Friday, June 27, 2008

Pesta Buku Jakarta

Biasanya, bulan Juni di Jakarta, selalu identik dengan Jakarta Fair. Acara tahunan yang menurut saya cocok buat yang senang hiburan tersebut, selalu dipadati pengunjung, (termasuk copet-copet, hehe). Namun, selain Jakarta Fair, ada juga acara lain yang menurut saya lebih menarik, yaitu Jakarta Book Fair, atau biasa dikenal sebagai Pesta Buku Jakarta.

Sebenarnya info tentang acara ini sudah tersebar luas di mana-mana, tapi karena ada kenalan saya yang selalu mengingatkannya (meskipun dengan cara menanyakannya kepada saya), maka saya tulis saja di sini.


Pesta Buku Jakarta kali ini diselenggarakan tanggal 28 Juni 2008 sampai dengan tanggal 6 Juli 2008. Penyelenggaranya adalah Ikatan Penerbit Indonesia cabang Jakarta Raya (Ikapi Jaya). Tempatnya, seperti biasa, di gedung Istora Senayan Jakarta. Itu tuh, tempat yang kemarenan jadi tempat perebutan Piala Thomas dan Piala Uber. Meskipun menurut saya, tempatnya masih kurang luas, tapi cukup nyaman juga kalau ke sana pas ketika tidak sedang ramai-ramainya. Karena diadakan di bulan Juni, maka penyelenggaraannya juga dikaitkan dengan perayaan ulang tahun kota Jakarta yang tahun ini berusia 481 tahun. Tidak heran kalau yang membuka pesta ini adalah (rencananya) Gubernur yang berkumis itu.

Yang menarik, tema yang dipilih penyelenggara kali ini. Bayangkan saja, masa temanya adalah "Jakarta Banjir". Nah lho... aneh 'kan? Maksudnya, banjir itu... yeah, kita lihat saja sendiri, apa maksud banjir di situ. Yang jelas, sangat mudah menemukan buku-buku di sana. Iya dong, namanya aja pesta buku. Tentu saja akan ada potongan harga, mulai 10 % hingga 70 %. Saya sering membeli buku-buku murah di acara ini pada penyelenggaraan yang lalu-lalu. Biaasanya, buku-buku yang masuk kategori cuci gudang" atau cacat produk dijual dengan harga sanagt murah. Tapi jangan keliru, maksudnya cacat di sini, mungkin sampulnya ada yang cetakannya terbalik, atau sudutnya bolong, dsb., sehingga tidak layak untuk dijual di toko pada umumnya. Selain itu, berkumpulnya berbagai penerbit di satu tempat akan memudahkan kita untuk mencari buku-buku dengan leluasa.

Oh, iya.... ada satu hal lagi, acara ini gratis. Datang saja, nggak dipungut bayaran, kok.

Tuesday, June 24, 2008

Nggak Boleh Tepat Waktu

Hari ini di kantor beredar bocoran memo tentang jam kerja di kantorku. Dari desas desus, akan diatur agar karyawan tidak boleh datang dan pulang kantor tepat waktu. Lho!? Kok tepat waktu malah nggak boleh?

Ternyata maksudnya adalah tidak boleh mepet waktu. Jadi, karyawan harus datang 10 menit sebelum jam masuk kantor, kemudian keluar kantor jauh setelah jam kantor usai.

Wah, kalau begitu, buat apa ditetapkan aturan bahwa "JAM KANTOR ADALAH JAM 08.00 - 17.00" Bayangkan saja, datang dan pulang tepat waktu tidak boleh!!!

Belum tahu, apa sanksi bagi pelanggaran aturan baru ini. Yang jelas, untuk pulang, tidak boleh sebelum 17.30. Sebenarnya nggak masalah kalau kelebihan waktunya itu dihitung lembur dan over time bisa dikonversi menjadi uang. Masalahnya, di kantorku (perusahaan kecil milik perseorangan) tidak mengenal istilah over time bag staf atua karyawan biasa. Kecuali office boy dan cleaning service. Mereka malah dapet lembur kalau kerja over time.

Sementara kalau ada karyawan yang pulang cepat, meskipun sudah melewati jam kerja, pasti akan ditegur dan disindir-sindir. Akan dikatakan bahwa sebaiknya pulang setelah 17.30. Coba kita hitung-hitung, kalau masuk jam 07.50 dan pulang jam 17.30, maka jam kerja dalam satu hari setelah dipotong istirahat 1 jam, adalah:
17.30 - 07.50 - 1= 1.050 menit - 470 menit - 60 menit = 520 menit
atau 8 jam 40 menit.
dalam satu minggu (5 hari kerja) menjadi: 2.600 menit = 43 jam 20 menit

Artinya, ini sudah di luar standar Depnaker. Sisa 3 jam 20 menit dalam seminggu, harus dikonversikan dalam bentuk kompensasi lembur dong!!! Ini kalau mengacu pada keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor KEP. 102/MEN/VI/2004
Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur.

Tapi susah juga sih. Soalnya kantornya bukan perusahaan pemerintah, juga bukan swasta besar. CUma perusahaan milik perorangan. Apa kata pemilik, ya itulah aturan dunia.

Thursday, June 12, 2008

16Jam Perjalanan Darat

Sekali lagi aku terpaksa melakukan perjalanan darat dari Medan menuju Meulaboh. Sebenarnya kalau harus menempuh perjalanan darat, aku lebih suka melalui jalur Banda Aceh - Calang - Meulaboh. Menyusuri pesisir melalui sebagian jalan baru yang belum selesai (karena jalan lama rusak digilas tsunami 2004). Soal pemandangan sih, sama-sama indah. Tapi waktu tempuhnya bisa jauh berbeda. Perjalanan darat Medan - Meulaboh paling tidak harus ditempuh selama 12 jam, sedangkan dari Banda, bisa separuhnya. Lho, kenapa ke Medan, kalau begitu? Sebab tadinya aku berniat naik Susi Air dari Medan, tapi tiketnya sudah habis. Terpaksa menggunakan jalur darat. Tahu begini, mending ke Banda, sekaligus bertemu dengan teman yang sedang di sana.

Aku menggunakan jasa travel yang menggunakan kendaraan Kijang Kapsul. Sengaja meminta duduk di samping supir, suapaya lebih lega. Jadwal berangkatnya setelah maghrib. Itu artinya sekitar jam tujuh malam.

Ternyata mobil baru berangkat dari loket travel jam 19.30. Masih ada beberapa jam sebelum berangkat. Ada niat juga ingin jalan-jalan di Medan ini, siapa tahu bisa ketemu teman maya yang berdomisili di sini. Tapi urung, sebab waktunya nggak cukup banyak. Nanti saja mampirnya, sepulang dari Meulaboh, sekaligus cari oleh-oleh.

Ada 5 penumpang termasuk aku. Dua diantaranya adalah seorang ibu dan anaknya yang masih kecil. Supirnya membawa mobil dengan kecepatan sedang-sedang saja, setidaknya menurut ukuran perjalanan jarak jauh antar kota. Dengan kecepatan seperti itu, aku perkirakan jam 10 keesokan harinya baru akan tiba di Meulaboh. Itu berarti 15 jam perjalanan. Waduh...

Perkiraanku tidak meleset terlalu jauh. Setelah 16 jam di dalam mobil dengan jok panas dan AC yang tidak dihidupkan karena supir dan sebagian penumpangnya merokok, tibalah aku di Meulaboh. Entah karena supirnya tidak berani terlalu ngebut, atau karena terlalu sering singgah (5 kali pemberhentiaan dengan waktu antara 15 menit hingga 30 menit. Bahkan di Alue Bilie pun masih berhenti untuk sarapan, padahal Meulaboh sudah dekat!).

Sampai di rumah, malah tidak bisa istirahat (tidur). Badan terasa panas dalam. Mata lelah, tapi tidak bisa tidur (mana bisa mengubah jam biologis dengan cepat). Jadi langsung ke kantor saja dan melakukan aktifitas kerja.

Sampai di kantor, apa bisa kerja? Hmm.....