Berapa kali kau sebut dia
ombak, setelah melemparnya menjadi hujan badai,
atau lembut menyapanya
sebagai ricik sungai?
Hidupnya selalu melayang di permukaan
kenangan, sebelum kembali larut
dan tenggelam,
seperti garam diaduk gelombang.
Bagaimana harus kuabadikan kesia-siaan ini:
ia menjadi ombak
yang mengejar pasir di pantai;
ia menjadi ombak
yang mengantar buih ke pantai.
Sementara tetes embun telah bersemayam
di puncak bukit berpagar hutan.
Bibit hujan dan kesuburan mulai disemai
di rahim awan,
sebelum menjelma telaga di tengah belantara
kenangan.
Maka ia kembali surut.
Menyelami pekatnya rindu, pada kedalaman laut
hatimu.
No comments:
Post a Comment