Biasanya kalau libur sabtu - minggu (maklum, masih jadi budaknya orang kaya yang punya perusahaan sehingga liburnya terjadwal gitu), aku suka jalan-jalan ke taman kota, atau ke rumah ortu, atau nyambi jadi tukang parkir di sebuah gedung yang sering ngadain acara atau pertemuan besar (serius lho ini..., pake priwitan segala dan topi rimba biar gak kepanasan saat markirin mobil atau motor), atau kerja berat lainnya. Tapi rupanya badanku lagi nggak mau diajak melakukan aktifitas yang akan membuat peluhku membanjir di sekujur tubuh. Maka prei kali ini cuma aku manfaatkan buat istirahat di rumah aja. Ini istirahat beneran, soalnya aku lebih banyak tidur. Nggak ada kerja berat kayak angkat kursi atau tempat tidur, nggak ada kerja kasar kayak memakai parutan untuk memarut kelapa atau memakai amplas untuk ngamplas rak buku kayu hasil karya sendiri (dari kayu-kayu bekas yang kubeli di kios madura). Pokoke istirahat...
Tapi ternyata tidur melulu emang membosankan. Tadinya mau main game aja dengan kompi kesayangan. Masih penasaran dengan level veteran di Call of Duty 2. Tapi karena suka ada yang mendelik karena merasa dicuekin kalau aku lagi main game di kompi, makanya pada hari Minggunya aku coba kombinasi ini:
1. Setel WinAmp dan menyiapkan =>
Second Live - Genesis (konser, vocalisnya sudah Phil Collins, bukan Gabriel)
Scene From Memories - Dream Theater
Private Collection #1 - Ermy Kullit
Selling Endland By The Pound - Genesis
Lir ilir - Emha Ainun Najib dan Kyai Kanjeng.
Equalizer diatur ke preset Full Bass and Treble.
2. Empat comro yang masih panas (sisanya masih ada yang belum digoreng dan disimpan di kulkas biar lebih renyah saat digoreng nanti. rencananya sisa ini buat cemilan senin malam. Eh, dah pada tau kan, kalau comro itu oncom dijero?). Nggak ketinggalan teh tubruk (nggak bermaksud promosi, tapi teh kasar merk Tjatoet itu rasanya uueenak buaanged). Sempat juga kepikiran untuk nyeduh bandrek susu (dilabel kotaknya, bandrek ini terbikin dari pala, lada, dan tanpa jahe. sedangkan untuk susu, biasanya aku pake susu kental manis. Racikan ini, akan membuatku teringat pada kawasan Tjiwidej (baca: ciwidey) karena di daerah Ranca Suni ada warung Bandrek Abah yang menyuguhkan bandrek susu pake kelapa muda yang dikerok.
3. Menyiapakan buku-buku, mengatur bantal untuk sandaran punggung, lalu mulai membaca sambil denger musik. Berikut kronologis pembacaan bukunya:
3.a "How to Speak Dragonese" yang kocak abis dan mengungkit-ungkit keinginan nulis dan nggambar (= bikin komik). Sebenarnya buku terbitan litle k ini (anaknya penerbit qanita) lebih seru seri pertamanya: "How to Train Your Dragon" karena al. berisi asal-usul si Toothless, naga milik Hiccup yang kayaknya lebih mirip cicak ompong. Tapi aku juga pengen belajar bahasa naga... bukan napas naga loh. Makanya kupilih buku ini. Selama satu jam aku cekikikan sendirian sambil membayangkan Hiccup yang pewaris tunggal kepala sku bangsa Viking, dan Fishleg koleganya. Suara dari WinAmp lewat begitu aja tanpa sempat disimak dengan serius. Namanya aja istirahat, jadi nggak usah serius juga nggak papa
3.b "Nagasasra Sabukinten" terbitan Kedaulatan Rakyat karangan S.H. Mintardja (buku ini aku baca kali pertama saat masih SMP, saat ibuku meminjamnya dari Pak Sampan, tetanggaku yang udah ubanan. Beliau menjilid rapi koleksinya dan membuatku terinspirasi untuk menjilid koleksi Kisah Petualangan Asterix dan Obelix, bertahun-tahun kemudian). Tentu saja bukan buku beliau yang saat ini aku baca. Buku kedua ini terlalu panjang kalau dibaca semua. Maka hanya aku baca episode saat jagoannya bertekuk lutut di hadapan gadis pujaan hatinya, ketika si jagoan tergagap-gagap saat gadis itu nangis, dan makin gagap saat setiap kata-katanya malah bikin gadisnya tambah nangis. Padahal tatkala sedang berhadapan dengan musuh-musuhnya, pasti lutut musuhnya itu yang ditekuk-tekuk oleh si jagoan. Tapi laki-laki perkasa sekalipun memang sering keliru membaca tanda dari peta yang disodorkan perempuan pemujanya.
3.c Salah satu novel metropop-nya GPU yang bernomor seri GM 401 05.014 dan dengan ISBN : 979 - 22 - 1625 - 1). Dalam koleksi pop karya penulis lokalku, buku ini mampu menggeser dominasi novel Tia dari penerbit yang sama karangan Kembang Manggis, yang sekarang jualan penganan kecil di Bogor dan kayaknya udah pensiun nulis. Biasanya, buku Tia ini yang aku baca ulang kalau lagi pingin mbaca buku-buku lama.
Buku ketiga ini sudah pernah kubaca juga (ugh... entah berapa kali, aku enggan menghitung... ntar penulisnya ge-er. hehehe... becanda, sebenarnya aku emang lupa dah berapa kali). Makanya kali ini bacanya loncat-loncat (maksudku halamannya, bukan akunya yang loncat-loncat). Tapi aku berhenti lama saat membaca bab 28, soalnya - seperti yang tokoh di buku itu lakukan di bab 28 - aku pernah juga "lari" karena merasa galau dan dunia seolah akan runtuh menimpa kepala. Makanya di paragraf-paragraf awal bab ini, aku berhenti lama mengenang masa lalu. (ciee... memori daun pisang neh?). Lalu balik lagi ke halaman awal buku untuk membaca prolognya yang berupa puisi. Saat ini (kebetulan atau bukan?), WinAmp sedang menyajikan Afterglow milik Genesis. Kombinasi suara Phil Collins yang ngos-ngosan karena habis nyanyi medley sambil main drum, serta kalimat puisi tentang pencarian di awal buku ini ternyata bisa bikin aku merinding. "...'cause i miss... you more....," begitu ucap Phil Collins parau. Mata tiba-tiba terasa panas... akh, laki-laki nangis seh... Oh ya, aku lebih suka kalau buku ini dihabisi saja di Bab 46. Maka setelah Bab 46, aku nggak lanjutkan membacanya.
3.d "Rumahku Dunia" karya Eka Budianta. Aku sudah empat kali membeli buku ini, tiga diantaranya aku berikan sebagai kado ultah temanku. Lantas "Kartu Nama" karya Kurnia Effendi. Kedua kumpulan puisi ini berisi hal-hal menakjubkan yang hanya bisa dituang ke dalam puisi, atau direguk dari dalam puisi.
Baca beberapa judul selama setengah jam ketika WinAmp sedang dalam posisi menampilkan suara Emha yang nggak merdu namun sanggup untuk langsung nyelonong ke dalam kalbu. "...Kenapa bukan, '...Bapak Jendral...Bapak Jendral...,' melainkan '...Cah Angon...Cah Angon...pene'no blimbing kuwi....' Kenapa blimbing...itu terserah Anda mau menafsirkan blimbing bersudut lima ini sebagai apa...yang jelas harus ada yang memanjat untuk blimbing ini...meski jalannya licin".
Eh, diantara lembaran buku Rumahku Dunia, kutemukan selembar kertas yang terselip dan ternyata berisi coretan tulisan tanganku. Isinya aku ketik ulang di sini:
Lewat tengah hari kau kembali menyapa daun-daun kayu manis hingga mereka bergoyang riang karena air yang kau siram di area pembibitan. Ada memang nyamuk kebun datang dengan suara berdengung, tapi kau tak peduli. Irama yang disuguhkan percikan air diantara daun-daun dan polybag begitu serasi disela keceriaan suaramu, meski tanah becek dan cipratan air menjadi akrab di telapak kaki. Lama kuamati kebiasaanmu dari kejauhan saat sesekali mengusapkan handuk kecil di dahi yang berkeringat. Inilah saat ketika sore bagai berhenti di hadapanmu dan menjelma lukisan keemasan, seakan tubuh kecilmu sanggup menahan berlalunya senja yang entah mengapa tak terlihat lembayungnya dari balik matamu
"Ada yang minta bibit? berikan saja, kebun kita tak akan kehabisan upaya," serumu saat dana bagai pohon di hutan jati yang meranggas. Impian besar yang belum tercapai tak mengurangi kebaikan hati, bahkan ketika benda kesayangan direnggut dan membuat kayuhan ke tanah seberang tersendat. "Dalam sudut saku, mungkin terselip hak anak yatim tanpa sengaja," belamu. Ingin kuucapkan selamat pagi selalu, betapa waktu seolah terhenti saat kesibukan berlalu, dan diam-diam kuselipkan melati diantara barisan kata ini.
waduh, ini puisi yang belum jadi, kapan nulisnya ya...? Jelas puisi ini kutujukan buat seseorang. Cepat-cepat kusalin ke kompi. hehehe... Mungkin terbaca agak kacau, maklum aja, belon selesai.
Ternyata kombinasi hal-hal yang aku lakukan tadi bisa mengantarku pada, "Aduh, udah Minggu sore. Mesti nyiapin tetek bengek lagi buat kerjaan besok."
"Emang sebel ya, kalau ketemu Minggu sore?" yang nggak aku jawab.
Malamnya aku nonton siaran langsung efwan (Formula Satu). Tapi jagoanku masih kalah aja, mungkin masih trauma karena beberapa tahun yang lalu sempat kecelakaan sampai memaksanya istirahat selama beberapa seri balapan, sehingga sampai kini ia kehilangan nyali buat gila-gilaan di sirkuit. Ini cuma mungkin loh, saya bukan psikiater....
Selesai sudah akhir pekanku yang berharga dan kulewatkan tanpa hasil konkret (nggak ada uang hasil parkiran, nggak ada rak buku yang jadi lebih halus, nggak ada tata letak barang yang baru di kamarku, nggak ada anak SMP atau SMA yang fisiknya tambah bugar karena ikutan latihan fisikku, nggak ada ... yah, nggak ada hasil fisik yang keliatan jelas gitu).
Tapi biarpun nggak ada hasil fisik, pasti ada hasil non-fisiknya. Mudah-mudahan ini nggak cuma menghibur diri, karena mungkin aku bisa belajar dan memperkaya wawasan dari lagu dan buku-buku tadi. Setidaknya aku ingat lagi bahwa aku mesti hati-hati saat bicara atau bersikap terhadap makhluk hidup berlabel perempuan; atau menambah koleksi vocabulary bahasa naga; atau ... apa lagi ya? apa baca puisi bisa memperkaya batin... ? bisa mengajarkan sesuatu yang bermanfaat...?
Yang jelas, senin ini aku merasa fresh saat masuk kantor, segar kayak ketimun atau jamblang yang baru dipetik. Yah... begitulah sabtu minggunya orang gajian saat bermalas-malasan di rumah.
6 comments:
ermy kulit private collection emang oke punya...hehehehe
Long live Dream Theater!!!
BTW, !)*%(*&^%&$%#@!$%^&*)(@...
*Jawabannya ada di halaman 154*
siapa mas jago an nya F1 ?? Alonso kah ?? jika ya, kita sama dunk. urutan ke dua si alonso ini..tidur mulu emang gak enak, kerja trus juga bikin sumpek.so perlu diimbangin, jalan jalan..
@senja
wah, penggemar beliau juga ya?
@bukan siapa-siapa
yeah... suka DT juga?
Oooo...halaman 154.
@cempluk
jalan-jalan mas, setuju... (kalu duitnya ada)
Salut ama kamu Tja, suka nyambi. Bener2 workaholic! Mana handyman lagi!
Lain kali kalo nge-teh ajak2 aku ya, aku tukang minum teh.
Tulisannya padat kali ini.
Makasih Tja, dikompiku ada kok anti spyware-nya. Lagian kalo yg begituan gak berani buka, kan kompinya Tamara sebelahan dengan kompiku.
liburan bisa nyantai baca2, denger music itu sangat mahal bagiku Artja..Biasanya sih tetap denger music sambil strika ato kerjaan rumah lainnya. waktu buat baca hanya kalo lagi ngelonin si kecil dia sudah nggak bisa diajak ngobrol lagi, tapi mash nempel hehehe
apapun yg kita kerjaan yg penting bisa happy n bisa ngumpul dg orang2 tercinta, itulah bahagia yah
Post a Comment