Thursday, March 22, 2007

Buku Tamu

Ada seorang pemilik kedai kopi yang memutuskan untuk menyediakan sebuah buku tamu. Ia, selain ingin mengetahui siapa saja pengunjung kedainya, rupanya juga ingin mendapatkan komentar bagi pelayanan yang telah ia suguhkan. Maka setiap tamu yang singgah selalu dimohon untuk mengisi buku itu dengan menuliskan nama serta kritik dan saran.

Setiap kali ada pelanggan memanggil pelayan untuk menghitung tagihan, buku itu dibawa dan diletakkan di meja pelanggan untuk diisi. Biasanya pengunjung mengisi buku tamu itu sambil menunggu uang kembalian atau perhitungan tagihan. Pemilik kedai terkadang sengaja mengulur waktu agar si tamu punya kesempatan berfikir agak panjang sebelum menuliskan komentar mereka. Setelah tamu menulis, si pemilik kedai biasanya langsung membaca, terutama, bagian kritik dan saran. Tapi anehnya, si pemilik kedai kemudian berteriak kepada tamu yang hendak pergi itu, bahwa tulisan, kritik, maupun sarannya sama sekali tak bermutu, tak berdasar. Dia menyangkal tulisan di buku tamu itu, menolak apa yang tertera di sana, seraya mengajukan argumen-argumen penyangkalannya. Untunglah kebanyakan dari tamu-tamu yang diteriaki itu tak terlalu memedulikan atau memusinkan sangkalan dan protes si pemilik kedai tersebut, sehingga potensi keributan bisa dianggap tiada.

Keesokan harinya, tamu-tamu masih berdatangan, baik dari pelanggan setianya maupun pengunjung yang hanya sesekali mampir saja. Ternyata mereka tetap disodori buku tamu saat hendak pergi meninggalkan kedai, walaupun sebagian dari mereka sudah pernah mengisinya. Meskipun si pemilik kedai tidak mengharuskan para tamu untuk mengisi, tapi ia tetap meminta agar pelayan membawa buku itu ke meja pengunjung. Sebagian tamu menolak mengisinya, karena sudah hafal dengan tabiat pemilik kedai dan ingin menghindari keributan. Lha wong ke kedai kopi 'kan mau santai, bukan cari keributan. Hanya sebagian kecil tamu yang bersedia mengisinya. Itupun hanya mereka yang tak terlalu ambil peduli akan sanggahan pemilik kedai atas kritik dan saran mereka. Sebab seusai mengisi, si pemilik kedai lagi-lagi berteriak kepada tamu tersebut dan menyangkal kata-kata yang dituliskan. Sedangkan kepada tamu yang tidak bersedia mengisi buku itu, si pemilik kedai bertanya-tanya dalam hati, "Kenapa mereka tak mau lagi mengisi buku ini, ya?" Dan si pelanggan yang ogah itu, biasanya bergumam juga dalam hati, "Kalau tidak mau dikomentari, ya jangan menyediakan peluang untuk dikomentari dong!"

Kini suasana kedai itu jadi terasa aneh, terutama bagi mereka yang pernah disodori lembaran komentar dan mengisinya, tapi lantas malah diberi sanggahan balik atas komentar mereka. Bahkan ada juga yang memutuskan untuk tak lagi datang ke kedai itu.

Maka saya pun teringat dengan Doa Untuk Anakku karya Emha Ainun Nadjib yang penggalannya antara lain seperti ini:

...
Tuhan,
cambuklah punggungnya
agar tahu bahwa ia butuh kawannya
untuk melihat punggung yang tak nampak olehnya.

...

Mudah-mudahan, kita bukan orang bebal yang seperti pemilik kedai itu. :)

Thursday, March 08, 2007

Tips Melakukan Perjalanan (Jauh)

Terinspirasi dari tawaran mas Joni yang bersedia memberi akomodasi jika kita ingin mengunjungi Gunung Dempo, saya jadi teringat dengan kiat-kiat atau tips dalam melakukan perjalanan jauh. Maka saya mencoba menuliskannya dalam blog saya ini. Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri. Mudah-mudahan ada yang memberi masukan atau koreksi untuk penyempurnaan di masa mendatang.


Tips Melakukan Perjalanan (Jauh)

1. Menetukan niat

Untuk apa Anda melakukan perjalanan ini? Refreshing? Cari duit? Atau sekadar mencari solusi setelah bingung bagaimana cara menghabiskan uang di kantong Anda? Atau ada tujuan mulia lainnya, misalkan mempelajari sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak, atau menjadi pendamping di salah satu desa tertinggal di pedalaman dan membawa bantuan buat mereka, atau tujuan mulia lainnya. Hal ini penting agar Anda tak merasa terganggu di perjalanan nantinya, misalnya masih terus memikirkan pekerjaan di kantor, padahal Anda sedang berada di sebuah pantai yang indah menjelang matahari terbenam. Kalau sudah begitu, Anda tak akan bisa menikmati perjalanan Anda.

2. Menentukan Lokasi tujuan perjalanan

Ini penting, sebab sebelum melangkah, kita memang perlu mengetahui hendak ke mana. Kalau tidak, maka kita hanya akan melakukan pemborosan biaya, waktu, dan tenaga.

3. Memilih Rute yang akan dipakai untuk mencapai lokasi yang dituju

Setelah menentukan tujuan lokasi yang hendak disambangi, tentukanlah rute yang akan diambil menuju sasaran. Bagi yang hendak ke pedamlaman, tentukanlah rute-rute ke kota terdekat dengan tujuan sesungguhnya. Misalnya, anda hendak pergi ke gunung semeru dan berangktat dari jakarta, maka anda harus menentukan akan ke malang lewat surabaya, atau langsung ke Malang.

4. Pemilihan moda transportasi

Ini terkait erat dengan sebelumnya, karena tidak semua moda transportasi tersedia di semua jalur/rute tertentu. Misalkan, Anda hendak pergi ke Malang dari Jakarta tanpa melewati kota Surabaya (menghindari kemacetan di Porong, Sidoarjo), maka Anda tak bisa menumpang pesawat terbang, sebab tak ada jalur penerbangan Jakarta - Malang. Pilihannya kereta api, bus, atau mobil pribadi. Sekali lagi, ini diseuaikan dengan rute yang dipilih.

5. Persiapkan dana

Ini meliputi dana untuk:

* Transportasi
Carilah info berapa uang yang harus anda keluarkan sesuai moda transportasi yang telah Anda tentukan. Kalau bawa mobil ndiri, berapa liter bensin yang harus dibeli.

* Konsumsi
Ini menyangkut makanan yang akan disantap selama perjalanan. Cara menghitung yang praktis adala dengan menghitung uang makan rata-rata setiap kali makan, lalu kalikan dalam sehari, lalu kalikan lagi dengan jumlah hari yang anda rencanakan untuk perjalanan. ingat, di daerah tertentu, harga makanan bisa sangat mahal. carilah info pada orang-orang yang pernah melakukan perjalanan ke tempat yang akan Anda tuju. Kalau tidak ada, sebaiknya perhitungannya dilebihkan, agar tidak kurang nantinya.

* Akomodasi
Di mana Anda akan tinggal? Hotel berbintang lima? Atau cukup di dalam tenda? Kalau di Losmen, berapa harga rata-rata biaya menginap di losmen yang terdapat pada kota-kota tujuan Anda? Ini berkaitan juga dengan lamanya Anda tinggal. Kalau tinggal di tempat famili atau kawan, mungkin tidak perlu keluar biaya, tapi sebaiknya Anda pertimbangkan secara serius untuk membawa oleh-oleh untuk mereka, agar Anda tetap menjadi "orang Timur".

* Buah tangan
Persiapkan berapa anggaran untuk beli oleh-oleh untuk sahabat dan sanak kerabat. Kalau tidak dibuat, bisa-bisa kantong anda jebol karena membeli oleh-oleh tanpa menghitung berapa orang yang harus dibawakan. atau sebaliknya, justru ada orang-orang yang selayaknya Anda belikan oleh-oleh, ternyata malah terlupakan. Anda juga harus memperhatikan buah tangan untuk orang-orang yang akan Anda kunjungi. Apalagi jika orang tersebut akan menampung Anda di tempat tujuan Anda seperti misalnya mas Joni yang baik di Sumatera Selatan sana.

* Cadangan
Kadang, segala sesuatu berjalan di luar rencana. Untuk itu, kita perlu menyiapkan dana cadangan. Jangankan bekal dalam perjalanan, main bola saja perlu pemain cadangan.

6. Persiapan perlengkapan

* Makanan
Berapa banyak anda harus membawa makanan? Kalau Anda naik gunung selama tujuh hari, tentu harus benar-benar dipersiapkan perbekalannya, jangan sampai Anda mati kelaparan di sana. Untuk penjelasan tentang merancang perbekalan selama naik gunung, saya akan jelaskan di lain kesempatan.

* Pakaian, termasuk alas kaki
Pakaian ini bisa dikategorikan menjadi pakaian dalam perjalanan, pakaian tidur, atau pakaian dalam kondisi tertentu, misalkan cuaca panas/dingin. Jangan lupakan juga kaos kaki, sepatu, dan juga sandal. Lho, kok sandal? Iya, kadang saat berkemah di hutan pun, Anda membutuhkan sandal untuk keperluan operasional, misalkan pergi ke sungai untukmandi, atau sekedar masak di luar tenda.

* Tas
Pakailah tas yang cukup untuk membawa semua perlengkapan dan perbekalan yang anda bawa. Usahakan serigkas mungkin. Khusus untuk keperluan operasional, ada baiknya Anda membawa tas kecil semacam tas pinggang yang berisi buku catatan, peta/petunjuk perjalanan, uang, surat-surat, alat tulis, serta barang-barang kecil lainnya yang sekiranya diperlukan.

* Obat-obatan
Setiap orang punya penyakitnya masing-masing. Bagi yang punya penyakit bawaan, jangan lupa membawa obatnya agar di perjalanan tak disibukkan dengan mencari obat saat penyakitnya kambuh.
Surat-surat penunjang perjalanan

* Kamera
Tentu Anda tak ingin melewatkan momen-momen indah dan mengesankan dalam perjalanan Anda (kayak iklan film, neh). Maka bawalah kamera Anda. Boleh untuk bikin foto, atau film sekalipun. Jangan lupa bawa peralatan pendukungnya seperti batere cadangan atau chargernya, tripod, filter lensa, maupun film dan/atau kartu memori cadangan.
Makasih untuk mas Aroengbinang untuk masukkannya.

7. Persiapan untuk Hal-hal darurat

* Kontak Person
Adakah orang-orang yang tinggal dekat dengan tempat yang menjadi tujuan Anda? Kalau ada, sebaiknya Anda beritahu bahwa Anda akan berada di sekitar kota tempat tinggalnya. Kalau terjadi sesuatu dengan Anda, maka ia akan bisa menolong Anda.

* Jalur Evakuasi
Kedengarannya menyeramkan. Tapi ini perlu ditentukan sebelum Anda melakukan perjalanan. Misalkan begini: Anda pergi ke Meulaboh. Saat terjadi seuatu, Anda perlu menuju tempat aman yang terdekat, tidak harus langsung pulang ke Jakarta. Maka Anda sebaiknya memperhitungkan akan ke Medan ataukah ke Banda Aceh, dua kota besar terdekat yang ada. Apa untung ruginya, harus diperhatikan agar keadaan darurat bisa secepatnya dinetralisir.

* Alamat Institusi untuk hal-hal darurat, misal: rumah sakit, puskesmas, kepolisian, ataupun ATM Bank
Catatlah di mana alamat kantor polisi, rumah sakit, atau puskesmas terdekat di tempat tujuan perjalanan Anda. Sehingga kalau hal darurat terjadi, Anda tak lagi bingung mencari di buku telpon, atau tanya sana-sini, yang belum tentu bisa Anda lakukan kalau kondisi darurat itu terjadi di tengah malam.

8. Persiapan fisik

Walaupun untuk refreshing, perlu juga Anda persiapkan kebugaran fisik Anda, agar perjalan Anda tidak diganggu dengan keadaan yang tidak masuk akal, semisal Anda hanya bisa terkapar di dipan penginapan, hanya karena fisik yang belum disiapkan untuk jalan-jalan seharian.

9. Persiapan untuk hal-hal yang ditinggalkan

Informasi ke RT/RW, keamanan, dan tetangga atau sanak famili di satu kota dengan tempat tinggal Anda. Ini penting agar mereka tidak bingung mencari-cari Anda nantinya. Selain itu, kalau Anda pergi dalam jangka waktu yang lama, "titipkan" rumah Anda. Kalau perlu, titipkan kunci pada tetangga terdekat, sehingga mereka dapat membantu menjaga rumah Anda, atau mematikan dan menyalakan lampu di pagi atau malam hari, kalau sistem penerangan Anda belum memakai saklar otomatis. Jangan lupa, informasikan juga waktu kepulangan Anda kepada mereka.

Friday, March 02, 2007

Janji Jumat

"Thank's God it's Friday," ujar seorang kawan pada hari Jumat di kantor. Teman-teman lainnya segera menimpali dengan ungkapan persetujuan. Suasana terasa lebih terang, lebih gembira. Semua mengumbar senyum. Ada pekerjaan rutin, tentu, tapi itu tak mampu menghapus keceriaan dari wajah-wajah mereka. Penyebabnya memang hanya satu, bahwa ini adalah Jumat dan sesaat lagi weekend. Kebetulan kantor kami memang menerapkan kebijakan lima hari kerja dalam satu pekan. Memang masih ada satu hari yang harus dilewati, namun itu tak akan terasa, karena dua hari berikutnya adalah saat ketika tumpukan pekerjaan di kantor boleh ditinggalkan.


Suasana yang ceria dengan hati yang senang, tentu memberikan energi positif bagi siapa saja. Senyum kawan di kantor jadi tampak lebih manis. Sapaan ramah mereka membuat hati ini terhibur, dan canda serta senda gurau membuat suasana tegang yang sering mampir saat dikejar tenggat waktu pekerjaan menjadi sirna. Semua seperti semangat untuk bekerja. Permintaan apapun biasanya akan dilayani dengan cepat tanpa penundaan. Kenapa? Karena sudah hari Jumat, dan dua hari ke depan adalah hari libur.

Ada dua hal yang menarik di sini.

Pertama, keceriaan memberikan energi positif pada seseorang untuk berkarya. Seorang kawan pernah berkata, "Kalau ingin kebahagiaan untuk tiga bulan kedepan, maka carilah seseorang untuk dicintai dan menikahlah. Tapi kalau ingin kebahagiaan seumur hidup, cintailah pekerjaan Anda." Mencintai pekerjaan, berarti kita melakukan pekerjaan dengan gembira, senang hati. Tak ada keluhan, tak ada rasa pesimis. Kalau kita melakukan sesuatu dengan senang, hasilnya kemungkinan besar akan lebih memuaskan daripada kalau kita melakukan hal yang sebaliknya. Persoalannya, bagaimana membuat hati senang kalau ternyata kita sedang berada di posisi yang pekerjaannya sesungguhnya tidak kita sukai, apalagi cintai? Apakah kehadiran hari Jumat bisa menghapuskan rasa bosan, atau tak bergairah menunaikan tugas kita dalam pekerjaan yang tidak kita sukai?

Kedua, janji Jumat. Janji apa? Yah, hari Jumat memang menjanjikan sesuatu, yaitu dua hari libur setelah dia berlalu. Setidaknya di kantor saya, atau di kantor-kantor lain yang menerapkan kebijakan lima hari kerja sepekan. Nah, janji inilah yang tidak ada pada hari kerja lainnya. Peroalannya, apakah janji Jumat ini bisa kita terapkan di hari kerja yang lainnya? Tentu saja, tak mungkin secara persis sama, karena memang hanya hari Jumat saja yang bisa memberikan janji hari libur keesokan harinya. Tapi, bisakah semangat Jumat ini, The Spirit of Friday ini, kita terapkan pada hari lainnya. Dengan sedikit menerapkan "manajemen seolah-olah", kita anggap saja semua hari adalah Jumat. Sehingga ketika kita masuk kerja di hari Senin, dan karena kita telah menganggap bahwa seolah-olah hari Senin itu adalah hari Jumat, maka suasana hari Senin akan lebih ceria. Tentu saja semua teman kantor harus bisa menjalankan "manajemen seolah-olah" ini. Bila hanya kita sendiri, ya percuma saja, karena kita akan tetap menemui wajah-wajah bete, tegang, capek, dan tampak suntuk dan bosan di hari Senin itu. Meskipun untuk diri kita sendiri, kita akan tetap menemui kesenangan dan keceriaan saat bekerja. Dan kita akan bisa menyelesaikan tugas kerja di hari itu dengan rasa senang dan jauh dari rasa tertekan.

Kalau hal kedua ini bisa dilaksanakan, maka kita tak hanya akan mendengar ungkapan. Thank's God it's Friday saja, melainkan juga Thank's God it's Monday, Thank's God it's Tuesday, dan seterusnya.

Buat saya sendiri, selain sehari menjelang weekend, hari Jumat berarti hari perjumpaan dengan teman-teman. Karena di hari Jumat itulah saya biasa bertemu dengan kawan-kawan yang datang ke masjid untuk sholat Jumat. Bahkan di malam harinya, kami juga biasa bertemu sekedar melepaskan rindu atau silaturahim.