Friday, July 27, 2007

Di Tepi Telaga



Di tepi telaga
kita tak pergi terlalu jauh
dari mimpi.
Langkah kita perlahan
dan hanya penyangkalan diam-diam
seperti riak kecil mendekati tepian
lalu lenyap kembali di kedalaman.

"Hei, telaga ini
tak menampung duka,"
ujarmu sambil menyembunyikan sudut mata.
Bukankah telah kita buang kisah itu
ketika senja diam-diam turun kemarin

di hatimu.
Tidak, tentu hatiku tak mencatatnya
sebab kau telah membawanya
sejak berabad-abad lalu.

Tergagap membaca alif ba ta pada jejakmu
seperti mengenal aliran darahku.
Tapi kita masih saja enggan mengakui
di kebun mana akhir perjalanan ini.

Maka di tepi telaga
kita tak pergi terlalu jauh
seperti mimpi.
Segenap langkah kita
tak memilih arah yang sama lagi.
Segenap langkah kita
hanya menjejakkan kekal sepi ini.

5 comments:

Putirenobaiak said...

waah rumah impianku di tepi telaga loh.

tapi kurang hijau nih artja ;)

ichal said...

woowww, kepengen liat yang beginian, tp blom sempet2

Vie said...

Dimana tuh Tja, kok kayaknya damai n tenang. Masih di Endonesah kah?!

Duduk dipinggir danau malam hari pas bulan purnama sambil menghitung bintang, salah ngitung, ulang balik, salah ngitung lagi... pacar digampar! Off the record terlalu violent!

Cempluk Story said...

nyaman sekali ketika kita bisa melihat keindahan dari sang pencipta ny..

artja said...

@meiy :
kapan impiannya mau jadi kenyataan :)

@ichal :
sempet-sempetin ajah :P

@vie :
iya, di indonesia. jawa timur tuh.

@cempluk :
setuju...