada formasi hutan mangrove yang terdapat nipah sebagai vegetasi utamanya, maka nira hasil sadapan nipah bisa dimanfaatkan. Kadar gulanya hingga 17 %. Belum lagi daunnya yang bisa digunakan sebagai atap rumah, dinding, tikar, keranjang, dan lain-lain, meskipun masyarakat sekitar lebih sering memanfaatkannya sebagai pengganti kertas rokok.

c. Sumber Bahan Obat-obatan
Sudah bukan rahasia lagi kalau tumbuhan (dan juga hewan) banyak mengandung khasiat untuk pengobatan, tak terkecuali tumbuhan dari jenis mangrove. Kalau hingga kini belum dikutak-kutik, mungkin di masa mendatang bisa ada penelitian tentang manfaat tumbuhan mangrove sebagai tanaman obat. Iya nggak? Syaratnya satu: mangrove tidak keburu punah. Sekarangpun, daun dari tumbuhan mangrove jenis Brugulera sexangula telah diketahui sebagai penghambat tumor. Sedangkan Ceriops tagal dan Xylocrpus mollucensis sebagai obat gigi. Yah... daripada sakit hati, mendingan sakit gigi 'kan? Toh mangrove bisa dijadikan sebagai obat.

d. Tempat Kegiatan Wisata Alam
Walaupun mungkin tidak semewah dan seromantis Gondola di Venesia, tapi bersampan di hutan mangrove cukup mengasyikkan lho. Apalagi di sana bisa hunting foto, mengamati burung, maupun menjumpai aneka satwa yang nggak bakalan kita jumpai di tengah kota.Hutan mangrove ini bisa menjadi alternatif tujuan wisata sebagai lokasi wisata alam.

e. Sarana Penelitian dan Pendidikan
Karena keunikan formasi hutan mangrove, maka hutan ini menyediakan sarana penelitian yang sangat kaya bagi berbagai bidang ilmu.

Monday, July 23, 2007

Mangrove (2)

Dalam statistik blog ini, ternyata halaman ini paling sering dikunjungi. Padahal menurut saya isinya tidak terlalu istimewa. Atau ada hal lain selain isinya yang istimewa? Nggak tau, deh... :)

2. Penunjang Sistem Penyangga Kehidupan

(manfaat hutan mangrove)

Di bagian terdahulu saya udah janji untuk menuliskan lagi soal m4n9r0ve ini. Lagipula rasanya aneh juga kalau sudah mulai menulis tapi tidak diteruskan sampai finish. Rasanya seperti sedang makan pizza: baru gigitan pertama, eh...sisa pizzanya digondol kucing. Atau seperti kalau lagi kebelet pipis: pas udah buka-bukaan, eh... ada yang teriak "kebakaran...kebakaran..." lalu nggak jadi pipis. Duh, nggak enak banget kan tuh.

Makanya sekarang saya coba lanjutkan untuk membahas manfaat hutan mangrove bagi kita yang katanya khalifah di muka bumi ini, baik manfaat langsung maupun tidak langsung. Sebelumnya perlu kita ingat bahwa tak ada ciptaan yang sia-sia, termasuk mangrove ini [QS 3:191] , seperti juga kita sebagai manusia yang tidak diciptakan dengan main-main. [QS 23:115]. Bukan tanpa maksud kita manusia ini diciptakan.

Iya, kita diciptakan sebagai khalifah Allah di muka bumi (dalam bahasa aslinya, khalifah bisa berarti pengganti, maka kita harus bisa berperan merawat bumi ini sebaik-baiknya. Lha, urusan atau masalah pribadi gimana? Halah, kita ini kecil. Memang siy, kita pasti punya masalah, tapi 'kan dibandingkan masalah orang lain, masalah kita ternyata nggak ada apa-apanya. Apalagi kalau dibandingkan masalah yang dihadapi oleh masa depan umat manusia. Jangan egois dengan terus menerus larut dalam masalah pribadi. Ingat, kita khalifah Allah !!! Kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah ini). Jadi bermanfaat atau tidaknya mangrove ini sangat terkait dengan kreatifitas manusia yang mengolah atau memanfaatkannya.

Manfaat hutan mangrove ini bisa kita lihat dari beberapa aspek, yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya.

2.1. Secara Ekologi

a. Sebagai Penentu Sumber Produktifitas Perairan

Kenapa sebagai penentu? Sebab memang hutan mangrove menyediakan makanan bergizi bagi makhluk-makhluk yang ada di level pertama pada rantai makanan. Gini lho, mangrove kan tumbuhan yang berdaun. Nah, daun-daunnya itu pasti ada yang gugur saat sudah tua. Daun yang gugur inilah yang akan didekomposisi (diuraikan) oleh bakteri pembusuk hingga menjadi kaya gizi. Bayangin aja, hasil dekomposisi dedaunan busuk tadi akan menghasilkan kandungan protein sebesar 3,1 % yang akan menjadi 21 % dalam setahun! Tentu saja itu kaya gizi bagi makhluk semacam kepiting, molusca (kayak siput gitu), atau jenis-jenis cacing. Makhluk seperti itulah yang nantinya akan dimakan oleh makhluk di level berikutnya seperti burung atau ikan, dst, sebelum dimakan dan masuk ke perut kita. Makanya, hutan mangrove disebut sebagai penentu, sebab dialah yang menjadi pangkalnya, awalannya.
Gambar minjem dari Abu Fatah -Labi-labi Diaries
b. Penyedia Habitat Satwa
Buat beberapa jenis burung air semacam bangau kuntul putih (jangan salah eja ya!) atau yang bernama ilmiah Egretta iintermedia serta bangau Pecuk Ular ((Anhinga melanogaster), hutan mangrove itu seperti hotel persinggahan yang nyaman. Mereka akan datang pada musim-musim tertentu dan menikmati hidangan yang tersaji di sana, yaitu ikan-ikan yang tinggal dan beranak pinak di hutan mangrove.

Selain itu, hutan ini juga menjadi kediaman dari satwa jenis primata (kunyuk, kera, dkk) serta reptil. Bisa kita ambil sebagai contoh di sini, yaitu hutan mangrove yang ada di Angke Kapuk, Jakarta. Hutan itu umumnya didominasi oleh jenis-jenis burung merandai (apa ya, artinya...) dan hampir seluruhnya merupakan satwa yang dilindungi. Beberapa jenis diantaranya adalah Pecuk ular (Anhinga melanogaster), Kowak maling (NyctIcoraxnycticorax), Kuntul putih (Egretta sp.), Kuntul kerbau (Bubulcus ibis), Cangak abu (Ardea Cinerea), Blekok (Ardeola sp.), Belibis (Anos grobcaritrous), Cekakak (aleyou chloris). Selain itu terdapat pula beberapa jenis reptil. Fauna khas yang hanya dapat ditemukan di hutan mangrove antara adalah ikan Gelodok/Gelosoh (Glossogobius giuris) dan Udang bakau (Thalassina anomala).

Nah, kalau hutan mangrove hilang, nggak tau deh satwa-satwa itu mau nginep di mana. Nggak mungkinlah mereka mau mampir rumah kita yang berisik itu, apalagi kita memang nggak bakalan mampu menyediakan makanan buat mereka. Kecuali mereka udah pada doyan combro atau ketoprak.

Dengan tingginya tingkat kesuburan habitat mangrove, hutan mangrove menjadi ekosistem peralihan antara daratan dan perairan ini penentu tingkat produktifitas perairan laut disekitarnya.

c. Pengatur Fungsi Hidrologis
Kita sudah tahu bahwa air laut bisa merembes ke daratan hingga beberapa kilometer. Kalau ini terjadi, maka air yang digali di daratan akan tidak layak pakai lagi. Ini disebut intruisi air laut. Nah, hutan mangrove ternyata bisa berfungsi sebagai pencegahnya, sebab dia dapat mempertahankan keberadaan lapisan air tawar. Fungsi ini kita sebut saja sebagai fungsi hidrologis. (kenapa nggak pakai istilah Indonesia aja ya? hidro itu bahasa latin, artinya kurang lebih sama dengan air. kalau di jawa, air terkadang disebut tirto. jogotirto berarti perangkat petugas pengairan/irigasi. kalo tirtonadi? itu siy, nama terminal bus)

d. Penjaga Kualitas Air
Selain mencegah intruisi air laut, hutan mangrove juga berfungsi sebagai filter penjernih air yang masuk ke dalam laut lho. Sebab hutan mangrove memang memperlambat aliran ini. Kualitas air yang pulang ke laut akan meningkat dengan adanya hutan magrove ini.

e. Pencegah Bencana Alam
Masih ingat musibah besar saat tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu? Nah, ternyata keberadaan hutan bakau bisa menghambat derasnya arus laut yang menerjang daratan. Memang tak bisa menghilangkan sama sekali, namun cukup mampu meredam keganasannya. Pengaruh negatif arus dan angin laut bisa dikurangi dengan adanya hutan mangrove ini.

f. Penjaga Sistem dan Proses Alami
Hutan mangrove mampu menjadi tempat terbentuknya sedimentasi di pesisir pantai. Ini bisa membantu pembentukan lahan baru di pesisir. Karenanya, para pakar ekologi memberi predikat pada hutan mangrove sebagai "Penunjang Sistem Penyangga Kehidupan". Kalau hutan mangrove lenyap, kemungkinan abrasi semakin besar. Dan kalau abrasi ini terjadi di seluruh kawasan pada suatu pulau, pulau jawa misalnya, maka pulau itu makin lama makin sempit. Kita makin terdesak! Mau tinggal di mana kta???

2.2 Manfaat Hutan Mangrove secara Ekonomi

Setelah membahas manfaat mangrove secara ekologi, kita bahas lagi manfaat lainnya secara ekonomi. Tapi, bersambung aja ya...?

Taman Bacaan Aisyah

Belum pernah dengar kan? Nah, kemarin teman-teman di Serpong membuat taman bacaan khusus untuk anak-anak. Namanya Aisyah. Nama itu dipilih sebab Aisyah dalam sejarah Islam dikenal sebagai sosok yang mewakili Muslimah yang cerdas dan berwawasan luas. Diharapkan hal-hal positif dari Aisyah bisa menular pada anak-anak yang mengunjungi taman bacaan tersebut. Kenapa bukan tokoh cerdas yang lain atau kenapa harus sosok wanita dan bukannya pria? Sebab yang punya gagasan memang dari kelompok pengajian ibu-ibu dan remaja putri. Sengaja diambil nama dari masa lalu supaya tidak dianggap politis. (bayangin aja, kalau namanya diambil dari nama ibu tien suharto atau nama mpok nori, wah, pasti omongan yang muncul akan macam-macam).

Launching taman bacaan ini dilakukan hari Ahad, 22, Juli 2007. Itu bertepatan dengan perayaan hari anak nasional. Jangan membayangkan tempatnya seperti perpustakaan yang besar dan megah. Ini cuma taman kecil saja. Lokasinya dipilih di wilayah kelurahan Cilenggang, Serpong, Tangerang, tepatnya di halaman rumah milik keluarga teman saya (buat Yayan: Jazakallah khoir). Di kelurahan itu memang banyak terdapat anak-anak dari keluarga kurang mampu. Jangankan beli buku, beli baju saja setahun sekali. Padahal, setiap anak harusnya mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi pintar dan cerdas serta berwawasan luas. Makanya dipilihlah taman bacaan dan bukannya wahana permainan untuk didirikan di sana. (nggak jauh dari sana, ada sebuah tempat wisata air yang sangat megah, dikenal dengan Ocean Park, yang tiket masuknya bisa buat beli beberapa buah buku bacaan anak-anak dengan kualitas cukup baik)

Masalahnya cuma satu, koleksi bukunya masih sedikit sekali.... Saya sendiri (*mode TOA on*) sudah nyumbang beberapa buku. Sekarang juga masih menyortir, kira-kira buku mana saja yang bisa dikeluarkan dari rak buku saya untuk dipindahkan ke dalam koleksi taman bacaan. Soal antusias anak-anak, pastilah besar, sebab anak-anak memang punya dunia yang menakjubkan dan sulit ditebak oleh orang dewasa seperti saya (meskipun saya ini kekanak-kanakan... lho?!). Saya sendiri sudah mengusulkan pada pengurusnya (pengajian ibu-ibu) untuk membuat semacam permohonan kepada pihak-pihak yang memang sering mendistribusikan buku-buku ke taman bacaan (misalnya komunitas 1001 buku, atau penerbit-penerbit buku anak-anak). Tapi siapa tahu dari pembaca blog saya ini ada yang sedang bingung karena pingin ngilo-in koleksi buku tua di gudangnya tapi tukang loak nggak lewat-lewat juga di depan rumah. Nah, dari pada dikiloin, mending dioper aja ke sana. Prioritasnya siy, dari kawasan sekitar taman bacaan (BSD City), sebab malu juga kalau ada orang jauh bela-belain nyumbang buku, sementara warga di sekitarnya nggak berbuat apa-apa.

Kekhawatiran saya juga ada, yaitu program yang terhenti hanya sebatas membuat dan mendirikan, tapi tidak punya program yang berkesinambungan untuk tetap menggairahkan minat baca dan mewujudkan generasi yang berwawasan luas di masa mendatang. Untuk membuat taman bacaan, bukan hal yang sulit. Tapi membuatnya menjadi sentra berkumpul dan belajarnya anak-anak lewat buku secara permanen, adalah hal lain. Ini harus digarap serius. Saingannya jelas: televisi dan video game. Maka program-program lanjutan untuk memupuk minat baca anak-anak harus digarap secara serius. Contoh kasus cukup banyak, ketika taman bacaan tidak digarap secara serius semakin lama semakin sepi dari pengunjung. Ini sama seperti menanam mangrove di kawasan pantai yang rusak. Sangat mudah dan murah untuk menanamnya, tapi tidak mudah untuk mewujudkannya menjadi hutan mangrove, sebab diperlukan perawatan yang bersungguh-sungguh untuk menghidupi bibit-bibit mangrove tersebut. Mudah-mudahan niat baik pengurusnya mendapat RidloNya dan dimudahkan untuk mewujudkannya.

Allahu'alam

Saturday, July 21, 2007

kepergian kita mungkin tak tercatat, Sahabat

: n

sebagian orang bilang, kau berangkat
ke negeri kabut.
tapi aku tak percaya.
paling-paling kau sedang berkelana
diantara kerlip bintang yang berkaca di muka telaga.
kerap memang, kabut turun tiba-tiba
dan langit pucat menutupi riak mukanya.
tapi tentu saja kau tak pergi ke sana,
ke tempat kabut dan asap merajut sekat warna.

maka kubisikkan lagi baris namamu
dengan rintihan ranting terinjak
dan desir lembut di sela daun-daun
berserak. Lihat, garis jejakmu masih terlacak
pada langkah ringan dan sayup suara riang
kanak-kanak.
Betapa tahun-tahun kebersamaan kita
bagai terlipat di lembar terakhir sehelai surat:

"kemasi bekalmu sendiri
karena kelak kau akan pergi,
juga sendiri."

Ah, sudah rapikah penginapan kekalmu itu,
dengan pelangi jadi pelengkap di tiap warna sudut tirainya?
Biar kugenapkan catatan ini sebelum kita bertemu.
Tapi lain kali
kalau kau pergi,
pamitlah dulu pada kawanmu ini.

Friday, July 20, 2007

Terlahir Sebagai Ombak (5)

Katamu bukan ombak
kalau tak punya sisa buih di celah karang.
Tapi kau bukan karang.
Kau hanya pernah duduk di sana
tak berani memandangku.

Berapa lama senja berlalu
sebelum kau sadari
harusnya kau bergerak bersamaku?
Angin, gelombang pasang, buih, badai hujan,
atau sebut bentuk apapun yang kau mau.
:asalkan kita jadi menyatu.

Thursday, July 19, 2007

Terlahir Sebagai Ombak (4)

Karena ombaklah
dunia berputar sempurna.
Digulirkannya semua rindu
merata ke penjuru dunia.
Kadang ia menjelma hujan,
memukul kaca jendela kamarmu.
Tapi tak jarang ia hanya sebutir embun
yang tersesat,
sebelum dewa matahari mengusir dengan cepat
dari halaman rumahmu.

Padahal ia ingin bergayut di kelopakmu
sekali lagi, entah sebagai embun
ataukah isak terakhir dalam tangismu.

Kini kau hanya akan menjumpainya dalam rintik
hujan di akhir malam
: diam-diam membasahi semak di pekat hutan.

Tapi dia ombak, bukan?
ia akan kembali.

email

Setelah kemarin dapet email
dan semalaman nggak bisa tidur karenanya,
jadi bingung mau nulis apa....

...
Untuk apakah hidup ini
selain nulis sajak buatmu
...
(kutipan dari Eka Budianta)



Wednesday, July 18, 2007

Terlahir Sebagai Ombak (3)

Setelah melintas ribuan samudera
ia tergelincir pada mahkota sekuntum bunga.
: Mekar di pinggir hutan,
dengan sepasang daun jadi hiasan.

Inilah ombak,
yang menjelma sebutir embun.
Kecil,
tak berdaya
saat kau sapa dia
penuh mesra.

Tuesday, July 17, 2007

Terlahir Sebagai Ombak (2)


Sesungguhnya bukan angin,
atau sungai,
atau ketenangan air danau yang membuat kita tak ada
dalam foto di satu bingkai.

Barangkali hanya karena kita tak punya nyali
untuk memindahkan gunung apimu,
dan melihat ombak ini mendidih dalam gelora itu.

Dan cinta
jadi terlalu hambar untuk kugarami
dengan laut
di hatimu.

foto di atas koleksi pribadi.
penjepretan dilakukan di danau Taman Hidup, Gunung Argopuro, Jawa Timur

Monday, July 16, 2007

Merah Putih

Ini oleh-oleh dari Senayan, sewaktu saya (bertujuh) menjadi saksi patriot-patriot Indonesia yang berjuang dengan sangat heroik. Meski mereka "dikalahkan", saya tetap bangga pada mereka.
Ayo Indonesia !!!