Minggu, 29 September 1999
Pagi
Pagi-pagi sekali aku sudah berangkat ke stasiun. Untuk menuju ke sana aku harus melewati daerah pasar yang akan semakin ramai di siang hari. Macet. Maklum, itu pasar yang konsumennya bukan Cuma dari Bandung saja, tapi juga dari Jakarta. Maka tanpa sempat sarapan, aku pergi naik angkot ke stasiun.
Tiba di sana, loket belum buka. Bukanya jam 07.00. Aku sarapan lontong sayur + teh anget. Selesai sarapan langsung ikut antri. Dapet urutan kelima. Loket masih lima menit sebelum buka. Ternyata banyak juga yang mau pergi naik kereta Kahuripan. Dapet tiket langsung bayar cash, dan cabut pulang. Sempat mampir ke toko kamera bekas di belakang stasiun. kali aja ada FM2 yang masih bagus. Tapi cuma sebentar. Adanya cuma Minolta SRT 101 seri pertama. Wah, itu buatan tahun 1971. Socket sinkronisasi untuk flashnya sudah karatan, dan body sudah ada penyok. Nggak tertarik. Balik aja ke kosan.
Siang
Yeni dan Elist datang naik becak. Tanya soal tiket, "Mau beli tiket dulu, nggak?" Aku jawab, "Sudah ada. Nih," kataku sambil menunjukkan empat lembar tiket besar berwarna merah. Mereka menyangka aku belum beli dan mau mengantarkan uang kas perjalanan untuk beli tiket.
Ternyata mereka mau ke sekre. "Ada rujakan, kak! Ke sekre nggak?"
"Nanti aku nyusul. Jangan lupa, sehabis maghrib kita berangkat. Nggak ada seremonial lagi. Bikin kita terlambat nanti."
Malam
Berangkat dari sekre pukul 18.30. Kali ini tanpa basa-basi dengan anak-anak lain. Sampai stasiun, keretanya sudah nongkrong di jalur enam. Langsung naik dan cari tempat duduk. Aku di kursi untuk dua orang. Mereka bertiga di kursi panjang kapasitas tiga orang. Jadinya aku terkucil. Untungnya orang di sampingku enak diajak ngobrol (dan baik hati, karena aku berkali-kali dikasih roti). Karena perjalanan masih panjang, aku mencoba tidur setelah makan nasi bungkus. Jaga kondisi.
Pagi
Pagi-pagi sekali aku sudah berangkat ke stasiun. Untuk menuju ke sana aku harus melewati daerah pasar yang akan semakin ramai di siang hari. Macet. Maklum, itu pasar yang konsumennya bukan Cuma dari Bandung saja, tapi juga dari Jakarta. Maka tanpa sempat sarapan, aku pergi naik angkot ke stasiun.
Tiba di sana, loket belum buka. Bukanya jam 07.00. Aku sarapan lontong sayur + teh anget. Selesai sarapan langsung ikut antri. Dapet urutan kelima. Loket masih lima menit sebelum buka. Ternyata banyak juga yang mau pergi naik kereta Kahuripan. Dapet tiket langsung bayar cash, dan cabut pulang. Sempat mampir ke toko kamera bekas di belakang stasiun. kali aja ada FM2 yang masih bagus. Tapi cuma sebentar. Adanya cuma Minolta SRT 101 seri pertama. Wah, itu buatan tahun 1971. Socket sinkronisasi untuk flashnya sudah karatan, dan body sudah ada penyok. Nggak tertarik. Balik aja ke kosan.
Siang
Yeni dan Elist datang naik becak. Tanya soal tiket, "Mau beli tiket dulu, nggak?" Aku jawab, "Sudah ada. Nih," kataku sambil menunjukkan empat lembar tiket besar berwarna merah. Mereka menyangka aku belum beli dan mau mengantarkan uang kas perjalanan untuk beli tiket.
Ternyata mereka mau ke sekre. "Ada rujakan, kak! Ke sekre nggak?"
"Nanti aku nyusul. Jangan lupa, sehabis maghrib kita berangkat. Nggak ada seremonial lagi. Bikin kita terlambat nanti."
Malam
Berangkat dari sekre pukul 18.30. Kali ini tanpa basa-basi dengan anak-anak lain. Sampai stasiun, keretanya sudah nongkrong di jalur enam. Langsung naik dan cari tempat duduk. Aku di kursi untuk dua orang. Mereka bertiga di kursi panjang kapasitas tiga orang. Jadinya aku terkucil. Untungnya orang di sampingku enak diajak ngobrol (dan baik hati, karena aku berkali-kali dikasih roti). Karena perjalanan masih panjang, aku mencoba tidur setelah makan nasi bungkus. Jaga kondisi.
No comments:
Post a Comment