Wednesday, March 19, 2008

Sarapan, euy...

Sejak masih kecil, saya selalu dibiasakan sarapan oleh orang tua saya. Makanya kebiasaan itu terus terbawa sampai saya duduk di bangku SMA. Lho... kok cuma SMA?

Iya, soalnya sewaktu kuliah, saya tinggal di dalam rumah kontrakan, bertujuh dengan kawan-kawan saya. Nah, urusan sarapan jadi urusan yang menyita waktu yang tidak sedikit. Mesti pergi ke warung atau memasak dulu. Memang sih, ad ajug atukang bubur kacang ijo atau bubur ayam yang lewat di depan rumah, tpai waktunya nggak pasti. Kadang pagi-pagi sekali, kadang jam 8 juga belum nongol, Maka kebiasaan sarapan tidak lagi jadi kebiasaan sewaktu saya kuliah. Saya sih, nggak tau secara persis, apa pentingnya sarapan bagi tubuh manusia. Cuma karena kebiasaan saja, maka kalau nggak sarapan, perut saya suka keroncongan. Hehehe... Tapi karena kondisi di rumah kontrakan itu, saya jadi nggak rutin lagi sarapan.

Setelah selesai kuliah dan kemudian menikah, sarapan di rumah hanya saya akukan di luar hari kerja saja. Sebab, kalau hari kerja, saya harus keluar rumah pagi-pagi sekali. Mau sarapan, kayaknya nggak sempat, gitu. Jadi saya berangkat pagi, kemudian sarapan di warung dekat kantor. Itu pun nggak selalu dilakukan. Kadang saya hanya mampir ke warung kopi dan menyeruput secangkir kopi sambil baca-baca koran pagi. Judulnya, ya tetap sarapan.

Sejauh ini sih, saya menjalaninya dengan perasaan biasa saja. Ya, tentu saja saya menikmatinya. (gimana nggak nikmat, lha wong masih banyak saudara-saudara kita yang jangankan sarapan, makan sehari sekali saja jarang!). Makanya, saya menjalaninya dengan nikmat.

Tapi paling nggak enak kalau setelah sarapan sebelum masuk kantor, lalu kita dipaksa "sarapan" lagi. Bukan berupa asupan makanan atau minuman bergizi, melainkan tumpukan tugas serta perintah sana sini yang kadang disertai dengan kata-kata yang nggak enak didengar telinga.

Bukannya nggak ikhlas bekerja atau menuruti perintah atasan, tapi 'kan perut saya sudha kenyang, jadi kalau ditambah "sarapan" yang nggak enak, yaaa.... perasaannya jadi nggak nikmat lagi, 'kan? Yang lebih mengherankan lagi bagi saya, kalau ada orang yang sarapan paginya bukan asupan makanan ataupun tugas yang menumpuk, melainkan sarapan berupa marah-marah dan protes sana-sini.

Ada lho... orang yang kayak gitu. Pagi-pagi udah marah-marah, sambil tunjuk hidung sana-sini. Yeah, apa enaknya sarapan begituan? Yang denger aja udah mual, apalagi kalau yang melakukan, ya? Heran saya....

5 comments:

SinceYen said...

Anehnya aku dari duluuuu tuh 'gak bisa sarapan nasi putih en lauk, langsung ngantuk en 'gak bergairah seharian bawaannya. Tapi kalo cuman ngopi wahhh semangat betul pagi itu. Jam 10an lapar urusan nanti :D
Sarapan marah2 plus protes sana sini... wah jangan sampe deh, bisa seharian sial mulu tuh.

mel@ said...

wahhh... berhuubung udah punya maag... kalo aku sih emang harus sarapan... minimal bubur ayam plus roti plus energen plus nasi goreng... hihihi minimalnya kebanyakan ya...

Anonymous said...

mensyukuri kita masih bisa sarapan ya tja...ada saudara kita yg mati kelaparan malah.

hehe dikasih sarapan omelan emang gak enak, yg ngomel nggak sadar, kalau pagi dimulai dg begitu bisa merusak seklruh hari

amethys said...

waaa.....dulu aku punya boss yg suka ngamuk2 gitu...tak kasih valium teh nya....seharian dia ngantuk berat

Anang said...

wah karna udah kbiasaan jg. sampe skrg kalo g sarapan jd kurang gmn getu. dan maag kadang kambuh.. hekeke.