Monday, August 20, 2007

Sesudah 17-an

Tiga hari setelah tanggal 17, di berbagai perempatan jalan atau sudut taman, masih banyak sisa-sisa pesta yang belum dibersihkan. Bahkan tali-tali tempat menggantung krupuk dan tiang batang pinang bekas lomba kemarin masih menghias ruang pandang. Belum lagi garis lintasan yang digambar di jalan atau di lapangan, seperti mengisyaratkan lomba yang tak mau diselesaikan

Agustus di sebagian besar wilayah Indonesia memang selalu meriah, seperti tahun-tahun sebeblumnya. Berbagai acara dan lomba selalu diselenggarakan untuk menyemarakkan peringatan ulang tahun negeri ini.

Hampir semua lomba dan acara dipakai untuk tetap memaknai peringatan ini, bukan sekadar mengelar keramaian belaka. Tentunya dibutuhkan perenungan dan penghayatan akan makna-makna itu lewat berbagai acara yang teragenda. Mulai dari makan krupuk, balap karung, panjat pinang, sampai acara lucu-lucuan. Bisa saja semua itu dimaknai sekadar sebagai pesta biasa. Tapi, akan lebih baik jika kita bisa menghayati semangat perjuangan para pahlawan yang berjasa membuat negri ini merdeka.

Mungkin terlalu muluk kalau mengaitkan semangat kemerdekaan dengan lomba-lomba yang diadakan selama Agustus ini. Tepatnya terlalu menggampangkan dan menganggap remeh. Sebab saat makan krupuk, kita tidak merasakan desingan peluru yang mengincar kepala kita. Saat balap karung kita tak merasakan kendaraan lapis baja mengejar kita. Setiap lomba 17-an yang kita ikuti, kita lakukan dalam suasana senang dan gembira, jadi mana bisa menghayati perjuangan pahlawan-pahlawan kemerdekaan di tahun '45?

Tapi rasanya tidak berlebihan kalau kita mencoba membangkitkan semangat mereka walau dengan cara mengkonversikan semangan memenangkan perlombaan menjadi semangat berjuang dalam diri kita. Mencoba memperteguh kembali ikatan dengan tanah air dalam kebersamaan hidup berbangsa serta memangun kesadaran bahwa kita juga bisa membuat bangsa ini maju dengan bekerja sebaik-baiknya sesuai porsi dan posisi kita masing-masing. Memang, negri ini masih memiliki banyak kekurangan, dan tidak setiap pemimpinnya punya sikap dan mental yang baik dan bisa kita banggakan. Tapi mestinya hal itu tak bisa jadi alasan bagi kita untuk berjuang sungguh-sungguh untuk kemajuan negeri ini. Barangkali peran kita hanya kecil saja, seperti membersihkan sampah sisa lomba, namun kalau kita ikut-ikutan apatis dan bersikap masa bodoh seperti pemimpin-pemimpin yang mungin sering bikin kita kecewa, tentunya kita malah akan menambah jumlah kekecewaan. Padahal, sekecil apapun kontribusi kita, pasti akan ada nilainya, walaupun sekadar berjuang untuk hidup sebagai orang baik dan bermanfaat bagi keluarga sendiri.

Gitu, kan? Allahu'alam.

3 comments:

NiLA Obsidian said...

setuju...

euforia perayaan spt itu bisa dijadikan pemicu utk memantik api semangat kesadaran yg ada jauh di lubuk hati masing2

Fatah said...

walaupun secara resminya tanggal 17-agustus adalah Hari Kemerdekaan kita, namun seharusnya kita memperingati Hari Kemerdekaan & Mengingat tugas kita untuk mengisi kemerdekaan itu tidak hanya pas 17-agustus saja..

Lita Uditomo said...

sekecil apapun kontribusi kita, pasti akan ada nilainya

setuju, mas !!